Inibaru.id - Jumat (8/5) sore, sesaat setelah saya selesai ngobrol dengan beberapa warga di dekat lapangan Garnisun, sebuah mobil putih tampak melambat dan akhirnya berhenti. Bersamaan dengan pemiliknya keluar dari mobil, orang-orang yang berada di sekitar sana secara spontan mendekat.
Seseorang keluar dari mobil dan mengulurkan beberapa paket makanan siap santap. Orang-orang terus berdatangan seperti tak ingin melewatkan kesempatan ini.
Ya, pemandangan tersebut mungkin kini kerap kamu dapati. Sebabnya bukan cuma bulan ini merupakan Ramadan, tapi juga pandemi yang belum juga reda. Fenomena masyarakat terdampak yang menunggu bantuan ini kini jadi pemandangan khas di sepanjang jalanan di Kota Semarang.
Feni misalnya. Perempuan berperawakan gempal ini tampak duduk bersama beberapa laki-laki di Jalan Jenderal Sudirman. Perempuan asal Mangkang ini mengaku meninggalkan kedua anaknya di rumah bersama ibunya.
“Sejak Januari saya dirumahkan dari pekerjaan saya di toko Karpet,” ujar perempuan 37 tahun ini
Malangnya, sang suami kini juga harus kehilangan pekerjaan akibat pandemi. Pasangan ini sudah menggadaikan sepeda motor satu-satunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membeli susu untuk buah hatinya. Kini tiadanya pemasukan bikin keduanya ngetem di pinggir jalan menunggu derma dari siapapun yang lewat.
“Pengin kerja lagi, biar bisa beliin anak susu,” suaranya terdengar bergetar.
Lanjut menyusuri jalan, saya bertemu Khoiriyah dan Sulimah yang ngetem tak jauh dari RS Karyadi. Kedua lansia yang harusnya sudah berada di rumah ini terpaksa “menjemput” bantuan ke jalanan karena mengaku tak punya pemasukan.
Khoiriyah yang mulanya bekerja sebagai asisten rumah tangga mengaku kini tak setiap hari dipekerjakan. Praktis pendapatannya juga ikut turun. Sementara Sulimah yang tadinya punya warung makan kecil kini harus tutup total. Keduanya menunggu bantuan di dekat tukang becak agar lebih mudah terlihat oleh para dermawan
“Biasanya hari Jumat banyak yang ngasih, tapi ini baru baru dapat satu,” Khoiriyah tampak hapal.
Selain mereka ada pula Bejo. Tukang becak yang mangkal di jalan Pandanaran ini mengaku sudah tak pernah dapat penumpang sejak corona memaksa orang agar tetap di rumah. Kondisi tersebut membuatnya untuk ikut menunggu uluran tangan para dermawan.
“Nunggu orang ngasih sembako kita terima, karena nggak ada pemasukan,” tutur lelaki asal Demak ini.
Dia yang mangkal dari sore hingga pagi hari pun kini mengaku sering pulang dengan tangan kosong. Padahal dia yang setiap harinya menempuh perjalanan dari Demak ke Semarang ini pastinya butuh ongkos.
“Rekam saja, Mbak ndak apa-apa. Biar orang-orang pada tahu,” tutur lelaki yang sudah 47 tahun menjadi tukang becak ini.
Perjalanan sore hari itu membuat saya benar-benar patah hati karena meninggalkan mereka dengan tangan kosong tanpa apapun untuk dibagi. Buatmu yang memiliki rezeki berlebih, jangan lupa untuk selalu berbagi ya, Millens! (Zulfa Anisah/E05)