Nah, karena dikenal sebagai jajanan tradisional yang digemari
warga Pekalongan dan sekitarnya, sejak lebih dari 20 tahun silam, warga
Kelurahan Pekajangan Gang 20, Kecamatan Kedungwungi Kabupaten Pekalongan, menjadikan
gebral sebagai bagian dari tradisi lebaran bernama Gunungan Gebral Syawalan.

Dari namanya saja, kita sudah tahu kalau tradisi ini digelar
saat Syawalan alias H+7 Idulfitri. Tapi, proses persiapan tradisi ini bahkan
sudah dilakukan sejak beberapa hari sebelum lebaran, lo! Ini dilakukan karena nantinya gunungan gebral ini bakal berukuran
raksasa, bisa sampai setinggi 2-3 meter, lo!

Karena jumlah gebral yang dibuat cukup banyak, jangan heran
kalau singkong yang disiapkan bisa sampai lebih dari 100 kilogram, gula jawa
yang dipakai mencapai 5 kilogram, gula pasir mencapai 10 kilogram, hingga lebih
dari 50 butir buah kelapa. Seperti mempersiapkan pesta besar, ya?

Yang pasti, gebral-gebral yang akan dijadikan gunungan ini
nantinya akan diberi pewarna makanan agar lebih menarik. Makanya, di
gunungannya, kamu bisa melihat gebral berwarna cokelat, hijau, merah, biru,
atau kuning.

Setelah gunungan gebral jadi, warga biasanya mulai mengaraknya
sejak pukul 08.00 WIB bersamaan dengan agenda jalan sehat. Setelah itu, pada
pukul 11.00 WIB, proses pemotongan gunungan dilakukan. Gebral pun kemudian
diperebutkan oleh warga. Setelah puas mendapatkan gebral, warga masih bisa
mencicipi sejumlah jajanan yang juga disediakan di Pekajangan.

“Tradisi ini penuh dengan nilai kebaikan dan kebersamaan
bagi warga dalam memperingati Syawalan,” ungkap mantan Bupati Pekalongan Asip
Kholbihi saat ikut serta dalam tradisi ini pada 21 Juni 2018.

Seru banget ya tradisi Gunungan Gebral Syawalan di
Pekalongan ini. Kalau kebetulan ada di sana, coba deh menontonnya langsung Siapa tahu bisa mendapatkan gebral yang lezat juga kan?&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Warga Pekalongan dan sekitarnya pasti akrab
dengan jajanan tradisional dari singkong bernama gebral. Selain mudah ditemukan
di pasar tradisional atau penjual aneka jajanan, gebral juga hadir dalam bentuk
tradisi lebaran benama Gunungan Gebral Syawalan.

Buat kamu yang belum tahu, gebral terbuat dari singkong yang
diberi tambahan parutan kelapa dan gula merah. Kombinasi ketiga bahan ini
membuat gebral memiliki rasa manis dan gurih yang bikin nagih.

Digelar pada H+7 Lebaran, tradisi gunungan gebral syawalan bikin meriah suasana Lebaran Ketupat di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah,

Gunungan Gebral Syawalan Bikin Meriah Lebaran di Pekalongan

Menurut cerita yang beredar, Batu Bleneng telah ada sejak zaman dahulu dan memiliki peran penting dalam keseimbangan alam. Batu ini diyakini digunakan untuk menutup sebuah mata air raksasa yang terus menyembur tanpa henti, mengancam pemukiman di sekitarnya. 

Kepercayaan lain menyebutkan bahwa batu ini menjadi tempat semedi para leluhur, menambah kesan magis yang menyelimutinya.

Konon, setiap usaha untuk memindahkan batu ini selalu gagal dan berujung pada kejadian aneh atau malapetaka. Selain itu, batu Bleneng dipercaya memiliki energi spiritual yang kuat, sehingga banyak orang menganggapnya sebagai tempat yang sakral.&nbsp;

Beberapa orang menghubungkan keberadaan batu ini dengan tingginya angka kecelakaan di tol tersebut, meskipun faktor keselamatan jalan dan kelalaian pengemudi lebih masuk akal sebagai penyebab utama.

Di lain sisi, mitos dan kepercayaan seputar Batu Bleneng memang menarik untuk dikaji. Namun, dari perspektif ilmiah, nggak ada bukti yang secara langsung mengaitkan keberadaan batu ini dengan kecelakaan yang terjadi. Sepertinya, faktor kelelahan pengemudi, kondisi jalan, serta aspek teknis kendaraan lebih berpengaruh terhadap keselamatan berkendara dibanding unsur mistis.

Meski begitu, kepercayaan terhadap Batu Bleneng tetap menjadi bagian dari kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Bagi sebagian orang, mitos ini bukan sekadar cerita, melainkan bagian dari sejarah dan identitas budaya yang perlu dihormati.

Batu Bleneng di Tol Cipali adalah salah satu fenomena unik yang menggabungkan sejarah, mitos, dan kepercayaan masyarakat. Terlepas dari benar atau tidaknya cerita mistis yang menyelimutinya, keberadaan batu ini tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang melintasi jalan tol tersebut. 

Apakah Batu Bleneng memang memiliki kekuatan gaib, atau hanya sekadar batu biasa yang dilingkupi legenda? Jawabannya kembali pada kepercayaan masing-masing individu. Kalau kamu percaya nggak, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Di tengah hiruk-pikuk Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), terdapat sebuah batu besar yang menyimpan berbagai kisah mistis. Batu Bleneng, demikian masyarakat setempat menyebutnya, diyakini memiliki aura gaib dan nggak dapat dipindahkan. Keberadaannya di Kilometer 182 kerap dikaitkan dengan mitos yang berkembang turun-temurun.

Tol Cipali merupakan bagian dari Tol Trans Jawa yang menghubungkan Cikopo, Purwakarta, hingga Palimanan, Cirebon. Meski baru diresmikan pada 2015, tol ini telah menjadi saksi banyak peristiwa, termasuk kecelakaan yang kerap dikaitkan dengan hal-hal mistis. Salah satu cerita yang paling terkenal adalah tentang Batu Bleneng yang berdiri kokoh di tepi jalan tol.

Konon, semua cara yang digunakan untuk memindahkan batu ini berakhir dengan kegagalan

Kisah Batu Bleneng di Tol Cipali yang Misterius

Lalu, apakah kimchi bisa
memberikan manfaat kesehatan bagi kulit? Jawabannya, benar! Karena kaya probiotik, sudah banyak penelitian yang menyebut
kimchi sebagai salah satu makanan yang paling sehat di dunia.

Selain bikin
pencernaan jadi lebih sehat, kandungan di dalam kimchi yang kaya akan vitamin
serta antioksidan juga bisa bikin sistem kekebalan tubuh lebih baik.
Artinya, makan kimchi memang bisa bikin kita jadi nggak mudah jatuh sakit.

Namun, apakah rutin makan kimchi bisa bikin kulit
glowing dan nggak jerawatan? Kalau ini, belum ada penelitian yang membuktikannya.
Meski begitu, ahli kesehatan membenarkan kemungkinan bahwa rutin makan kimchi bisa membantu kulit lebih sehat.

Fakta bahwa rutin makan kimchi bisa membantu kulit lebih sehat sempat diungkapkan ahli kulit dr Ruri Diah Pamela SpKK. Alasannya, kimchi kaya akan nutrisi sehat seperti probiotik
alias bakteri baik layaknya Lactobacilllus yang punya kemampuan unik berupa
menjaga keseimbangan mikrobioma pada usus.

Selama mikrobioma usus terjaga, peradangan pada tubuh bisa dicegah. Perlu kamu tahu, peradangan-peradangan pada tubuh adalah kondisi yang memicu munculnya jerawat pada wajah.

“Kimchi juga kaya antioksidan dan vitamin C yang baik untuk
kulit dan mampu melawan radikal bebas penyebab penuaan dini atau kulit kusam,”
ungkap dr Ruri sebagaimana dikutip dari Detik, Kamis (13/3/2025).

Meski baik untuk kesehatan kulit, bukan berarti hanya dengan
makan kimchi masalah kulit seperti jerawat bakal otomatis kelar. Mencegah kemunculan jerawat hanya bisa dilakukan dengan menerapkan pola makan dan gaya hidup yang lebih sehat
secara keseluruhan demi mendapatkan manfaat tersebut.

Namun begitu, nggak ada salahnya untuk sering-sering mengonsumsi kimchi. Kamu suka
makan kimchi juga, Millens? (Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Kamu gemar mengonsumsi makanan khas
Korea, Millens? Kalau iya, pasti nggak asing dengan kimchi, bukan?
Sayuran fermentasi dengan rasa asam ini memang hampir selalu hadir di setiap menu kuliner di Negeri Gingseng.

Selain rasanya yang unik, banyak orang suka makan kimchi
karena konon bisa bikin kulit glowing. Bahkan, beberapa saat lalu, di media
sosial X, ada warganet yang mengaku kulitnya jadi nggak jerawatan lagi
setelah rutin makan kimchi selama enam bulan.

Di media sosial X, muncul narasi yang menyebut rutin makan kimchi bisa bikin kulit glowing. Beneran nggak, ya?

Benarkah Rutin Makan Kimchi Bikin Kulit Glowing?

Nah, agar semangat tetap terjaga dan nggak kehilangan spirit Ramadan, sebagai umat muslim, kita sejatinya bisa belajar dari sosok inspiratif dalam sejarah Islam, yaitu Umar bin Khattab.

Umar adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW dan khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar As-Siddiq. Khalifah yang berkuasa pada 634-644 ini dikenal karena ketegasan, kedisiplinan, dan komitmennya dalam menjalankan ajaran Islam.

Khalifah Umar bin Khattab hidup sekitar pertengahan abad ke-6. Sosoknya tinggi dan kuat serta piawai menunggang kuda dan bergulat. Semasa muda, dia memang dikenal sebagai pegulat tangguh yang sangat disegani kaumnya.

Kemampuan orasi Umar juga luar biasa, membuatnya acap diminta mewakili sukunya saat menghadapi konflik dengan suku lain di Arab. Kemampuan itu terus diasahnya setelah masuk Islam dan menjabat sebagai khalifah. Umar sangat disegani negara lain dan kepemimpinannya menjadi salah satu kekuatan besar di Timur Tengah.

Sosok yang semasa hidup dikenal dengan kesederhanaannya ini diberi julukan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Al-Faruq atau orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.

Kematian sosok yang dijanjikan surga kepadanya ini adalah duka bagi umat Islam di seluruh dunia hingga sekarang.

Tiga Cara Menjaga Spirit Ramadan ala Umar

Menjadikan Umar bin Khattab sebagai anutan bukanlah sebuah kesalahan, karena bisa memotivasi kita untuk menjaga konsistensi dalam beribadah. Berikut adalah tiga cara menjaga spirit Ramadan dengan mengambil inspirasi dari kepemimpinan sang Khalifah kedua tersebut.

1. Menjaga konsistensi ibadah seperti kedisiplinan Umar

Salah satu sifat utama Umar bin Khattab adalah disiplinnya dalam beribadah. Dia selalu menjaga salat tepat waktu dan nggak membiarkan dirinya terlena dalam kenyamanan dunia.

Setelah Ramadan, kita bisa meneladani Umar dengan tetap menjaga konsistensi ibadah yang telah terbiasa selama sebulan penuh, seperti:

Ramadan bukan hanya tentang beribadah selama satu bulan, tetapi latihan untuk menjadi lebih baik sepanjang tahun. Seperti Umar yang tetap teguh dalam keimanannya setelah masuk Islam, kita pun harus tetap teguh dalam ibadah meskipun Ramadan telah berlalu.

2. Mengendalikan diri seperti Umar setelah menjadi pemimpin

Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin yang tegas, tetapi juga mampu mengendalikan emosinya. Ketika seseorang mengkritiknya, dia nggak marah, justru menjadikannya sebagai pelajaran.

Ramadan mengajarkan kita untuk mengendalikan hawa nafsu dan emosi. Maka, setelah Idulfitri, kita harus tetap menjaga sikap ini, dengan cara:

Sebagaimana Umar yang mengendalikan dirinya dalam menghadapi kritik dan ujian, kita pun bisa menerapkan pengendalian diri yang kita latih selama Ramadan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Memperkuat kepedulian seperti kedekatan Umar dengan rakyat

Sebelum mendirikan Baitul Mal, Umar&nbsp;bin Khattab memilih tinggal di rumah lumpur sederhana di dekat kaum marjinal agar lebih mengenal rakyatnya. Untuk memastikan kesejahteraan rakyatnya, selama menjadi khalifah dia&nbsp;juga sering menyamar pada malam hari untuk menyelinap di antara mereka.

Ramadan seharusnya berhasil membentuk kita menjadi sosok yang seperti Umar yang peduli terhadap sesama, bahkan merelakan sebagian besar hartanya untuk rakyat dan menegakkan agama.

Setelah Idulfitri, kita bisa mempertahankan kebiasaan baik ini dengan:

Sebagaimana Umar yang tidak berhenti membantu rakyatnya, kita pun bisa menjadikan Ramadan sebagai titik awal untuk terus berbagi kebaikan pada hari-hari ke depan.

Spirit Ramadan bisa terus hidup dalam keseharian jika kita mau berpikir bahwa bulan suci itu bukanlah semata momen sesaat, tapi bagian dari perjalanan spiritual yang berkelanjutan. Maka, tujuannya bukanlah menjadi bersih, tapi bertahan dalam kebersihan itu. Sepakat, Millens? (Siti Khatijah/E07)

Inibaru.id - Ramadan disebut sebagai Bulan Suci, salah satunya karena pada bulan tersebut kita seperti yang "kotor" pada bulan-bulan sebelumnya direndam, dikucek, lalu dibilas agar menjadi pribadi yang bersih saat merayakan kemenangan Hari Raya Idulfitri.

Setelah bersih, tentunya kita nggak pengin kotor-kotor lagi dong? Kita berharap menjadi pribadi baru yang lebih baik dengan semangat menggebu dalam beribadah, disiplin waktu, dan kebiasaan baik lainnya. Sayangnya, acap kali semangat itu mengendur setelah kita kembali ke rutinitas lama.

Idulfitri bukanlah momen untuk melupakan Ramadan yang telah berlalu, tapi menjadikannya patokan akan seperti apa kita selanjutnya.

3 Cara Menjaga Spirit Ramadan setelah Idulfitri: Belajar dari Umar bin Khattab

Sindrom metabolik adalah kumpulan kondisi yang mencakup tekanan dan gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, dan kadar kolesterol atau trigliserida yang nggak normal, yang semuanya meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.

Selain itu, kebiasaan makan sendirian juga dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Age and Ageing meneliti sekitar 35.000 pria dan wanita mengenai kebiasaan makan mereka melansir Kumparan (15/11/2021).

Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang sering makan sendiri, terutama laki-laki, lebih berisiko mengalami depresi. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya interaksi sosial dan perasaan kesepian yang muncul saat makan tanpa ditemani.

Penelitian lain yang dipublikasikan dalam jurnal Menopause&nbsp;mengutip Suara (10/12/2021) menunjukkan bahwa perempuan yang terbiasa makan sendiri memiliki risiko 2,58 kali lebih tinggi mengalami angina, yaitu gejala penyakit arteri koroner yang melibatkan berkurangnya aliran darah ke jantung.

Selain itu, mereka cenderung kurang memperhatikan asupan nutrisi seperti kalori, serat, dan karbohidrat, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan jantung.

Kebiasaan makan sendirian dapat membawa dampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental, termasuk peningkatan risiko obesitas, sindrom metabolik, depresi, dan masalah jantung.

Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan interaksi sosial saat makan, seperti makan bersama keluarga atau teman, untuk mendukung kesehatan secara keseluruhan. Ternyata hal yang kita anggap sepele punya efek kesehatan yang cukup serius ya?

Kalau kamu suka cari teman nggak waktu makan, Millens? (Siti Zumrokhatun/E10)

Inibaru.id -&nbsp;Siapa sangka jika kebiasaan makan sendirian bukan hanya memengaruhi aspek sosial seseorang, tetapi juga berdampak signifikan pada kesehatan fisik dan mental?

Yap, menurut Klikdokter (26/5/2020) berbagai penelitian menunjukkan bahwa sering makan sendiri dapat meningkatkan risiko sejumlah masalah kesehatan

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Obesity Research and Clinical Practice menemukan bahwa individu yang sering makan sendirian mengalami peningkatan risiko obesitas hingga 45 persen dan sindrom metabolik hingga 64 persen.

Kerap makan sendirian bisa membuatmu terkena gangguan kesehatan.

Sering Makan Sendiri Berpotensi Pengaruhi Kesehatan Fisik dan Mental

Kombinasi bahan fisik dan kimia memungkinkan perlindungan dari UVA dan UVB. Bahan fisik seperti zinc oxide dan titanium dioxide menciptakan lapisan pelindung di permukaan kulit, sementara bahan kimia seperti avobenzone dan octisalate menyerap sinar UV sebelum mencapai kulit.

Hybrid sunscreen biasanya memiliki tekstur lebih ringan dan mudah menyerap dibandingkan sunscreen fisik murni, yang cenderung lebih kental. Ini membuatnya lebih nyaman digunakan sehari-hari, terutama bagi mereka yang memiliki kulit berminyak.

Sunscreen fisik sering meninggalkan residu putih (white cast) di kulit, sementara hybrid sunscreen mengurangi masalah ini karena formulasi kimia yang membantu menyerap dan menyebarkan produk dengan lebih baik.

Dengan kombinasi bahan, hybrid sunscreen cenderung lebih lembut di kulit, sehingga cocok untuk kulit sensitif yang mungkin bereaksi terhadap bahan kimia tertentu dalam sunscreen biasa.

Hybrid sunscreen sering kali lebih tahan terhadap air dan keringat, menjadikannya pilihan ideal untuk aktivitas luar ruangan.

Secara keseluruhan, hybrid sunscreen menawarkan perlindungan yang lebih komprehensif dan kenyamanan lebih dibandingkan sunscreen biasa. Meskipun efektif, penting untuk memilih produk yang sesuai dengan jenis kulit dan kebutuhan pribadi. 

Pastikan juga untuk mengaplikasikannya dengan benar dan mengulangi penggunaan sesuai petunjuk untuk perlindungan maksimal. Jadi, mana nih yang jadi pilihanmu, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Untuk melindungi kulit dari efek buruk sinar matahari, kita perlu mengaplikasikan sunscreen. Dari banyaknya jenis sunscreen, yang terbaru ada hybrid sunscreen.

Hybrid sunscreen adalah kombinasi dari bahan aktif fisik (mineral) dan kimia yang dirancang untuk memberikan perlindungan optimal terhadap sinar UV. Dalam penggunaannya, hybrid sunscreen dianggap lebih efektif dibandingkan dengan sunscreen biasa karena beberapa alasan berikut:

Di pasaran, kamu bakal menemukan hybrid sunscreen. Hm, jenis sunscreen seperti apa ya? Apakah lebih optimal melindungi kulit daripada sunscreen biasa?

Apakah Hybrid Sunscreen Lebih Efektif Menghalau Efek Buruk Sinar Matahari?

Sunblock dan sunscreen adalah dua jenis produk perlindungan kulit yang dirancang untuk melindungi dari sinar UV. Namun, keduanya memiliki perbedaan dalam cara mereka bekerja.

Sunblock biasanya mengandung bahan-bahan fisik seperti zinc oxide atau titanium dioxide. Mereka menciptakan penghalang fisik di atas kulit yang memantulkan sinar UV sebelum mereka dapat menembus kulit. Sunblock bekerja segera setelah diterapkan dan cocok untuk kulit sensitif.

Sunscreen, di sisi lain, mengandung bahan kimia seperti avobenzone atau oxybenzone. Mereka bekerja dengan menyerap sinar UV sebelum mencapai lapisan kulit yang lebih dalam. Sunscreen sering kali lebih ringan dan mudah meresap, cocok untuk penggunaan sehari-hari di bawah makeup atau produk perawatan kulit lainnya.

Pemilihan antara sunblock dan sunscreen dapat tergantung pada preferensi pribadi dan kebutuhan kulitmu. Berikut adalah beberapa tips untuk membantumu memilih:

Jika kamu memiliki kulit sensitif atau rentan terhadap iritasi, sunblock mungkin menjadi pilihan yang lebih baik karena tidak menyertakan bahan kimia. Namun, jika kamu mencari produk yang ringan dan mudah meresap, sunscreen mungkin lebih cocok untukmu.

Baik sunblock maupun sunscreen memiliki faktor perlindungan matahari (SPF). Pilihlah SPF yang sesuai dengan kebutuhan kulit dan tingkat paparan sinar matahari Anda. Semakin tinggi SPF, semakin baik perlindungannya, tetapi itu nggak berarti kamu bisa mengabaikan pemakaian ulang secara teratur.

Konsistensi dalam penggunaan sangat penting untuk melindungi kulitmu dari bahaya sinar UV. Pilihlah produk yang nyaman bagimu untuk digunakan setiap hari, baik itu sunblock atau sunscreen.

Melindungi kulit dari sinar UV adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan kulit dan mencegah kerusakan yang disebabkan oleh paparan matahari. Baik sunblock maupun sunscreen dapat menjadi pilihan yang efektif, tergantung pada preferensi dan kebutuhan kulit. 

Yang terpenting, jangan lupa untuk mengaplikasikan produk perlindungan matahari secara teratur dan melindungi dirimu dengan pakaian yang sesuai saat berada di luar ruangan. Dengan perawatan yang tepat, kamu dapat menikmati kegiatan di luar ruangan tanpa khawatir tentang dampak buruk dari sinar UV.&nbsp;(Siti
Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id -&nbsp;Kegiatan di luar ruangan adalah cara yang menyenangkan untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan hidup. Namun, paparan sinar matahari yang berlebihan dapat berdampak buruk pada kulit kita. Untuk melindungi kulit dari bahaya sinar UV, penting untuk menggunakan produk perlindungan seperti sunblock atau sunscreen. Tapi, apakah perbedaan keduanya?

Sering beraktivitas di luar ruangan tentu membutuhkan perlindungan kulit dari sinar UV. Tapi, baiknya pilih sunblock atau sunscreen?

Panduan Perlindungan Kulit buat si Aktif; Sunblock atau Sunscreen?

1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Radiasi UV Tetap Ada di
Dalam Rumah

Meskipun berada di dalam rumah, kita tetap
terpapar radiasi ultraviolet (UV) dari sinar matahari. Jendela, pintu kaca, dan
bahkan lampu dalam ruangan dapat melepaskan sinar UV yang dapat merusak kulit.
Sunscreen membantu melindungi kulit dari efek buruk radiasi UV ini.

2.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Pencegahan Penuaan Dini

Sinar UV dapat menyebabkan penuaan dini,
seperti keriput dan garis halus. Dengan menggunakan sunscreen secara teratur,
kita dapat membantu mencegah efek buruk sinar UV pada kulit dan menjaga
penampilan kulit yang lebih muda.

3.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Melindungi dari Radiasi
Elektronik

Peningkatan penggunaan perangkat elektronik
seperti komputer dan ponsel cerdas juga dapat meningkatkan paparan radiasi pada
kulit. Sunscreen membantu melindungi kulit dari dampak negatif radiasi
elektromagnetik ini.

4.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Mengurangi Risiko Kanker
Kulit

Paparan berlebihan terhadap sinar UV dapat
meningkatkan risiko kanker kulit. Meski di dalam rumah, tetap menggunakan
sunscreen adalah langkah pencegahan yang baik untuk melawan risiko ini.

5.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Menjaga Kesehatan Kulit

Kulit yang terlindungi dari paparan sinar UV
cenderung lebih sehat. Sunscreen membantu menjaga kelembapan kulit, mencegah
kulit kering, dan menjaga elastisitas kulit.

Maka dari itu, meskipun merasa malas bergerak di dalam
rumah, mengenakan sunscreen tetaplah suatu keharusan untuk menjaga kesehatan
kulit.

Pilihlah produk sunscreen dengan SPF yang sesuai dengan
kebutuhan dan aplikasikan secara rutin, bahkan di saat-saat mager sekalipun.
Dengan begitu, kita tetap bisa merawat kulit dengan baik tanpa harus
meninggalkan kenyamanan rumah.

Jadi gimana wahai Kaum Rebahan? Masih setia pakai sunscreen kan? (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Saat merasa malas gerak atau mager di dalam
rumah, seringkali kita cenderung menghindari rutinitas perawatan kulit, seperti
penggunaan sunscreen. Padahal, menggunakan sunscreen tetaplah penting meski
kita beraktivitas di dalam rumah.

Berikut adalah alasan mengapa kita sebaiknya tetap
menggunakan sunscreen, bahkan ketika sedang malas bergerak:

Jangan kira ketika sedang mager kulit nggak butuh dilindungi ya. Kamu tetap butuh mengoleskan sunscreen.

Mager di Rumah Tetap Harus Pakai Sunscreen

Untuk daerah tropis, disarankan untuk menggunakan sunscreen dengan SPF minimal 30. SPF 30 memberikan perlindungan yang baik dan dapat menangkal sekitar 97% sinar UVB. 

Jika memiliki kulit cenderung lebih sensitif atau jika kamu berencana untuk beraktivitas di bawah sinar matahari secara ekstensif, pertimbangkan SPF yang lebih tinggi.

Penting juga untuk memilih sunscreen yang melindungi dari sinar UVA dan UVB, yang dapat disebut sebagai broad-spectrum.

Ingatlah untuk mengaplikasikan kembali sunscreen setiap dua jam atau lebih sering jika kamu berenang atau berkeringat secara berlebihan.

Selain menggunakan sunscreen, langkah-langkah perlindungan lainnya termasuk mengenakan pakaian pelindung, topi, dan menghindari paparan langsung matahari pada puncak intensitasnya, biasanya antara pukul 10 pagi hingga 4 sore.

Jadi, sudah tahu ya SPF Sunscreen yang tepat untuk kulitmu, Millens. (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id -&nbsp;Pentingnya penggunaan sunscreen di daerah tropis tak terbantahkan untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV yang intens.

SPF atau Sun Protection Factor mengukur seberapa baik sunscreen melindungi kulit dari sinar UVB, yang dapat menyebabkan sunburn dan berkontribusi pada risiko kanker kulit.

Di pasaran, ada begitu banyak jenis dan spf Sunscreen. Tapi mana yang tepat diaplikasikan di kulit orang tropis?

Tinggal di Daerah Tropis, Pakai Sunscreen SPF Berapa?

Menurut dokter Indah Maharani, SpKK, sunscreen bisa diberikan pada anak mulai usia enam bulan. Ini karena kulit bayi sangat sensitif. 

"Kalau terkena sinar matahari akan lebih memberikan efek buruknya. So penting banget apalagi di masa seperti ini sebagai daily use pria, wanita dan anak-anak juga," katanya pada sebuah acara di PIK.

Nah, dalam memilih sunscreen, kamu harus memerhatikan kandungannya, SPF, dan lambang plus dalam kemasannya.

Untuk masyarakat yang tinggal di negara dengan iklim tropis, sebaiknya memilih SPF 50. Tapi, kamu perlu mengoleskan secara berulang tiap 40 menit.

"Jangan lupa SPF itu kan perlindungan untuk UV B, proteksi untuk UV A pasti kamu sudah familiar indikatornya PA++++, semakin banyak + nya artinya proteksi terhadap UV E akan lebih tinggi, itu basic nya," lanjutnya.

Rani menjelaskan bahwa PA adalah proteksi untuk menjauhkan kulit dari kondisi kusam dan gelap. Kemudian, bagian plus atau tambah menjadi tanda semakin tinggi proteksi yang diberikan.

"Plus itu sampai empat. Semakin tinggi proteksinya, plusnya akan semakin banyak," jelasnya.

Untuk mengaplikasikan sunscreen, gunakan sebanyak dua ruas jari. Oleskan ke seluruh wajah dan leher secara merata. 

Sudah tahu kan apa arti lambang plus pada kemasan sunscreen? Mulai sekarang jangan asal beli ya, Millens! (Siti Zumrokhatun/E10)

Artikel ini telah terbit di Medcom dengan judul&nbsp;Terdapat Kata 'PA++' pada Sunscreen, Apa Artinya Ya?

Inibaru.id - Apa kamu termasuk orang yang selalu memakai sunscreen? Kalau iya, kamu mungkin menjumpai lambang + (plus) pada kemasannya. Kira-kira apa maksudnya?

Sebagai informasi, mengoleskan tabir surya atau sunscreen merupakan hal wajib. Apalagi suhu panas Indonesia bisa bikin kulitmu bermasalah. Karena itu, kulitmu butuh perlindungan.

Lambang plus pada kemasan sunscreen memiliki arti yang nggak bisa disepelekan. Kamu sebaiknya tahu artinya sebelum membeli sunscreen ya, Millens.&nbsp;

Perhatikan Lambang Plus pada Kemasan Sunscreen

Sejak usia berapa bayi bisa menggunakan sunscreen?

Bayi sebaiknya mulai menggunakan sunscreen sejak usia 6
bulan ke atas. Namun, perlu diingat bahwa bayi yang berusia di bawah 6 bulan
sebaiknya tidak terkena paparan sinar matahari langsung dan sunscreen hanya
boleh digunakan pada area kulit yang tidak tertutup oleh pakaian.

Selain itu, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter anak
sebelum menggunakan sunscreen pada bayi yang berusia di bawah 6 bulan.

Kulit bayi lebih tipis dan rentan terhadap kerusakan akibat
paparan sinar UV. Paparan sinar UV yang berlebihan dapat menyebabkan kulit bayi
terbakar, penuaan dini, dan meningkatkan risiko kanker kulit di kemudian hari. 

Karena itu, menggunakan sunscreen secara teratur dapat
membantu melindungi kulit bayi dari kerusakan akibat sinar matahari.

Berikut beberapa tips dalam memilih sunscreen yang tepat
untuk bayi:

-&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Pilih sunscreen dengan
kandungan SPF minimal 30 dan PA +++ atau lebih tinggi.

-&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Pilih sunscreen yang aman
digunakan pada kulit bayi, seperti yang direkomendasikan oleh American Academy
of Pediatrics.

-&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Pilih sunscreen yang tahan
air dan tahan keringat agar dapat memberikan perlindungan yang lebih lama saat
bayi bermain di luar ruangan.

-&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Terapkan sunscreen secara
merata dan sesuai dengan petunjuk penggunaannya.

-&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Hindari menggunakan
sunscreen yang mengandung bahan kimia yang berbahaya seperti oksibenzon dan
avobenzon.

Meski begitu, penting untuk diingat bahwa sunscreen bukan
satu-satunya cara untuk melindungi bayi dari sinar matahari. Kamu juga dapat
memberikan bayi topi, kacamata hitam, dan pakaian pelindung seperti kaos lengan
panjang untuk melindungi kulitnya. Selalu pastikan untuk memilih produk
pelindung matahari yang aman dan sesuai untuk usia dan jenis kulit bayi.

Kesimpulannya, sunscreen sebaiknya dipakai sejak bayi untuk
melindungi kulitnya dari paparan sinar matahari yang berbahaya. Memilih
sunscreen yang tepat dan terapkan dengan benar akan membantu melindungi kulit
bayi dari kerusakan akibat sinar UV.

Jangan lupa untuk memberikan pakaian pelindung dan hindari
bayi dari paparan sinar matahari langsung untuk melindungi kulit bayi yang
sensitif. Tapi, hindari mengoleskan sunscreen untuk bayi d bawah 6 bulan.

Gimana, baru tahu kan kalau bayi juga butuh sunscreen, Millens?
(Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Perlindungan terhadap sinar matahari
sangat penting bagi semua orang, terutama bagi bayi yang memiliki kulit yang
lebih sensitif dan rentan terhadap kerusakan akibat sinar UV.

Penggunaan sunscreen adalah salah satu cara terbaik untuk
melindungi kulit bayi dari paparan sinar matahari yang berbahaya.

Ternyata bukan hanya orang-orang dewasa yang harus memakai sunscreen. Kulit bayi yang sensitif juga harus dilindungi dengan sunscreen supaya terhindar dari efek buruk sinar matahari.

Sunscreen Sebaiknya Dipakai Sejak Bayi

Sinar UV masih ada di balik awan dan hujan

Melansir Popmama (9/9/2022), meskipun sinar matahari
terhalang oleh awan dan hujan, namun radiasi UV tetap bisa menembus dan merusak
kulit. Radiasi UV terdiri dari sinar UVA dan UVB.

Sinar UVA dapat menembus lapisan kulit yang lebih dalam dan bikin
kerusakan jangka panjang seperti penuaan dini dan risiko kanker kulit. Sedangkan
sinar UVB menyebabkan kulit terbakar dan teriritasi. Keduanya sama-sama
berbahaya bagi kulit dan harus dihindari dengan penggunaan sunscreen.

Musim hujan kerap bikin kulit terlihat lebih lembap dan
kenyal. Namun, kelembapan tersebut hanya sementara dan bisa berubah ketika
kadar air di udara menurun. Sebagai informasi, kadar air di udara yang rendah
dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan pecah-pecah. Akibatnya, kulit jadi lebih
rentan terhadap paparan sinar UV. Dalam hal ini, penggunaan sunscreen dapat
membantu menjaga kelembapan dan kesehatan kulit.

Sinar UV nggak hanya berasal dari sinar matahari, tapi juga
dapat berasal dari sumber-sumber lain seperti lampu ultraviolet di dalam
ruangan. Di musim hujan, orang cenderung lebih banyak berada di dalam ruangan
dan terpapar sinar UV dari lampu-lampu tersebut. Karena itu, penggunaan
sunscreen juga penting untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV di dalam
ruangan.

Musim hujan juga kerap diiringi oleh polusi dan debu yang
dapat menyebabkan kulit kusam dan teriritasi. Penggunaan sunscreen ini bakal membantu
melindungi kulit dari polusi dan debu yang dapat mempercepat penuaan kulit.

Gimana, masih belum yakin jika masih butuh sunscreen di musim
hujan? Menurut Skin Cancer Foundation, awan menghalangi sedikitnya 20
persen dari sinar UV, jadi pada cuaca yang mendung atau berawan, masih ada 80
persen kemungkinan kamu terkena efek matahari.

Sebagai orang yang peduli dengan kesehatan dan kecantikan
kulit, sunscreen menjadi satu skincare wajib. Setuju, Millens? (Siti Zumrokhatun/E07)

Inibaru.id - Musim hujan nggak boleh menjadi alasan untuk
mengabaikan penggunaan sunscreen. Meskipun langit akhir-akhir ini selalu ditutupi
awan dan sinar matahari terhalang, namun radiasi UV tetap saja berbahaya.
Radiasi UV ini dapat menyebabkan kerusakan pada kulit. Karena itu, penggunaan
sunscreen sangat penting termasuk di musim hujan.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa penggunaan sunscreen di
musim hujan tetap penting:

Kamu mungkin berpikir nggak perlu memakai sunscreen ketika musim hujan. Anggapan ini sama sekali nggak benar. Kamu harus tetap melindungi kulit dengan sunscreen di musim hujan sekalipun.

Meski Musim Hujan Datang, Kebiasaan Pakai Sunscreen Nggak Boleh Hilang

Inibaru.id &ndash; Kamu termasuk orang yang mengoleskan sunscreen sebelum keluar rumah nggak, Millens? Menggunakan sunscreen atau tabir surya dipercaya dapat menghindarkan efek buruk paparan sinar matahari. Biar tambah mantap ketika memakai produk yang satu ini, kamu perlu memperhatikan fakta-fakta sunscreen berikut ini!
Sunscreen dan Sunblock Beda Fungsi
Meski sering dianggap sama, sunscreen dan sunblock berbeda. Sunblock berfungsi memperlambat penuaan kulit akibat paparan sinar UV-A sedangkan sunscreen melindungi kulit dari UV-B. FYI, paparan UV-A bakal memicu penuaan pada kulit, terutama di bagian wajah. Sedangkan UV-B akan membuat kulitmu gosong.
Kalau kamu mau beraktivitas di bawah sinar matahari langsung dengan durasi lumayan lama, sebaiknya kamu memilih sunblock. Tapi kalau cuma sebentar atau beraktivitas di dalam ruangan, kamu bisa memakai sunscreen. Paham belum? Sunscreen Aman? Sayangnya, nggak ada satu produk pun yang aman 100 persen. Begitu pula sunscreen,&nbsp;Millens. Bagai dua mata pisau, sunscreen juga punya efek samping yang cukup mengganggu. Hmm
Secara kimiawi, sunscreen menyerap sinar UV dan mengubahnya menjadi panas. Jadi nggak heran kalau kamu merasa kurang nyaman saat memakainya.Tekstur ringan sunscreen juga nggak melulu menguntungkan. Hanya kamu-kamu yang memiliki kulit normal atau kering yang cocok memakai produk ini. Kalau jenis kulitmu sensitif mending nggak usah ya, Millens. 
Tips Bedakan Sunscreen dan Sunblock Nggak perlu bingung membedakan kedua produk ini. Tekstur sunscreen yang ringan cenderung lebih bening dan cair beda dengan sunblock yang warna krimnya lebih putih dan kental. Selain itu, dari keterangan produk juga pasti sudah jelas ya. Ha ha
SPF yang Tepat
Untuk pemakaian sehari-hari alias di dalam ruangan, kamu butuh sunscreen dengan minimal SPF 15. Tapi kalau kamu pengin berkegiatan di bawah matahari selama 2 jam, kamu butuh yang lebih tinggi yakni SPF 30.
Jangan Lupa Oles di Bagian Tubuh Ini
Banyak orang yang melewatkan bagian-bagian tubuh seperti kelopak mata, bawah bibir, belakang telinga, dan hidung bagian atas saat mengaplikasikan sunscreen. Bagian-bagian tersebut juga harus dilindungi ya, Millens.
Gimana? Sekarang sudah tahu kan fakta tentang sunscreen? Meskipun terkesan sepele, tapi tetap bermanfaat untuk kesehatan kulitmu! Jadi, lebih bijak lagi ya dalam memilih dan menggunakan produk untuk kesehatanmu. (IB23/E05)

Sebelum kamu salah kaprah dalam menggunakan sunscreen, mending kepoin dulu yuk fakta-fakta berikut ini!