Inibaru.id - Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 72 pada tanggal 17 Agustus 2017 ini sepertinya akan menjadi lebih istimewa. Bagaimana tidak, pesawat asli karya anak bangsa, N-219, yang dikembangkan oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI) serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sedang dinanti-nanti peluncurannya. Jika pesawat ini berhasil mengudara sebelum atau saat perayaan hari Kemerdekaan, tentu prestasi ini akan menambah kebanggaan masyarakat tanah air nantinya.
Sebagai informasi, pesawat ini sebelumnya sudah dipamerkan di perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) yang baru saja diadakan pada 8 hingga 10 Agustus di Makassar, Sulawesi Selatan. Pesawat ini sendiri diharapkan bisa segera mendapatkan sertifikasi dan izin terbang. Jika izin ini bisa segera keluar, diharapkan pesawat N-219 bisa segera mengudara di Indonesia. Keberhasilan pesawat ini mengudara kali pertamanya diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi dan perbaikan sebelum benar-benar diproduksi pada tahun 2017 mendatang.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir, menyebutkan bahwa N-219 telah melalui berbagai pengujian, termasuk pada bagian sayap, gear, serta landing gear pada landasan. Berbagai pengujian ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan sehingga bisa segera mendapatkan izin untuk mengudara.
Pesawat N-219 didesain dengan kapasitas 19 penumpang. Pesawat ini memiliki 2 mesin berjenis turboprop yang sesuai dengan Regulasi Keamanan Penerbangan Sipil (CASR). Ide sekaligus desain dari pesawat ini dikembangkan oleh PT Dirgantara Indonesia. Sementara itu, pengembangan program dilakukan PT DI bersama dengan LAPAN. Sebenarnya, pesawat ini sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2011 silam. Bahkan, pada tanggal 29 Oktober 2015 silam, purwarupa pesawat ini sudah diperkenalkan.
Sebenarnya, sejak bulan april 2016, PT DI sudah menjadwalkan pesawat ini sudah bisa mulai uji terbang. Sayangnya, berbagai kendala menyebabkan jadwal tersebut terus mundur. Kini, diharapkan izin bisa segera dikeluarkan agar pesawat ini bisa segera mengudara. Jika penguijan pesawat ini bisa selesai, maka pesawat akan bisa segera diproduksi mengingat sudah ada beberapa pihak yang telah memesan 200 pesawat meskipun memang kontrak pembelian belum ditandatangani karena menunggu keluarnya izin tersebut.
PT DI sendiri memang diketahui telah lama melakukan kolaborasi dengan CASA, produsen pesawat terbang yang menjadi bagian dari Airbus Defence and Space. Kolaborasi ini pernah menghasilkan pesawat CASA C212 Aviocar. N-219 sendiri disebut-sebut memiliki basis yang sejenis dengan C212 ini namun bentuknya cenderung lebih panjang dan lebih halus.
Situs HIS Jane’s 360 sendiri menyebutkan bahwa secara aerodinamika, N-219 lebih baik jika dibandingkan dengan C212 dimana penempatan sayapnya berada di posisi yang lebih tinggi. Hal ini memberi pengaruh pada kabin yang lebih lebar. Pesawat dengan mesin bertenaga 850 Shaft horsepower ini juga mampu tinggal landas pada landasan pacu dengan jarah 600 meter dan mendarat pada landasan pacu yang berukuran kurang dari 800 meter. Kelebihan lain, pesawat berjenis pesawat perintis ini mampu mendarat di landasan yang terbuat dari tanah, rumput, atau bahkan berkerikil.
Diharapkan, pesawat ini nantinya bisa dipakai untuk keperluan penerbangan komersial, kepentingan pengiriman barang, pasukan, pengawasan di perairan laut, hingga kebutuhan SAR dan medis. Jika berhasil mengudara, maka pesawat ini diharapkan bisa menjadi kebanggaan dunia dirgantara tanah air. (AS/IB)