inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Tradisi Menyambut Waktu Berbuka di Masjid Agung Kauman Semarang; Nyumet Dung
Rabu, 27 Mar 2024 17:56
Penulis:
Arie Widodo
Arie Widodo
Bagikan:
Tradisi Nyumet Dung di Masjid Agung Kauman Semarang. (Suaramerdeka/Nugroho DS)

Tradisi Nyumet Dung di Masjid Agung Kauman Semarang. (Suaramerdeka/Nugroho DS)

Sekitar 15 menit jelang waktu berbuka puasa, tradisi nyumet dung digelar di Masjid Agung Kauman Semarang. Seperti apa ya kemeriahan dari tradisi ini?

Inibaru.id – Nggak hanya takjil war atau tradisi membangunkan orang sahur yang masih bisa diterapkan di berbagai tempat di Tanah Air. Ada juga lo tradisi menyambut waktu berbuka puasa yang menarik. Salah satu di antaranya bisa kamu temui di Masjid Agung Kauman Semarang, yaitu tradisi Nyumet Dung.

Ada sejumlah masjid yang cukup populer di Kota Semarang. Selain Masjid Baiturrahman yang ada di kawasan Simpang Lima, ada juga Masjid Agung Jawa Tengah yang megah. Tapi, kalau soal masjid yang kaya akan nilai sejarah dan tradisi, Masjid Agung Kauman Semarang belum bisa tertandingi.

Berlokasi di Jalan Aloon-aloon Barat Nomor 11, Masjid Agung Kauman Semarang sudah eksis sejak 13 November 1890. Memang, masjid ini sempat mengalai empat kali pembangunan ulang. Tapi, tetap saja masjid ini tercatat sebagai yang paling tua di Kota Semarang.

Oleh karena itulah, banyak tradisi unik yang mengiringi perjalanan masjid yang berlokasi nggak jauh dari Pasar Johar tersebut. Salah satunya adalah tradisi Nyumet Dung yang kabarnya sudah ada sejak masjid tersebut berdiri lebih dari seabad silam.

Jika diartikan dari Bahasa Jawa, “nyumet” bermakna menyalakan, sementara “dung” bermakna suara yang dihasilkan dari letusan bubuk mesiu atau petasan. Bisa dikatakan, Nyumet Dung bermakna menyalakan petasan. Tapi, karena kini pemerintah serta polisi melarang petasan atau bubuk mesiu, pihak pengurus masjid yang menjalankan tradisi ini menggantinya dengan kembang api. Selain itu, dinyalakan pula suara sirine, Millens.

Sebelum menyalakan kembang api dan sirine, digelar arak-arakan di kawasan Alun-Alun Semarang. (Inilahjateng/Gholib)
Sebelum menyalakan kembang api dan sirine, digelar arak-arakan di kawasan Alun-Alun Semarang. (Inilahjateng/Gholib)

“Prosesi ‘nyumet dung’ ini dimulai 15 menit sebelum waktu maghrib tiba. Iring-iringan pembawa tombak, warak ngendok, rebana, dan kembang api berjalan dari Masjid Tengah ke Alun-alun Kauman Semarang. Penyalaan kembang api dilakukan di sisi barat Alun-alun Kauman, setelah penyalaan sirine dari masjid tanda waktu berbuka puasa. Setelah kembang api dinyalakan, barulah azan maghrib berkumandang,” jelas Muhaimin, salah seorang pengurus tradisi unik ini sebagaimana dilansir dari Radarsemarang, Selasa (26/3/2024).

Ketua Yayasan Masjid Agung Kauman Semarang Khammad Ma’sum menyebut tradisi ini memang harus dilestarikan setelah sekian lama hilang. Berbagai modifikasi memang dilakukan demi nggak melanggar aturan. Yang penting, dengan menyelenggarakan tradisi ini, warga bisa merasakan kemeriahan saat menunggu waktu berbuka puasa.

“Kalau sampai harus memakai bubuk mesiu seperti zaman dahulu kan repot karena harus izin ke Mabes Polri, Densus 88, dan lain-lain,” ungkap Khammad.

Wah, menarik banget ya tradisi Nyumet Dung di Masjid Agung Kauman ini. Tertarik untuk menunggu waktu berbuka puasa di sana demi menikmati kemeriahannya, Millens? (Arie Widodo/E05)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

A Group Partner of:

medcom.idmetrotvnews.commediaindonesia.comlampost.co
Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved