Nah, karena dikenal sebagai jajanan tradisional yang digemari
warga Pekalongan dan sekitarnya, sejak lebih dari 20 tahun silam, warga
Kelurahan Pekajangan Gang 20, Kecamatan Kedungwungi Kabupaten Pekalongan, menjadikan
gebral sebagai bagian dari tradisi lebaran bernama Gunungan Gebral Syawalan.

Dari namanya saja, kita sudah tahu kalau tradisi ini digelar
saat Syawalan alias H+7 Idulfitri. Tapi, proses persiapan tradisi ini bahkan
sudah dilakukan sejak beberapa hari sebelum lebaran, lo! Ini dilakukan karena nantinya gunungan gebral ini bakal berukuran
raksasa, bisa sampai setinggi 2-3 meter, lo!

Karena jumlah gebral yang dibuat cukup banyak, jangan heran
kalau singkong yang disiapkan bisa sampai lebih dari 100 kilogram, gula jawa
yang dipakai mencapai 5 kilogram, gula pasir mencapai 10 kilogram, hingga lebih
dari 50 butir buah kelapa. Seperti mempersiapkan pesta besar, ya?

Yang pasti, gebral-gebral yang akan dijadikan gunungan ini
nantinya akan diberi pewarna makanan agar lebih menarik. Makanya, di
gunungannya, kamu bisa melihat gebral berwarna cokelat, hijau, merah, biru,
atau kuning.

Setelah gunungan gebral jadi, warga biasanya mulai mengaraknya
sejak pukul 08.00 WIB bersamaan dengan agenda jalan sehat. Setelah itu, pada
pukul 11.00 WIB, proses pemotongan gunungan dilakukan. Gebral pun kemudian
diperebutkan oleh warga. Setelah puas mendapatkan gebral, warga masih bisa
mencicipi sejumlah jajanan yang juga disediakan di Pekajangan.

“Tradisi ini penuh dengan nilai kebaikan dan kebersamaan
bagi warga dalam memperingati Syawalan,” ungkap mantan Bupati Pekalongan Asip
Kholbihi saat ikut serta dalam tradisi ini pada 21 Juni 2018.

Seru banget ya tradisi Gunungan Gebral Syawalan di
Pekalongan ini. Kalau kebetulan ada di sana, coba deh menontonnya langsung Siapa tahu bisa mendapatkan gebral yang lezat juga kan?&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Warga Pekalongan dan sekitarnya pasti akrab
dengan jajanan tradisional dari singkong bernama gebral. Selain mudah ditemukan
di pasar tradisional atau penjual aneka jajanan, gebral juga hadir dalam bentuk
tradisi lebaran benama Gunungan Gebral Syawalan.

Buat kamu yang belum tahu, gebral terbuat dari singkong yang
diberi tambahan parutan kelapa dan gula merah. Kombinasi ketiga bahan ini
membuat gebral memiliki rasa manis dan gurih yang bikin nagih.

Digelar pada H+7 Lebaran, tradisi gunungan gebral syawalan bikin meriah suasana Lebaran Ketupat di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah,

Gunungan Gebral Syawalan Bikin Meriah Lebaran di Pekalongan

Menurut cerita yang beredar, Batu Bleneng telah ada sejak zaman dahulu dan memiliki peran penting dalam keseimbangan alam. Batu ini diyakini digunakan untuk menutup sebuah mata air raksasa yang terus menyembur tanpa henti, mengancam pemukiman di sekitarnya. 

Kepercayaan lain menyebutkan bahwa batu ini menjadi tempat semedi para leluhur, menambah kesan magis yang menyelimutinya.

Konon, setiap usaha untuk memindahkan batu ini selalu gagal dan berujung pada kejadian aneh atau malapetaka. Selain itu, batu Bleneng dipercaya memiliki energi spiritual yang kuat, sehingga banyak orang menganggapnya sebagai tempat yang sakral.&nbsp;

Beberapa orang menghubungkan keberadaan batu ini dengan tingginya angka kecelakaan di tol tersebut, meskipun faktor keselamatan jalan dan kelalaian pengemudi lebih masuk akal sebagai penyebab utama.

Di lain sisi, mitos dan kepercayaan seputar Batu Bleneng memang menarik untuk dikaji. Namun, dari perspektif ilmiah, nggak ada bukti yang secara langsung mengaitkan keberadaan batu ini dengan kecelakaan yang terjadi. Sepertinya, faktor kelelahan pengemudi, kondisi jalan, serta aspek teknis kendaraan lebih berpengaruh terhadap keselamatan berkendara dibanding unsur mistis.

Meski begitu, kepercayaan terhadap Batu Bleneng tetap menjadi bagian dari kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Bagi sebagian orang, mitos ini bukan sekadar cerita, melainkan bagian dari sejarah dan identitas budaya yang perlu dihormati.

Batu Bleneng di Tol Cipali adalah salah satu fenomena unik yang menggabungkan sejarah, mitos, dan kepercayaan masyarakat. Terlepas dari benar atau tidaknya cerita mistis yang menyelimutinya, keberadaan batu ini tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang melintasi jalan tol tersebut. 

Apakah Batu Bleneng memang memiliki kekuatan gaib, atau hanya sekadar batu biasa yang dilingkupi legenda? Jawabannya kembali pada kepercayaan masing-masing individu. Kalau kamu percaya nggak, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Di tengah hiruk-pikuk Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), terdapat sebuah batu besar yang menyimpan berbagai kisah mistis. Batu Bleneng, demikian masyarakat setempat menyebutnya, diyakini memiliki aura gaib dan nggak dapat dipindahkan. Keberadaannya di Kilometer 182 kerap dikaitkan dengan mitos yang berkembang turun-temurun.

Tol Cipali merupakan bagian dari Tol Trans Jawa yang menghubungkan Cikopo, Purwakarta, hingga Palimanan, Cirebon. Meski baru diresmikan pada 2015, tol ini telah menjadi saksi banyak peristiwa, termasuk kecelakaan yang kerap dikaitkan dengan hal-hal mistis. Salah satu cerita yang paling terkenal adalah tentang Batu Bleneng yang berdiri kokoh di tepi jalan tol.

Konon, semua cara yang digunakan untuk memindahkan batu ini berakhir dengan kegagalan

Kisah Batu Bleneng di Tol Cipali yang Misterius

Lalu, apakah kimchi bisa
memberikan manfaat kesehatan bagi kulit? Jawabannya, benar! Karena kaya probiotik, sudah banyak penelitian yang menyebut
kimchi sebagai salah satu makanan yang paling sehat di dunia.

Selain bikin
pencernaan jadi lebih sehat, kandungan di dalam kimchi yang kaya akan vitamin
serta antioksidan juga bisa bikin sistem kekebalan tubuh lebih baik.
Artinya, makan kimchi memang bisa bikin kita jadi nggak mudah jatuh sakit.

Namun, apakah rutin makan kimchi bisa bikin kulit
glowing dan nggak jerawatan? Kalau ini, belum ada penelitian yang membuktikannya.
Meski begitu, ahli kesehatan membenarkan kemungkinan bahwa rutin makan kimchi bisa membantu kulit lebih sehat.

Fakta bahwa rutin makan kimchi bisa membantu kulit lebih sehat sempat diungkapkan ahli kulit dr Ruri Diah Pamela SpKK. Alasannya, kimchi kaya akan nutrisi sehat seperti probiotik
alias bakteri baik layaknya Lactobacilllus yang punya kemampuan unik berupa
menjaga keseimbangan mikrobioma pada usus.

Selama mikrobioma usus terjaga, peradangan pada tubuh bisa dicegah. Perlu kamu tahu, peradangan-peradangan pada tubuh adalah kondisi yang memicu munculnya jerawat pada wajah.

“Kimchi juga kaya antioksidan dan vitamin C yang baik untuk
kulit dan mampu melawan radikal bebas penyebab penuaan dini atau kulit kusam,”
ungkap dr Ruri sebagaimana dikutip dari Detik, Kamis (13/3/2025).

Meski baik untuk kesehatan kulit, bukan berarti hanya dengan
makan kimchi masalah kulit seperti jerawat bakal otomatis kelar. Mencegah kemunculan jerawat hanya bisa dilakukan dengan menerapkan pola makan dan gaya hidup yang lebih sehat
secara keseluruhan demi mendapatkan manfaat tersebut.

Namun begitu, nggak ada salahnya untuk sering-sering mengonsumsi kimchi. Kamu suka
makan kimchi juga, Millens? (Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Kamu gemar mengonsumsi makanan khas
Korea, Millens? Kalau iya, pasti nggak asing dengan kimchi, bukan?
Sayuran fermentasi dengan rasa asam ini memang hampir selalu hadir di setiap menu kuliner di Negeri Gingseng.

Selain rasanya yang unik, banyak orang suka makan kimchi
karena konon bisa bikin kulit glowing. Bahkan, beberapa saat lalu, di media
sosial X, ada warganet yang mengaku kulitnya jadi nggak jerawatan lagi
setelah rutin makan kimchi selama enam bulan.

Di media sosial X, muncul narasi yang menyebut rutin makan kimchi bisa bikin kulit glowing. Beneran nggak, ya?

Benarkah Rutin Makan Kimchi Bikin Kulit Glowing?

Nah, agar semangat tetap terjaga dan nggak kehilangan spirit Ramadan, sebagai umat muslim, kita sejatinya bisa belajar dari sosok inspiratif dalam sejarah Islam, yaitu Umar bin Khattab.

Umar adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW dan khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar As-Siddiq. Khalifah yang berkuasa pada 634-644 ini dikenal karena ketegasan, kedisiplinan, dan komitmennya dalam menjalankan ajaran Islam.

Khalifah Umar bin Khattab hidup sekitar pertengahan abad ke-6. Sosoknya tinggi dan kuat serta piawai menunggang kuda dan bergulat. Semasa muda, dia memang dikenal sebagai pegulat tangguh yang sangat disegani kaumnya.

Kemampuan orasi Umar juga luar biasa, membuatnya acap diminta mewakili sukunya saat menghadapi konflik dengan suku lain di Arab. Kemampuan itu terus diasahnya setelah masuk Islam dan menjabat sebagai khalifah. Umar sangat disegani negara lain dan kepemimpinannya menjadi salah satu kekuatan besar di Timur Tengah.

Sosok yang semasa hidup dikenal dengan kesederhanaannya ini diberi julukan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Al-Faruq atau orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.

Kematian sosok yang dijanjikan surga kepadanya ini adalah duka bagi umat Islam di seluruh dunia hingga sekarang.

Tiga Cara Menjaga Spirit Ramadan ala Umar

Menjadikan Umar bin Khattab sebagai anutan bukanlah sebuah kesalahan, karena bisa memotivasi kita untuk menjaga konsistensi dalam beribadah. Berikut adalah tiga cara menjaga spirit Ramadan dengan mengambil inspirasi dari kepemimpinan sang Khalifah kedua tersebut.

1. Menjaga konsistensi ibadah seperti kedisiplinan Umar

Salah satu sifat utama Umar bin Khattab adalah disiplinnya dalam beribadah. Dia selalu menjaga salat tepat waktu dan nggak membiarkan dirinya terlena dalam kenyamanan dunia.

Setelah Ramadan, kita bisa meneladani Umar dengan tetap menjaga konsistensi ibadah yang telah terbiasa selama sebulan penuh, seperti:

Ramadan bukan hanya tentang beribadah selama satu bulan, tetapi latihan untuk menjadi lebih baik sepanjang tahun. Seperti Umar yang tetap teguh dalam keimanannya setelah masuk Islam, kita pun harus tetap teguh dalam ibadah meskipun Ramadan telah berlalu.

2. Mengendalikan diri seperti Umar setelah menjadi pemimpin

Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin yang tegas, tetapi juga mampu mengendalikan emosinya. Ketika seseorang mengkritiknya, dia nggak marah, justru menjadikannya sebagai pelajaran.

Ramadan mengajarkan kita untuk mengendalikan hawa nafsu dan emosi. Maka, setelah Idulfitri, kita harus tetap menjaga sikap ini, dengan cara:

Sebagaimana Umar yang mengendalikan dirinya dalam menghadapi kritik dan ujian, kita pun bisa menerapkan pengendalian diri yang kita latih selama Ramadan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Memperkuat kepedulian seperti kedekatan Umar dengan rakyat

Sebelum mendirikan Baitul Mal, Umar&nbsp;bin Khattab memilih tinggal di rumah lumpur sederhana di dekat kaum marjinal agar lebih mengenal rakyatnya. Untuk memastikan kesejahteraan rakyatnya, selama menjadi khalifah dia&nbsp;juga sering menyamar pada malam hari untuk menyelinap di antara mereka.

Ramadan seharusnya berhasil membentuk kita menjadi sosok yang seperti Umar yang peduli terhadap sesama, bahkan merelakan sebagian besar hartanya untuk rakyat dan menegakkan agama.

Setelah Idulfitri, kita bisa mempertahankan kebiasaan baik ini dengan:

Sebagaimana Umar yang tidak berhenti membantu rakyatnya, kita pun bisa menjadikan Ramadan sebagai titik awal untuk terus berbagi kebaikan pada hari-hari ke depan.

Spirit Ramadan bisa terus hidup dalam keseharian jika kita mau berpikir bahwa bulan suci itu bukanlah semata momen sesaat, tapi bagian dari perjalanan spiritual yang berkelanjutan. Maka, tujuannya bukanlah menjadi bersih, tapi bertahan dalam kebersihan itu. Sepakat, Millens? (Siti Khatijah/E07)

Inibaru.id - Ramadan disebut sebagai Bulan Suci, salah satunya karena pada bulan tersebut kita seperti yang "kotor" pada bulan-bulan sebelumnya direndam, dikucek, lalu dibilas agar menjadi pribadi yang bersih saat merayakan kemenangan Hari Raya Idulfitri.

Setelah bersih, tentunya kita nggak pengin kotor-kotor lagi dong? Kita berharap menjadi pribadi baru yang lebih baik dengan semangat menggebu dalam beribadah, disiplin waktu, dan kebiasaan baik lainnya. Sayangnya, acap kali semangat itu mengendur setelah kita kembali ke rutinitas lama.

Idulfitri bukanlah momen untuk melupakan Ramadan yang telah berlalu, tapi menjadikannya patokan akan seperti apa kita selanjutnya.

3 Cara Menjaga Spirit Ramadan setelah Idulfitri: Belajar dari Umar bin Khattab

Sindrom metabolik adalah kumpulan kondisi yang mencakup tekanan dan gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, dan kadar kolesterol atau trigliserida yang nggak normal, yang semuanya meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.

Selain itu, kebiasaan makan sendirian juga dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Age and Ageing meneliti sekitar 35.000 pria dan wanita mengenai kebiasaan makan mereka melansir Kumparan (15/11/2021).

Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang sering makan sendiri, terutama laki-laki, lebih berisiko mengalami depresi. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya interaksi sosial dan perasaan kesepian yang muncul saat makan tanpa ditemani.

Penelitian lain yang dipublikasikan dalam jurnal Menopause&nbsp;mengutip Suara (10/12/2021) menunjukkan bahwa perempuan yang terbiasa makan sendiri memiliki risiko 2,58 kali lebih tinggi mengalami angina, yaitu gejala penyakit arteri koroner yang melibatkan berkurangnya aliran darah ke jantung.

Selain itu, mereka cenderung kurang memperhatikan asupan nutrisi seperti kalori, serat, dan karbohidrat, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan jantung.

Kebiasaan makan sendirian dapat membawa dampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental, termasuk peningkatan risiko obesitas, sindrom metabolik, depresi, dan masalah jantung.

Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan interaksi sosial saat makan, seperti makan bersama keluarga atau teman, untuk mendukung kesehatan secara keseluruhan. Ternyata hal yang kita anggap sepele punya efek kesehatan yang cukup serius ya?

Kalau kamu suka cari teman nggak waktu makan, Millens? (Siti Zumrokhatun/E10)

Inibaru.id -&nbsp;Siapa sangka jika kebiasaan makan sendirian bukan hanya memengaruhi aspek sosial seseorang, tetapi juga berdampak signifikan pada kesehatan fisik dan mental?

Yap, menurut Klikdokter (26/5/2020) berbagai penelitian menunjukkan bahwa sering makan sendiri dapat meningkatkan risiko sejumlah masalah kesehatan

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Obesity Research and Clinical Practice menemukan bahwa individu yang sering makan sendirian mengalami peningkatan risiko obesitas hingga 45 persen dan sindrom metabolik hingga 64 persen.

Kerap makan sendirian bisa membuatmu terkena gangguan kesehatan.

Sering Makan Sendiri Berpotensi Pengaruhi Kesehatan Fisik dan Mental

“Tidak boleh parkir di jalanan. Sediakan tempat sendiri, atau kerja sama dengan penduduk sekitar. Kita juga tekankan untuk langkah antisipasi, gangguan keamanan baik itu parkir liar, premanisme, dan sebagainya. Itu kerja sama dengan pokdarwis dan penegak hukum, agar tidak mengganggu pengunjung,” tuturnya, Selasa (24/12/2024). 

Dia juga menekankan pentingnya bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk menyediakan area parkir dan mencegah gangguan keamanan, seperti parkir liar dan premanisme.

Selain itu, Disporapar memantau destinasi wisata dengan risiko tinggi, termasuk wahana air dan kawasan pegunungan, mengingat potensi cuaca ekstrem selama musim liburan. Untuk mitigasi risiko, pihaknya berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).  

Agung mengungkapkan bahwa perkiraan kunjungan wisatawan selama libur Nataru berasal dari total 9,5 juta orang yang diperkirakan masuk ke Jateng pada periode tersebut. Hingga 11 Desember 2024, jumlah wisatawan yang telah berkunjung ke Jawa Tengah mencapai 46,47 juta orang, terdiri dari 45,97 juta wisatawan domestik dan 498 ribu wisatawan mancanegara.

Agung juga mengimbau wisatawan untuk memantau prakiraan cuaca melalui BMKG dan memastikan kondisi kendaraan serta kesehatan sebelum bepergian. Pengelola destinasi wisata diminta menerapkan prinsip Sapta Pesona dan memastikan ketersediaan alat keselamatan di lokasi wisata.  

“Selalu pantau informasi cuaca dari BMKG. Jika menggunakan kendaraan pribadi, persiapkan kondisi kendaraan dan kondisi kesehatan diri,” pungkas Agung. 

Buat kamu yang suka jalan-jalan saat masa libur, jangan lupa cek kesehatan dan kendaraan ya, Millens!&nbsp;(Siti Zumrokhatun/E10)

Inibaru.id -&nbsp;Musim liburan biasanya dimanfaatkan untuk berlibur. Karena itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) menyatakan kesiapan menyambut lonjakan wisatawan selama libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025. Diperkirakan, sebanyak 6,4 juta pelancong akan mengunjungi berbagai destinasi wisata di provinsi ini.

Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Jateng, Agung Hariyadi menyampaikan bahwa koordinasi dengan pemerintah kabupaten dan kota telah dilakukan. Langkah-langkah khusus juga disiapkan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan wisatawan.

Libur Nataru kali ini diperkirakan akan mendatangkan 6,4 juta wisatawan ke Jawa Tengah. Pemerintah setempat memastikan kesiapan destinasi wisata dengan langkah antisipasi untuk menjamin kenyamanan dan keamanan pengunjung.

Wisatawan di Jateng Diprediksi Capai 6,4 Juta Selama Libur Nataru

Inibaru.id &ndash; Zaman yang serbadigital nggak serta merta membuat orang-orangnya menjadi ansos alias antisosial. Begitu juga dengan wisatawan zaman now yang suka bertualang ke pelbagai daerah. Menurut survei yang dilakukan agen penyedia tiket wisata Booking.com, berinteraksi dengan penyedia akomodasi membuat liburan lebih bermakna.
Dari survei yang diikuti 21.500 responden, sebanyak 63 persen di antaranya setuju dengan hal itu.&nbsp;Sejumlah 51 persen responden justru mengungkapkan lebih memilih menginap di bangunan yang sama dengan pengelolanya. Hal ini dikarenakan mereka merasa lebih terbantu.
Dilansir dari laman Kompas, Kamis (11/4/2019) tuan rumah akomodasi memiliki peran yang cukup penting dalam hal ini, yakni untuk membuat tamunya lebih betah berada di sana. Berdasarkan survei, 66 persen wisatawan suka disambut hangat tuan rumah karena mereka merasa seperti meningap di rumah sendiri.
Sebanyak 62 persen wisatawan menganggap jika tuan rumah merupakan orang lokal yang bisa memberi informasi penting saat berwisata di daerah tersebut. Selain itu, 45 persen wisatawan lainnya juga bisa meminta bantuan tuan rumah untuk lebih hemat dan terhindar dari jebakan turis.
Nggak hanya itu, 44 persen wisatawan juga mengakui mereka ingin menambah lingkaran sosial mereka. Para wisatawan itu juga berharap diundang ke pesta lokal orang yang mengelola akomodasi.
Namun, nggak semua wisatawan ingin berinteraksi dengan frekuensi yang cukup tinggi dengan tuan rumah. Wisatawan mengakui mereka hanya perlu melihat tuan rumah mereka sekali saja, beberapa di antaranya juga berharap dihubungi hanya sekali saat check-in dan sekali saat check-out.
Terlebih, sebanyak 69 responden percaya tuan rumah harus mengetahui secara intuitif jumlah waktu yang tepat untuk dihabiskan bersama tamu. Empat dari lima responden merasa hal ini adalah cara yang tepat untuk menghargai kebutuhan tamu akan ruang pribadi dan privasi mereka.
Kalau kamu jadi wisatawan, kamu tipe yang mana nih, Millens? (IB24/E04)

Survei membuktikan, sebanyak 63 persen responden yang merupakan wisatawan percaya masa inap menjadi jauh lebih bermakna karena orang-orang yang mengelola akomodasi/penginapan. Karena itu, mereka lebih suka berkomunikasi dengan pengelola akomodasi.

Survei Membuktikan, Wisatawan Lebih Suka Berinteraksi dengan Pengelola Penginapan

Inibaru.id &ndash; Indonesia dinobatkan sebagai negara destinasi wisata halal terbaik di dunia berdasarkan standar dari Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019. Predikat ini juga disematkan pada Malysia yang punya skor sama dengan Indonesia. Kedua negara ini mengalahkan 130 destinasi wisata lainnya dari seluruh dunia.
Laman Kompas, Rabu (10/4/2019) menulis, GMTI menyebut Indonesia dan Malaysia sama-sama mendapatkan skor 78. Skor ini dinilai dari empat kriteria yakni access, communication, environment, serta services. Kriteria-kriteria ini meliputi infrasktruktur transportasi, komunikasi, keamanan, budaya, hingga ketersediaan makanan halal, tempat ibadah, dan atraksi menarik.
Peringkat Indonesia melonjak dibandingkan dengan 2018. Tahun lalu, bersama dengan Uni Emirat Arab Indonesia berada di peringkat kedua. Sementara itu, pada 2017 Indonesia ada di peringkat 3, 2016 ada di peringkat 4, dan 2015 ada di peringkat ke-6.
&ldquo;Indonesia menjadi satu-satunya negara yang paling progresif dalam hal mengembangkan wisata halal,&rdquo; ungkap CEO Crescent Rating Fazal Bahardeen. Hal ini dibuktikan dengan adanya Indonesian Muslim Travel Index (IMTI) yang telah disesuaikan dengan standar GMTI. Selain itu, Indonesia juga telah menjalankan bimbingan teknis serta workshop untuk mendukung 10 destinasi wisata halal unggulan Tanah Air.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya menyambut positif hasil survey GMTI 2019 ini. Menurut Arief, apa yang dijalankan pemerintah sejak 2015 telah memberikan dampak positif bagi sektor wisata halal di Indonesia. Menpar juga berharap peningkatan peringkat ini akan membuat minat wisatawan untuk mengunjungi Indonesia akan naik dengan signifikan pada 2019.
Sebagai informasi, Indonesia menargetkan 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara sepanjang 2019. Sekitar 5 juta di antaranya diharapkan berasal dari sektor wisata halal.
Berikut adalah daftar 10 besar destinasi wisata halal terbaik dunia menurut GMTI 2019.
<ol style="text-align: left;">
<li>Indonesia : 78</li>
<li>Malaysia : 78</li>
<li>Turki : 75</li>
<li>Arab Saudi : 72</li>
<li>Uni Emirat Arab : 71</li>
<li>Qatar : 68</li>
<li>Maroko : 67</li>
<li>Bahrain : 66</li>
<li>Oman : 66</li>
<li>Brunei Darussalam : 65</li>
</ol>
Semoga pariwisata Indonesia semakin maju, ya Millens. Nggak perlu jauh-jauh ke luar negeri lagi kan untuk menikmati wisata halal? (IB09/E04)

Bersama dengan Malaysia, Indonesia meraih peringkat pertama desitinasi wisata halal terbaik dunia 2019. Predikat in didasarkan pada standar dari Global Muslim Travel Index (GMTI).

Bersama Malaysia, Indonesia Menjadi Destinasi Wisata Halal Terbaik Dunia 2019

Inibaru.id &ndash; Pascagempa berkekuatan 6,4 SR yang mengguncang Pulau Lombok pada 29 Juli 2018, aktivitas wisata di pulau yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat tersebut masih belum pulih. Hal ini diketahui dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS). Data menunjukkan jumlah wisatawan cenderung menurun dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun lalu.
Data yang didapatkan dari pintu masuk Bandara International Lombok ini menunjukkan pada Januari-Februari 2019, terdapat 5.713 wisatawan mancanegara yang berkunjung. Di periode yang sama tahun lalu, jumlah wisatawan mancanegara yang datang mencapai 11.786 orang. Hal ini berarti, penurunan jumlah wisatawan mencapai 38,14 persen.
&ldquo;Kejadian di Lombok yang tak diharapkan seperti gempa dan lain-lain membuat penurunan jumlah wisatawan mencapai 38 persen. Hal ini saya rasa wajar, tapi tetap saja menjadi beban buat kami. Kami di Asita akan segera berdiskusi terkait hal ini,&rdquo; ungkap Dewantoro Umbu Joka, Ketua DPD Asosiasi agen Perjalanan dan Wisata Indonesia (Asita) Provinsi Nusa Tenggara Barat seperti ditulis Kompas.com, Selasa (2/4/2019).
Asita sebenarnya memprediksi penurunan jumlah wisatawan mancanegara ke Nusa Tenggara Barat jauh lebih besar, yakni sekitar 40-50 persen. Meski gempa Lombok telah tujuh bulan berlalu, Dewantoro mengaku nggak mudah untuk meyakinkan wisatawan baik itu lokal ataupun asing untuk datang kembali ke Lombok.
Yap, nggak hanya wisatawan mancanegara, data wisatawan domestik yang berkunjung di periode yang sama juga menurun. Kendati begitu, Humas Asita Provinsi NTB Supratman Samsi menyebut Januari-Februari memang termasuk musim sepi kunjungan bagi Pulau Lombok
Semoga ada gebrakan baru yang bisa menarik wisatawan agar bisa kembali ke Lombok, ya, Millens. Yuk, kapan mau ke Lombok? (IB09/E04)

Gempa Lombok yang terjadi pada Juli 2018 agaknya masih menyisakan ketakutan bagi para wisatawan. Hingga Februari 2019, banyak wisatawan yang belum tertarik untuk kembali berkunjung ke pulau di Provinsi NTB tersebut.

9 Bulan Berlalu, Kunjungan Wisatawan Asing ke Lombok Menurun Pascagempa

Inibaru.id &ndash; Wisatawan dari Rusia, Boris Osmanov kehabisan uang saat berkunjung ke Indonesia. Dia pun sempat tidur di kuburan&nbsp;Desa Sepuh Gembol, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo. Mendapat laporan tentang hal tersebut, anggota kepolisian Polres Probolinggo langsung melarikannya ke RSUD dr. Moh. Saleh, Probolinggo, Jawa Timur untuk mendapatkan perawatan.
&ldquo;Boris turun dari jip setelah dari Gunung Bromo karena sakit perut. Turunnya di desa Sepuh Gempol. Setelah buang hajat akibat diare, Dia mendirikan tenda dekat dengan makam. Warga sempat berpikir tenda ini milik pencuri ternak. Setelah dicek ternyata ada Boris yang masih tidur,&rdquo; jelas Kapolsek Wonomerto AKP Sugianto.
Kompas.com, Rabu (15/11/2018) menulis, Boris diketahui berkunjung ke Gunung Bromo. Namun, sata turun, dia mengaku sakit perut dan akhirnya mendirikan tenda di kuburan itu.
Sebelum mengunjungi Gunung Bromo, Boris sudah berwisata ke pelbagai negara seperti Hong Kong, Tiongkok, dan Singapura. Setelah dari Gunung Bromo, sebenarnya dia berencana akan pergi ke pantai, tapi di tengah perjalanan, uang dan bekalnya habis.
&ldquo;Uang, makanan, dan minuman saya habis. Saya sakit perut setelah dari Gunung Bromo,&rdquo; cerita lelaki berusia 45 tahun itu.
Saat sakit perut, Boris sempat pergi ke apotek untuk membeli obat tapi dia nggak memiliki uang. Melihat hal itu, salah seorang pegawai apotek tersebut, Bice memberikan obat secara gratis untuk Boris.
&ldquo;Dia tidak punya uang untuk beli obat diare. Saya kasih gratis. Saya juga tawarkan tempat istirahat di garasi. Dia mau,&rdquo; ucap Bice.
Fenomena Begpackers
Apa yang terjadi pada Boris dikenal sebagai fenomena begpackers. Selain di Indonesia, negara-negara lain seperti Thailand, Korea Selatan, Singapura, dan Vietnam juga sering ditemukan kasus wisatawan yang kehabisan uang. Untuk bertahan hidup, mereka kemudian mengamen atau bahkan mengemis.
Di Indonesia, kasus turis yang mengemis dan mengamen banyak ditemui di Bali dan beberapa kota di Pulau Jawa. Mereka biasanya membawa papan yang berisikan mereka membutuhkan uang demi melanjutkan perjalanan. Sebagai contoh, Detik.com, Minggu (10/9/2017) menulis, ada dua turis dari Republik Ceska dan Slovakia yang kehabisan uang di Pekalongan.
Petr Nedomelel dan pasangannya, Jara Bratska baru berwisata di Bali dan Jawa Timur dan akan pulang melalui Jakarta. Sayang, di Pekalongan, Petr jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Mereka kemudian kehabisan uang demi membiayai pengobatan Petr dan akhirnya meminta bantuan Kapolsek Wiradesa AKP Yorisa Prabowo agar bisa ke Jakarta dan pulang.
&ldquo;Kami tumpangkan mereka ke PO Bus yang mau membawa ke Jakarta secara cuma-cuma. Kami juga berikan bekal di Jakarta dan menyarankan mereka ke kantor kedutaan masing-masing,&rdquo; cerita AKP Yorisa.
Kalau menurut Millens, keberadaan turis-turis yang mengemis atau mengamen demi bisa terus berwisata ini normal atau malah sebenarnya bikin gemas dan merepotkan sih? (IB09/E04)

Fenomena begpackers atau wisatawan yang kehabisan uang hingga mengamen dan mengemis mulai menjamur di berbagai negara tujuan wisata, termasuk Indonesia. Salah satu kasusnya yakni wisatawan asal Rusia yang "menggelandang" di salah satu kuburan di Probolinggo, Jawa Timur.

Kehabisan Uang, Wisatawan Rusia Tidur di Tenda Dekat Kuburan di Probolinggo

Inibaru.id &ndash; Indonesia seolah diterpa bencana yang bertubi-tubi sejak pertengahan 2018. Mulai gempa, gunung meletus, hingga tsunami terjadi di beberapa wilayah. Namun, hal itu rupanya nggak mempengaruhi sektor pariwisata Indonesia.
Penerbit buku panduan perjalanan wisata Lonely Planet baru-baru ini memasukkan Indonesia dalam 10 negara terbaik untuk dikunjungi pada 2019 mendatang. Bahkan, sampul buku berjudul Best in Travel 2019 itu bergambar Pura Ulun Danu yang berlokasi di Pulau Bali.
Kompas.com, Kamis (25/10/2018) menulis, Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut positif rekomendasi dari Lonely Planet ini. Menurut Arief, hal itu diharapkan membantu Indonesia untuk memenuhi target 20 juta wisatawan mancanegara pada tahun depan.
&ldquo;Nggak main-main ini referensinya mengingat Lonely Planet sudah dianggap sebagai buku panduan wisatawan mancanegara,&rdquo; ungkap Arief.
Lebih mengejutkan lagi karena dari seluruh negara di Asia Tenggara, hanya Indonesia yang masuk daftar ini, Millens. Thailand atau Malaysia yang acap kali dianggap sebagai pesaing justru nggak masuk daftar.
Dalam buku ini, Lonely Planet menyebut Indonesia sebagai negara yang kaya akan keindahan alam dan keragaman budaya.
&ldquo;Memiliki lebih dari 17.000 pulau, Indonesia memiliki ragam budaya, kuliner, dan agama. Kekayaan ini membentang antarpulau dan menawarkan segudang pengalaman,&rdquo; ungkap Lonely Planet dalam buku tersebut.
Kendati Indonesia beberapa kali diguncang gempa yang cukup kuat, Lonely Planet tetap menganggap Indonesia sebagai negara yang aman untuk dikunjungi.
&ldquo;Gempa yang muncul belakangan ini terjadi karena Indonesia berada di jalur Ring of Fire. Meski begitu, Indonesia tergolong aman bagi wisatawan,&rdquo; lanjut Lonely Planet.
Keputusan Pemerintah Indonesia yang memberikan akses bebas visa kunjungan bagi warga dari 169 negara di seluruh dunia juga mendapat pujian dari Lonely Planet.
&ldquo;Dengan akses bebas visa bagi 169 negara, kita semakin mudah untuk mengunjungi negeri tropis yang indah ini. Pergilah sekarang, sebelum semua rahasia dan keindahan Indonesia terungkap,&rdquo; tulis Lonely Planet.
Selain Indonesia yang menduduki peringkat ketujuh, negara-negara yang masuk daftar tersebut yakni Sri Lanka yang menempati urutan pertama. Jerman dan Zimbabwe menyusul di urutan kedua dan ketiga. Urutan keempat hingga keenam secara berturut-turut diduduki Panama, Kyrgiztan, dan Yordania. Sementara itu, di bawah Indonesia ada Belarusia, Saotome dan Principe, serta Belize.
Wah, nggak perlu jauh-jauh berwisata ke luar negeri nih, Millens. Indonesia saja masuk ke daftar 10 negara terbaik untuk dikunjungi, kok. Ha-ha.&nbsp; (IB09/E04)

Beberapa bulan terakhir, Indonesia diterpa rentetan bencana mulai dari gempa hingga tsunami. Namun, hal itu rupanya nggak berpengaruh pada sektor wisata. Indonesia bahkan masuk 10 besar negara terbaik untuk dikunjungi dalam buku Best in Travel 2019 keluaran Lonely Planet.

Ditimpa Bencana Bertubi-tubi, Lonely Planet Tetap Sarankan Wisatawan ke Indonesia

Inibaru.id - Video yang memperlihatkan beberapa penyelam yang diketahui adalah wisatawan tengah mengganggu hiu paus di Teluk Cendrawasih, Papua Barat viral di media sosial. Dalam video itu, para penyelam terlihat memegang dan menunggangi seekor hiu paus. Lantaran perbuatan itu nggak sesuai aturan, para penyelam ini pun diamankan.
Metrotvnews.com, Selasa (14/8/2018), menulis, video itu kali pertama diunggah oleh Kaka "Slank" melalui akun Twitternya @fishGOD pada Kamis (9/8) lalu. Dalam unggahannya, Kaka menandai Twitter Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya seraya melaporkan kejadian ini.
Usai video tersebut menyebar luas, polisi langsung bergerak untuk menangkap pelaku atas laporan dari Menteri Susi. Dia mengungkapkan video tersebut sudah diketahui Pandu Laut Nusantara dan langsung dilaporkan ke pihak berwajib.
"Itu sudah ditangani dan pelakunya sudah ditangkap. Kebetulan, Bu Tito (istri Kapolri Jenderal Tito Karnavian) juga merupakan anggota Pandu Laut sehingga keluhan soal ini sudah disampaikan dan langsung diproses kepolisian," ujar Susi.
Penangkapan itu dinilai sudah sepantasnya didapatkan para penyelam karena mereka telah melanggar peraturan konservasi dan keanekaragaman hayati. Selain menyalahi aturan, apa yang telah mereka lakukan juga membahayakan diri mereka.
Setiap tempat pasti memiliki aturan yang berlaku, apalagi tempat wisata. Jadi, alangkah baiknya bila kamu menaati aturan itu, Millens. So, jadilah wisatawan yang cerdas dan taat aturan ya. (IB13/E04)

Para pelaku yang menunggangi hiu paus dalam video yang tersebar di masyarakat sudah ditangkap. Mereka ditangkap karena menyalahi aturan sebagai wisatawan.