BerandaAdventurial
Selasa, 9 Des 2025 15:01

Festival Teater Gema dan Geliat Seni Pertunjukan di Kalangan Generasi Muda

Penulis:

Festival Teater Gema dan Geliat Seni Pertunjukan di Kalangan Generasi MudaSundara
Festival Teater Gema dan Geliat Seni Pertunjukan di Kalangan Generasi Muda

Pertunjukan drama teater dalam acara Festival Teater Gema 2025 UPGRIS Semarang. (Dok Teater Gema)

Festival Teater Gema 2025 Universitas PGRI (Upgris) Semarang kembali menghidupkan gairah seni pertunjukan di kalangan pelajar dan mahasiswa, menjadikannya ruang tumbuh bagi generasi muda yang menekuni dunia teater.

Inibaru.id - Setelah bertahun-tahun meredup akibat pandemi Covid-19, ruang seni panggung di kampus Universitas PGRI (Upgris) Semarang kembali bersinar terang. Melalui Festival Teater Gema 2025, perayaan kesenian yang sudah ada sejak pergantian milenium lalu ini akhirnya dimulai lagi.

Di tengah tantangan regenerasi, festival yang digelar pada Senin-Rabu (8-10/12) ini hadir sebagai penanda bahwa gairah berekspresi para seniman muda di Upgris belum padam. Nggak hanya dari kalangan mahasiswa, kompetisi seni pertunjukan ini juga diikuti pada pelajar setingkat SMA.

Tahun ini, Festival Teater Gema menghadirkan lima kelompok teater pelajar SMA/SMK dan tiga grup teater mahasiswa dari berbagai kota di Jateng. Selain kompetisi drama, panitia juga mengkurasi 10 naskah monolog terbaik yang akan dibukukan; dengan total hadiah mencapai Rp25 juta.

Kompetisi teater telah dilakukan selama dua hari pertama, berlangsung sejak Senin hingga hari ini, kemudian langsung dilanjutkan dengan malam penganugerahan. Sementara itu, penutupan akan dilakukan besok Rabu (10/12), yang ditandai dengan peluncuran buku kumpulan naskah monolog terpilih.

Mengelola Kegiatan secara Profesional

Dalam keterangan tertulis yang diterima Inibaru.id pada Selasa (9/12), Wakil Rektor III Upgris Semarang Sapto Budoyo menyampaikan, selain menjadi ruang berkesenian untuk para seniman muda, Festival Teater Gema digelar sebagai sarana belajar mahasiswa, khususnya untuk mengelola sebuah kegiatan secara profesional.

"Upgris tidak hanya memberikan bekal hard skill, tapi juga soft skill (untuk mahasiswa). Kami punya banyak organisasi mahasiswa dan hari ini UKM Teater Gema membuktikan kemampuan mereka memanajemen sebuah festival," tuturnya.

Lebih dari itu, Sapto juga menyebutkan bahwa festival ini merupakan wadah yang pas untuk para pelajar mengekspresikan minat dan bakat mereka. Sejak kali pertama digelar pada 2000, Teater Gema telah konsisten menjaga keberlangsungan festival, mulai dari level kota, provinsi, hingga nasional.

Nggak hanya memperoleh dukungan penuh dari kampus, Festival Teater Gema juga mendapatkan apresiasi dari Pemkot Semarang. Analis Informasi Kebudayaan Disbudpar Kota Semarang Hadi Susanto mengatakan bahwa dia mengapresiasi keberlanjutan festival yang telah berlangsung sejak dua dekade lalu ini.

Bersinergi untuk Mencetak Talenta Seni  

Hadi juga menyebutkan bahwa Pemkot Semarang siap bersinergi dengan berbagai kampus untuk mencetak talenta seni pertunjukan. Menurutnya, arah pembinaan seni sejalan dengan visi Wali Kota Agustina Wilujeng Pramestuti yang mendorong penguatan ekosistem seni dan budaya.

"Kampus memiliki peran strategis dalam menelurkan talenta baru agar ekosistem kebudayaan di Semarang semakin kokoh," ucapnya. "Maka, kami mendorong kampus untuk menelurkan talenta kesenian sehingga ekosistem kebudayaan semakin kokoh."

Sedikit informasi, Festival Teater Gema 2025 menghadirkan lima kelompok teater pelajar, yakni Teater Abipraya (SMKN 7 Semarang), Teater Tetas (SMAN 1 Boja, Kendal), Teater SOD (SMK Al-Falah Moga, Pemalang), Teater Emas (MAN 1 Tegal), dan Teater Geni (SMAN 2 Salatiga).

Sementara, untuk kategori mahasiswa, ada tiga kelompok yang turut berkompetisi, antara lain Teater Postma (STIE AMA Salatiga), Teater Kolam Kodok KoNSeP (Politeknik Negeri Semarang), dan KSK Wadas (UIN Walisongo Semarang).

Adapun untuk naskah monolog, panitia telah memilih 10 naskah terbaik untuk dibukukan, yakni:

  • BHUMI karya Amelda Apriliana,
  • AIAIA karya Aulia Nur Rohmah,
  • Jiwa yang Hilang karya Bagus Harry Nugroho,
  • Jugun Ianfu karya Rahma Widia Sari,
  • Kisah Klasik yang Sedikit Klise karya Nur Fitria Rohima,
  • Manusia Ember karya Novita Sari,
  • Noda-Noda yang Tertinggal karya Jedi Setyo Nugroho,
  • Penggal karya Olive Medina Kesuma,
  • Seperti Kutukan dan Robot Enam Lima Belas karya Beni Nada Krisna, serta
  • Surup karya Shela Nadine Purwaningsih.

Kebangkitan Teater Pelajar

Pendidik sekaligus penulis Tentrem Lestari yang bertindak sebagai salah seorang dewan juri melihat keberadaan Festival Teater Gema sebagai event yang menarik. Menurut perempuan yang aktif berkarya di di Sanggar Teater Mendut Institute dan Forum Sastra Magelang, festival ini bisa menjadi momentum kebangkitan teater pelajar di Jateng.

Setelah masa jeda panjang akibat pandemi Covid-19 dan sejumlah regulasi yang sempat membatasi aktivitas seni, penulis drama Balada Sumarah ini menilai festival tersebut mampu memantik kembali energi kreatif para pelajar.

Tentrem berharap festival ini mampu membuka mata berbagai pihak bahwa teater merupakan medium penting untuk keseimbangan kehidupan. Ekosistem keberlanjutan itu, tegasnya, perlu dirawat agar geliat teater nggak hanya bangkit sesaat, tetapi terus hidup dan berkembang.

"Seni itu penyeimbang. Teater justru mengakomodasi semua unsur seni rupa, musik, tari. Semuanya ada di dalamnya," tandas penulis yang saat ini berdomisili di Mungkid, Kabupaten Magelang, tersebut.

Semoga geliat seni pertunjukan bernapas panjang di Jateng, sehingga banyak talenta dan karya baru bisa ikut berkembang di provinsi ini. Panjang umur, Kesenian! (Sundara/E10)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved