Hari itu, Pati memang punya gawe, yakni event lari bertajuk Jelajah Senja Keliling Kota (JSKK). Event ini merupakan kegiatan fun run yang rutin digelar Pergilari Pati, komunitas lari yang cukup dikenal di kabupaten berjuluk Kota Mina Tani tersebut.

Seperti namanya,&nbsp;JSKK
adalah kegiatan lari sore bareng yang mengusung konsep fun run di dalam
kota yang diselenggarakan cuma-cuma alias gratis. Selain untuk mengajak masyarakat berlari, event ini digelar untuk menghidupkan semangat kebersamaan sambil menikmati suasana sore di pusat kota.

“Untuk rute kemarin, kami pakai jalur favorit yang disebut SS LOOP; yakni&nbsp;rute melingkar lewat Jalan Sudirman dan Jalan
Supriyadi. Spot favorit kami ya jelas di seberang tulisan ‘Alun-Alun Pati’. Di
sana senjanya luar biasa cantik,” ungkap Revaldy Desta Valiantza, founder Pergilari sekaligus penggagas JSKK.

Dengan peserta yang datang dari beragam latar belakang, Revaldy meyakini bahwa JSKK telah berhasil menjadi ruang yang inklusif untuk masyarakat. Untuk bergabung, mereka nggak perlu menjadi pelari pro, karena yang dibutuhkan hanyalah semangat bergerak sambil menikmati suasana kota
kelahiran.

Revaldy mengungkapkan, kehadiran JSKK adalah reperentasi dari Komunitas Pergilari Pati yang lahir dari kesamaan visi dari keempat foundernya, yakni Lovy Ikhwal Z, Delimas Arta, Rudy Susanto, dan dirinya. Visi mereka adalah keinginan untuk bergaya hidup sehat dengan berlari, yang lebih baik dilakukan bareng-bareng.

Keinginan untuk berlari secara kelompok menjadi alasan komunitas ini berdiri, karena menurut Revaldy, lebih menyenangkan jika gaya hidup tersebut dilakukan bersama-sama. Dengan berlari bersama, dia menyebutkan, tiap pelari bisa berbagi energi dan saling memotivasi.

"Kami ingin membuka ruang bagi siapa saja yang ingin memulai gaya hidup aktif," aku lelaki asal Tlogowungu, Pati ini. “Sejak awal saya memang ingin punya kegiatan rutin seminggu sekali yang gratis dan terbuka supaya orang bisa punya wadah buat mulai hidup sehat lewat lari. Murah dan nggak repot.”

Kini, dengan rutinitas mingguan yang konsisten dan
event-event tematik seperti JSKK, komunitas Pergilari menjadi tempat berkumpul yang
ramah dan suportif bagi pelari pemula maupun berpengalaman. Sembari berlari, mereka menciptakan ruang interaksi baru yang ramah untuk siapa saja.

"(Pelari) yang pemula atau berpengalaman bisa saling kenal, berbagi cerita, dan menikmati sisi-sisi kota yang saat berkendara mungkin jarang
diperhatikan, secara bersama-sama," jelasnya. "Harapan saya, event ini bisa menguatkan semangat hidup aktif-sehat sekaligus membuat kami mengenal kota lebih dalam."

Seperti maraton, perlu energi besar dan langkah berulang yang panjang untuk mewujudkan visi mulia yang komunitas ini inginkan. Hanya semangat untuk tetap bergerak bersama dengan ritme yang beriringanlah yang akan membuat JSKK tetap ada, sore demi sore.&nbsp;

Kamu juga bisa menjadi bagian dari maraton itu. Nggak perlu takut tertinggal, karena mereka nggak memasang garis finish. Nggak harus berasal dari sana, yang penting ada di kota tersebut saat senja, waktu terbaik untuk berlari di pusat kota Pati. (Rizki Arganingsih/E03)

Inibaru.id - Akhir-akhir ini, senja di sekitar pusat kota di Kabupaten Pati sedang bagus-bagusnya. Semburat jingga yang pekat di sudut barat tampak dramatis seiring dengan sisa-sisa terik yang telah menjadi hangat di kulit. Bagi sekelompok pelari di Pati, inilah waktu terbaik untuk berlari.

Sabtu sore belum lama ini, di tengah bising kendaraan masih terdengar yang berpadu dengan hiruk-pikuk warga setempat beranjak pulang ke peraduan, mereka berlari menyusuri jalanan kota yang mulai teduh, menempuh rute "singkat" mulai dari Jalan Sudirman hingga Supriyadi.

Jelajah Senja Keliling Kota atau disingkat JSKK, adalah&nbsp;cara asyik komunitas Pergilari Pati mengenalkan gaya hidup sehat sambil menyusuri kota Pati.

Senja menjadi Waktu Terbaik untuk Berlari Menikmati Pusat Kota di Pati

Digagas oleh Yayasan Kalimasada, festival ini untuk kali pertama digelar dengan semarak pada tahun ini. Nggak main-main, ada 50 memedi sawah yang dipamerkan sekaligus dilombakan dalam festival tersebut. Bahkan, memedi-memedi tersebut rencananya akan terus berdiri selama sebulan penuh! 

Jika festival ini mendapatkan sambutan positif dari masyarakat lokal ataupun wisatawan, ada kemungkinan bakal dijadikan gelaran tahunan, Millens.

Artha Pararta Dharma, pendiri yayasan sekaligus penggagas festival, mengatakan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah menghidupkan kembali kebudayaan lokal yang nyaris terlupakan.

“Memedi sawah ini bagian dari identitas kita. Sayangnya sekarang makin jarang terlihat di sawah-sawah. Padahal, mereka bukan cuma fungsional, tapi juga sarat nilai seni dan filosofi,” ungkap Artha sebagaimana dinukil dari Radarjogja Minggu (29/6/2025).

Yang menarik, semua memedi dibuat dari barang-barang bekas. Plastik, botol, tali rafia, bahkan potongan kayu tua disulap jadi karya seni penuh karakter. Tema yang diangkat pun tak melulu soal pertanian. Sebagai contoh, ada memedi yang membawa pesan sosial tentang Palestina, ada pula yang memadukan memedi dengan kincir angin, atau menggambarkan aparat keamanan.

“Bisa dibilang ini seni kolase. Barang bekas ternyata punya potensi estetika dan ekonomi,” tambah Artha.

Pesertanya datang dari berbagai daerah di DIY dan lintas usia, dari anak lima tahun sampai seniman senior berusia 62 tahun. Menariknya, banyak di antara peserta yang berasal dari kalangan ekonomi bawah seperti&nbsp; pengemudi ojek daring atau buruh harian.

“Lewat festival ini, kami ingin membuka ruang baru bagi para seniman akar rumput untuk unjuk gigi. Kalau ada yang berminat membeli, memedi ini juga bisa dijual,” ujar Artha.

Festival ini pun mendapat apresiasi langsung dari Bupati Sleman Harda Kiswaya. Ia menyatakan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung pelestarian budaya lokal.

“Saya senang kalau ada komunitas yang benar-benar menjaga kebudayaan. Apalagi yang mengangkat potensi lokal menjadi daya tarik wisata seperti ini,” tutur Harda.

Tak hanya menyuguhkan kreativitas visual, Festival Memedi Sawah juga menjadi wadah edukasi seni dan peluang ekonomi kreatif. Nah, mengingat memedinya masih akan berdiri hingga beberapa pekan ke depan, nggak ada salahnya yuk kita menyambangi festival ini, Millens? (Arie Widodo/E07)

Inibaru.id – Ada yang unik dan menarik di tengah hamparan sawah yang ada di Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Sleman, DIY, pada penghujung Juni 2025. Sosok-sosok tinggi menjulang dengan wajah lucu, menyeramkan, hingga penuh pesan moral tampak berdiri berjajar, seolah menjaga ladang dari gangguan burung.

Mereka adalah memedi sawah, boneka pengusir burung tradisional yang kini mendapat panggung khusus dalam Festival Memedi Sawah.

Setidaknya, 50 memedi sawah alias orang-orangan pengusir burung tradisional bakal dipajang selama satu bulan di Festival Memedi Sawah yng digelar di Pakembinangun, Pakem, Sleman, DIY.

Festival Memedi Sawah di Sleman, Kala Hantu Pengusir Burung Jadi Karya Seni Bernilai

"Suhunya mencapai 37-38 derajat Celsius, rasanya kayak dipanggang. Beli kipas angin pun tetap terasa panas. Makanya aku mengalami dehidrasi dan nggak pulih-pulih," ucapnya via pesan WhatsApp pada Senin (30/6).

Suhu udara yang kian nggak bersahabat memang sedang melanda Eropa. Nggak cuma dikeluhkan Sarah dan keluarganya di Jerman, warga Spanyol hingga Balkan juga merasakan gelombang panas ekstrem.

Kota El Granado di selatan Spanyol bahkan mencatat suhu 46 derajat Celsius pada Sabtu (28/6), sebuah angka yang menjadi rekor tertinggi untuk bulan Juni, menurut badan meteorologi nasional negara tersebut.

Di Barcelona, kabar duka datang dari seorang penyapu jalan yang meninggal dunia setelah menyelesaikan shiftnya pada hari yang terik. Pemerintah setempat masih menyelidiki penyebab pasti kematiannya, meski banyak menduga hal ini karena heatstroke. Di banyak rumah sakit, lonjakan pasien dengan gejala serupa pun mulai bermunculan.

Bukan hanya Spanyol yang kepanasan. Peringatan merah akibat cuaca panas ekstrem juga dikeluarkan di Portugal, Italia, dan Kroasia. Sementara negara lain seperti Prancis, Belgia, Austria, hingga Serbia tak luput dari peringatan level sedang hingga tinggi. Kondisi ini menjadikan bulan Juni 2025 berpotensi menjadi salah satu bulan terpanas dalam sejarah Eropa modern.

“Korban paling rentan biasanya adalah lansia, pasien dengan penyakit kronis, dan mereka yang hidup di jalan,” ungkap Mario Guarino, Wakil Presiden Perhimpunan Medis Gawat Darurat Italia, kepada AFP, Minggu (29/6).

Mengantisipasi gelombang panas ini, sejumlah kota di Italia melakukan langkah cepat. Napoli menyiapkan unit khusus di rumah sakit untuk menangani korban heatstroke. Bologna membuka tujuh pusat perlindungan berpendingin ruangan dan Roma menggratiskan akses kolam renang bagi warga berusia 70 tahun ke atas.

Langkah serupa diambil di Portugal. Seorang apoteker di Lisbon menyebut pihak Dinas Kesehatan setempat terus memperingatkan warga agar tidak keluar rumah di siang hari. “Sudah ada beberapa kasus heatstroke dan luka bakar,” jelasnya.

Dampak gelombang panas terasa hingga negara-negara Balkan. Slovenia dan Makedonia Utara mencatat suhu tertinggi untuk bulan Juni, masing-masing 42 derajat Celsius. Yang lebih mengerikan, prakiraan cuaca menyebut suhu akan terus melonjak di Prancis, Italia, Jerman, bahkan Inggris, dengan London diperkirakan mencapai 35 derajat pada awal pekan depan.

Fenomena gelombang panas ini disebabkan oleh sistem tekanan tinggi yang membuat udara panas dari atmosfer bagian atas turun ke permukaan bumi, memanas, dan menahan radiasi matahari. Nggak adanya awan sebagaimana langit pada musim panas pada umumnya, bikin negara-negara di Eropa pun nggak lagi punya pelindung dari teriknya sinar matahari.

Para peneliti dari World Weather Attribution menyatakan bahwa kondisi ini nggak bisa dilepaskan dari krisis iklim. Mereka menyebut gelombang panas yang disertai suhu di atas 28 derajat selama tiga hari berturut-turut kini 10 kali lebih mungkin terjadi dibandingkan era pra-industri alias sekitar 1,5 abad yang lalu.

Peringatan ini bukan cuma untuk Eropa. Seluruh negara di dunia harus mulai bersiap. Ketika cuaca ekstrem mulai jadi hal biasa, artinya perubahan iklim bukan lagi ancaman masa depan tapi sejak hari ini. (Arie Widodo/E07)

Inibaru.id – Rekan saya warga asli Frankfurt, Jerman, bernama Sarah baru saja melahirkan pada Rabu (25/6/2025) lalu. Tapi, hingga Senin (30/6), kondisi tubuhnya belum benar-benar pulih pasca-persalinan karena suhu udara di kota tempat tinggalnya belakangan sangat panas.

Yang jadi masalah, di rumahnya nggak ada AC. Alasannya, biasanya suhu udara saat musim panas nggak bikin Sarah dan suaminya, Andy, kepanasan sebelumnya. Tapi, khusus untuk musim panas 2025, mereka merasa kewalahan dengan hal ini.

Jika di Indonesia, musim kemarau terasa lebih basah dari biasanya, di Eropa, musim panas terasa sangat menyengat dengan suhu udara menembus 30-an sampai 40-an derajat Celsius!

Eropa Dihantam Gelombang Panas, Suhu Tembus Lebih dari 40 Derajat Celsius!

Sebagai penggemar mobile game, perempuan yang akrab disapa Monik itu memang menyukai segala hal yang berbau permainan, termasuk untuk hal-hal di luar gim. Inilah yang membuatnya tertarik berbelanja di supermarket yang sebetulnya agak jauh dari rumahnya tersebut.

"Apa pun yang berhubungan dengan mengumpulkan poin, mendapatkan lencana, atau level up seperti dalam gim, aku suka; termasuk dalam hal belanja, bahkan pekerjaan," tutur perempuan yang bekerja di sebuah perusahaan teknologi ini.

Dalam dunia pemasaran, menerapkan elemen permainan seperti memberikan poin, lencana, atau kenaikan level ini dikenal dengan istilah gamifikasi. Selain marketing, istilah tersebut juga biasa diaplikasikan dalam konteks non-permainan lain.

Tujuannya, untuk meningkatkan motivasi, keterlibatan, dan hasil dalam berbagai bidang, yang selain pemasaran dan pengembangan produk juga berkaitan dengan pembelajaran, pendidikan, bahkan pekerjaan yang "serius" dan jauh dari kata main-main.

Memanfaatkan naluri kompetitif dan keinginan untuk mendapatkan penghargaan, penerapan elemen permainan dalam aktivitas non-permainan kini menjadi senjata rahasia di banyak bidang, dengan harapan menjadikan hal tersebut lebih menyenangkan dan bikin ketagihan.

Selain marketing, dunia pendidikan menjadi ranah yang paling terpapar strategi gamifikasi. Di sejumlah sekolah, nggak sulit menemukan istilah&nbsp;"menyelesaikan misi", "naik level", atau "mengumpulkan poin" saat berhasil menjawab soal, misalnya.

Esensi gamifikasi adalah menyulap proses membosankan jadi seru seperti main game. Menurut Dr Karl Kapp dalam The Gamification of Learning and Instruction, gamifikasi bisa meningkatkan motivasi intrinsik lewat tantangan, feedback instan, dan perasaan mencapai sesuatu.

Beberapa sekolah di Eropa dan Asia mulai menggunakan platform seperti Classcraft, yang mengubah ruang kelas menjadi dunia role-playing game (RPG). Murid bisa membentuk tim, menyelesaikan quest akademik, dan mendapatkan experience point (XP) karena datang tepat waktu atau membantu temannya belajar.

Di Indonesia, pendekatan serupa mulai muncul lewat aplikasi belajar seperti Ruangguru dan Zenius yang memberikan lencana, daftar peringkat (leaderboard), hingga sistem reward. Hasilnya? Banyak siswa merasa lebih tertantang dan bersemangat.

“Saya kurang tahu kalau Ruangguru atau Zenius, tapi di Duolingo dan Strava&nbsp;ada sistem peringkat dan reward semacam itu. Bagi saya yang suka berkompetisi, ini menarik karena jadi termotivasi parah," tutur Hana, mahasiswa di sebuah kampus negeri di Kota Semarang, Senin (30/6).

Dua aplikasi yang disebut Hana itu bukanlah platform pendidikan seperti Ruangguru atau Zenius. Duolingo merupakan aplikasi pembelajaran bahasa asing, sedangkan Strava adalah aplikasi pencatat aktivitas olahraga. Keduanya cukup familiar di kalangan anak muda, termasuk gen-Z.

Ini membuktikan bahwa gamifikasi telah menjadi strategi yang jitu untuk lintas sektor. Di dunia kesehatan, ada Habitica yang berupaya membentuk kebiasaan baik penggunanya memakai sistem gamifikasi ini agar mereka betah, termotivikasi, dan nggak merasa bosan.

Hm, terlihat menarik, ya? Namun, apakah sistem kompetisi ini nggak punya efek samping? Sebuah riset dari Universitas Helsinki mengingatkan, sistem reward yang terlalu berlebihan akan membuat motivasi intrinsik seseorang hilang.

"Kita menjadi semangat bukan karena suka, tapi lantaran pengin mendapatkan poin," tulis hasil riset tersebut.&nbsp;&nbsp;

Deloitte, perusahaan layanan jasa profesional multinasional mengatakan, sekitar 89 persen orang menyatakan bahwa gamifikasi membuat mereka lebih produktif di tempat kerja. Namun, perlu diingat bahwa sistem reward atau peringkat yang dibuat tanpa empati akan memunculkan kompetisi yang toksik.

Dalam dunia pendidikan, kompetisi tanpa empati akan membuat murid minder atau malah saling menjatuhkan. Jadi, apakah gamifikasi bisa diterapkan? Tentu saja bisa, asalkan tepat guna. Gamifikasi bukanlah solusi ajaib untuk semua hal yang dianggap membosankan.

Jika dirancang menggunakan empati, misalnya dengan menerapkan beberapa leaderboard sesuai dengan kategori tertentu (contoh: paling konsisten, paling berkembang, paling suportif), sistem gamifikasi&nbsp;akan menghubungkan dunia digital yang digemari anak muda dan dunia nyata yang menuntut tanggung jawab.

Hidup akan tetap berjalan dengan atau tanpa mendapat reward. Tapi, seperti Monik, akan lebih menyenangkan jika tiba-tiba ada yang bilang kita dapat hadiah dari hasil kumpulin poin, kan? Ehm, nggak jauh beda dengan konsep pahala dalam Islam, kan? (Siti Khatijah/E10)

Inibaru.id - Menjadi sosok yang nggak suka coba-coba rupanya menjadi berkah tersendiri bagi Berlian Manikam. Belum lama ini, kebiasaannya berbelanja bulanan di satu supermarket membuatnya menang undian. Meski bukan grand prize, dia senang dengan hadiah nggak terduga tersebut.

"Aku suka belanja di sana karena murah dan dapat poin tiap pembelian dalam jumlah tertentu. Poin-poin itu bisa ditukar dengan hadiah langsung atau ikut undian. Nah, aku pilih ikut undian. Eh, nggak nyangka bisa menang," tuturnya belum lama ini.

Dengan sistem gamifikasi, kegiatan sehari-hari seperti di tempat kerja dan sekolah yang acap dianggap membosankan bisa terasa lebih seru, yang tentu saja akan disukai anak muda seperti gen-Z.

Gamifikasi; Bagaimana Menerapkan 'Permainan' dalam Keseharian Gen-Z

Risma, sapaan akrabnya, mengaku hanya bisa tersenyum kecut menyaksikan rekan-rekan kerjanya yang bilang sudah mendapatkan BSU. Dari 15 orang yang diajukan pihak personalia, dia mengungkapkan, hanya dua orang yang belum menerima, termasuk dirinya.

"Diajukan sama-sama, kenapa ada yang belum dapat? Ini kan jadi ada kesenjangan. Aku tuh sampai berpikiran negatif ke pihak HRD, lo! Kenapa aku yang belum dapat? Apa salahku?" ketusnya, tapi kemudian diiringi tawa.

Nggak hanya Karisma, penyaluran BSU yang terkesan "pilih-pilih" juga menjadi perhatian sebagian pekerja di Indonesia. Sedikit informasi, program bantuan ini diberikan oleh pemerintah sebagai bagian dari program stimulus ekonomi pada Juni-Juli 2025 yang disalurkan melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker).

Bekerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana diatur dalam Permenaker RI Nomor 5 Tahun 2025, penyaluran BSU diklaim telah menjangkau sekitar&nbsp;2,45 juta pekerja atau buruh hingga 24 Juni lalu. Namun, itu belum mencakup semuanya.

Kemnaker mengakui, ada sekitar 1,2 juta&nbsp;pekerja, yang telah dinyatakan lolos verifikasi, yang&nbsp;belum menerima bantuan. BSU yang belum masuk ke rekening para penerima yang memenuhi syarat atau eligile itu bisa disebabkan oleh sejumlah faktor. Salah satunya karena ada proses verifikasi dan validasi lanjutan.

"Peserta dengan status eligible pada website bpjsketenagakerjaan.go.id akan dilakukan verifikasi dan validasi kembali oleh Kementerian Ketenagakerjaan sesuai dengan Permenaker Nomor 5 Tahun 2025," tulis BPJS Ketenagakerjaan, mengutip dari laman FAQ mereka, Selasa (1/7).

Selain itu, proses pencairan BSU dilakukan secara bertahap. Dari total 3.697.836 penerima BSU tahap pertama, baru 2.450.068 yang telah menerima bantuan. Artinya, masih tersisa 1.247.768 pekerja yang harus mengantre untuk proses penyaluran berikutnya.

"Jumlah penerima BSU tahap satu yang ditetapkan sebanyak 3.697.836 penerima, sudah tersalurkan ke rekening penerima sebanyak 2.450.068 dan sisanya 1.247.768 masih dalam proses,"
tutur Menaker Yassierli dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, 24 Juni lalu.

Jika kamu termasuk yang belum menerima BSU meski berhak mendapatkannya, berikut adalah sejumlah cara yang bisa kamu lakukan:

Kunjungi laman resmi BSU milik Kemnaker. Jika status masih verifikasi, berarti data masih diproses. Jika bantuan sudah cair, status akan berubah menjadi tersalurkan.

Periksa notifikasi dari bank himbara (bank pemerintah) tempat kamu mendaftarkan rekening seperti BRI, BNI, Mandiri, atau BTN. Pastikan notifikasi aplikasi bank aktif agar nggak ketinggalan informasi pencairan.

Beberapa perusahaan membantu pengajuan BSU karyawan melalui BPJS Ketenagakerjaan. Kamu bisa menanyakan langsung ke HRD untuk memastikan status pencairan.

Selalu ikuti update resmi dari laman atau media sosial Kemnaker untuk mendapatkan informasi terkini seputar penyaluran BSU.

Kamu bisa mengecek status penerimaan BSU melalui dua cara berikut:

Apabila BSU 2025 belum cair meski sudah dinyatakan lolos, kemungkinan besar kamu termasuk bagian dari pekerja yang masih dalam tahap verifikasi atau menunggu giliran pencairan. Pantau status secara berkala melalui situs resmi sembari tetap berhati-hati terhadap penipuan, ya! (Siti Khatijah/E10)

Inibaru.id - Setelah menunggu sekitar sebulan lamanya, harapan Karisma untuk mendapatkan asupan dana yang dijanjikan pemerintah melalui Bantuan Subsidi Upah (BSU) 2025 akhirnya pupus juga. Tahun ajaran baru sudah di depan mata dan dia yang terlalu mengandalkan BSU pun terpaksa gigit jari.

"Salahku terlalu mengandalkan negara. Sampai sekarang aku belum ada dana khusus untuk peralatan sekolah anak, karena kemarin kan katanya ada BSU," keluh ibu tiga anak tersebut, Selasa (1/7/2025). "Kalau nggak salah sebelum libur panjang (Tahun Baru Muharam) kemarin sempat ada yang turun, tapi aku nggak termasuk."

BSU 2025 sudah cair untuk sebagian pekerja, namun masih banyak yang menunggu meski telah lolos verifikasi. Simak alasan BSU belum cair, cara mengecek status, dan syarat lengkap penerimanya di sini.

Lolos Verifikasi tapi Pekerja Belum Terima BSU 2025; Mengapa?

Inibaru.id &ndash; Bulan Desember akan segera datang. Kamu yang merayakan Natal tentu bersiap-siap menghadapi liburan panjang. Liburan panjang hingga akhir tahun ini jadi momen yang tepat untuk menenangkan pikiran. Kalau bingung mau berlibur ke mana, lima pantai di Yogyakarta ini bisa jadi pilihanmu bertualang.
Pantai Sundak
Pantai Sundak berada di Dusun Pulu Gundes, Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Gunungkidul. Di pantai ini, kamu bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan seperti menyelam dan membakar olahan laut. Kamu yang bosan nongkrong di tepi pantai bisa menjadikan tempat ini alternatif.
Pantai Jagon
Agak berbeda dengan pantai-pantai lain, Pantai Jagon menyuguhkan pemandangan alam nggak biasa. Di sana, kamu bisa menjumpai air terjun yang berpadu dengan laut. Percikan air ini berasal dari dua sungai beraliran kecil di atas pantai. Kalau suka fotografi, sebaiknya jangan lewatkan objek ini ya.
Pantai Baru
Sebagai lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH), Pantai Baru memiliki banyak kincir angin. Puluhan kincir angin itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berfoto di sana. Selain kincir angin, pepohonan di dekat pantai bikin banyak orang betah nongkrong berlama-lama di sana.
Pantai Wohkudu
Kalau pengin merasakan sensasi tidur di tepi pantai, Pantai Wohkudu adalah lokasi yang tepat untuk masuk dalam daftar liburanmu. Pantai di Dukuh Wiroso, Desa Girikarto, Kecamatan Panggang, Gunungkidul kerap dipilih wisatawan lantaran di sana ada area untuk berkemah. Jangan berpikir kegiatan MCK akan sulit dilakukan di sana. Pihak pengelola sudah menyediakan fasilitas-fasilitas tambahan yang memudahkan pengunjung kok.
Pantai Siung
Bagi pecinta alam yang gemar melakukan aktivitas menantang, Pantai Siung menjadi pantai yang wajib dikunjungi. Kamu yang suka panjat tebing bisa menjajal keterampilanmu di sana bersama kawan-kawanmu yang satu renjana. Berada di Dusun Duwet, Kelurahan Tepus, Kecamatan Tepus, Gunungkidul, Pantai Siung dulunya juga sempat menjadi pusat perdagangan, lo.
Gimana, mau liburan ke pantai mana nih? Jangan mengaku jadi pecinta alam kalau belum melengkapi petualanganmu ke sana. Hayo, kapan nih mau menjelajahi pantai-pantai cantik di Gunungkidul ini, Millens? (IB15/E03)

Ada lima pantai yang sebaiknya kamu kunjungi jika ke Yogyakarta. Dengan pesona alam yang unik, kelimanya bisa jadi tempat liburan yang berkesan. Di mana saja ya? Eits, sebelum berangkat, siapkan dulu perlengkapanmu ya.

Lima Pantai di Yogyakarta Ini Bisa Jadi Pilihan Berlibur Akhir Tahun, lo

Inibaru.id - Nama Pantai Ngrenehan memang tidak seramai pantai-pantai unggulan di Yogyakarta semisal Parantritis, Nglambor, atau Parangkusumo. Namun, bukan berarti pesona pantai ini remeh-temeh.
Berada di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, Pantai Ngrenehan adalah surga bagi penikmat pantai, mencinta senja, dan penyuka wisata air. Apa saja yang ada di pantai tersebut?
<h2>Teluk Berpasir Putih, Bukit Hijau, dan Laut Biru</h2>
<img src="https://i2.wp.com/kanaljogja.id/wp-content/uploads/2015/01/pantai-ngrenehan.jpeg" alt="" />
<code>Teluk berpasir putih&nbsp;yang kontras dengan lautan biru dan diapit bukit hijau. (Kanaljogja)</code>
Dilihat dari kejauhan, Pantai Ngrenehan sejatinya merupakan semacam celah di antara bukit karang yang membentuk teluk dengan pasir putihnya yang menawan. Kendati nggak seluas Pantai Parangkusumo, pantai ini menarik lantaran airnya cukup tenang.
Selain menikmati pasir putih, kamu juga bisa mendaki perbukitan di kedua sisi pantai yang merupakan bukit penuh tumbuhan hijau. Dari atas, kamu bisa melihat bibir pantai yang putih, kontras dengan lautan yang biru. Hm, indah!
<h2>Berenang di Lautan yang Tenang</h2>
<img src="https://wisatabaru.com/wp-content/uploads/2018/02/pantai-ngrenehan-rikanof.jpg" alt="" />
<code>Perairan yang tenang cocok untuk kamu yang membawa anak-anak. (Wisatabaru)</code>
Puas-puaslah berswafoto di sana! Setelah itu, saatnya berenang! Di pantai ini, kamu nggak perlu khawatir dengan ombak pantai selatan yang terkenal ganas. Letak pantai yang terlindungi oleh perbukitan di sisi kanan dan kiri membuat perairan di sana cukup tenang untuk berenang
Pantai Ngrenehan juga cukup landai untuk dinikmati anak-anak. Jadi, kamu bisa mengajari berenang keponakan atau anakmu di pantai tersebut. Namun, tetap awasi mereka ya!
<h2>Tradisi Melarung Sesaji</h2>
<img src="https://budayajawa.id/wp-content/uploads/2018/05/labuhan-pantai-ngrenehan-30.jpg" alt="" />
<code>Labuhan Pantai Ngrenehan. (Budayajawa)</code>
Laiknya sebagian masyarakat Jawa yang kaya tradisi dan budaya, penduduk Desa Kanigoro juga memiliki tradisi yang selalu dilaksanakan tiap tahun di Pantai Ngrenehan, yakni melarung sesaji atau labuhan yang digelar pada Bulan Sura.
Nah, kamu yang menyukai gelaran budaya, nggak ada salahnya menyambangi pantai ini saat prosesi itu digelar. Nggak hanya menyaksikan dari kejauhan, kamu juga bisa turut serta mengikuti prosesi hingga ke tengah laut, tempat sesaji dilarungkan, itu juga kalau kamu berani. Ha-ha.
Gimana, sudah punya alasan kuat untuk berkunjung ke pantai ini, kan? (IB20/E03)

Laiknya kebanyakan pantai, berenang dan menyaksikan para nelayan setempat mencari ikan tentu menjadi aktivitas utama di Pantai Ngrenehan. Namun, kamu nggak cuma mendapatkan dua hal itu di “pantai nelayan” ini. 

Melancong ke ‘Pantai Nelayan’ Ngrenehan, Banyak yang Kamu Dapatkan!

Inibaru.id &ndash; Berkunjung ke pantai di Gunungkidul nggak bakal ada habisnya. Snorkeling, surfing, atau sekadar duduk-duduk menikmati pantai berpasir putih bisa dilakukan di sana. Nah, buat kamu pencinta ketenangan, Pantai Ngenehan mungkin bisa jadi pilihan.
Dibanding pantai lain, Ngrenehan mungkin belum terlalu terkenal. Namun, keindahannya nggak perlu diragukanlagi. Berlokasi di Desa Kanigoro, pantai tersebut terlihat unik lantaran berada di tengah-tengah dua bukit dengan bentuk pantai menyerupai teluk.
Dengan pasir yang putih dan lautan yang terlihat biru, Pantai Ngrenehan tampak kontras bersanding dengan perbukitan yang dipenuhi tumbuhan hijau nan rimbun. Pada bibir pantai, kamu juga masih bisa menyaksikan perahu-perahu nelayan tertambat.
<img src="https://wisatabaru.com/wp-content/uploads/2018/02/pantai-ngrenehan-rikanof.jpg" alt="" />
<code>Bermain di atas pasir putih di Pantai Ngrenehan. (Wisatabaru)</code>
Ya, masyarakat setempat memang masih menggantungkan hidupnya dengan mencari ikan di laut dangkal. Mungkin lantaran pantainya yang menjorok ke daratan, nelayan bisa leluasa menambatkan perahu kecilnya di pantai ini tanpa takut diterjang ombak pantai selatan yang terkenal ganas.
Di tempat tersebut, kamu masih bisa menyaksikan nelayan yang mempersiapkan perahunya,menyulam jala yang berlubang, atau mengangkat ikan dari perahu untuk dibawa pulang. Hm, menyenangkan sekali! Kamu juga bisa membeli ikan para nelayan tersebut, lo!
Oya, satu lagi yang mungkin bisa menjadi pertimbanganmu adalah ketenangan. Yap, dibanding pantai-pantai lain di Gunungkidul yang mulai ramai wisatawan, Pantai Ngrenehan cenderung lengang. Jadi, kamu bisa puas-puas bermain di sana.
<img src="https://www.mantai.id/wp-content/uploads/2019/01/Pantai-Ngrenehan-Yogyakarta-5.jpg" alt="" />
<code>Dari kejauhan, pantai ini tampak begitu indah. (Mantai)</code>
Tertarik menyambangi Pantai Ngenehan? Silakan datang ke Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul. Begitu tiba di desa tersebut, kamu bisa tanya warga setempat atau buka aplikasi peta di internet. Selamat berlibur! (IB20/E03)

Bukan untuk snorkeling atau bermain ombak besar, pantai ini cukup cocok untuk kamu yang suka ketenangan atau ingin mengenal lebih dekat aktivitas para nelayan. Yap, Pantai Ngrenehan namanya!

Berdekatan dengan Aktivitas Nelayan di Pantai Ngrenehan

Inibaru.id &ndash; Lantaran hanya berstatus &ldquo;pantai nelayan&rdquo;, nggak banyak informasi menuju Pantai Ngrenehan. Namun, untuk kamu yang menyukai proses dan tantangan, menemukan pantai indah yang tersembunyi di antara perbukitan Gunungkidul ini mungkin bakal mengasyikan.
Perlu kamu tahu, pantai ini merupakan bagian dari Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Dulu, Ngrenehan memang sulit dicapai. Namun, saat ini jalur menuju pantai berpasir putih ini sudah mudah dilalui.
<img src="http://2.bp.blogspot.com/-5Kdt-9LCf3Y/WD5Kqv9X8jI/AAAAAAAABsw/-Ze7UnHyGLct7vAB9bzsK7yctXNVXHiOACK4B/s1600/C360_2016-10-30-12-17-54-898.jpg" alt="" />
<code>Menikmati pasir putihnya? Bisa! (Catatan Catatan Unique)</code>
Dari Kota Yogyakarta, kamu bisa menempuh perjalanan ke Piyungan, Kabupaten Bantul. Dari sana, melajulah ke daerah Pathuk, lanjut ke Sambipitu. Kamu bisa melanjutkan perjalanan ke Lapangan Terbang &ldquo;Gading&rdquo; hingga tiba di pertigaan.
Setelah tiba di simpang tiga, ambillah arah menuju Playen, lalu Paliyan, lanjut ke Pasar Trowono. Dari pasar tersebut, kamu bakal segera tiba di Desa Kanigoro. Nah, di desa itulah Pantai Ngrenehan berada, plus beberapa pantai lain.
&nbsp;
<img src="https://rentalmobiljogja.id/wp-content/uploads/2018/12/pantai-ngrenehan-1280x720.jpg" alt="" />
<code>Lembut, bukan? (Rentalmobiljogja)</code>
Di Desa Kanigoro kamu bakal ditariki biaya tiket. Tiket tersebut berlaku untuk beberapa pantai di sana, termasuk Pantai Ngrenehan. Jadi, sambil jalan-jalan, dua-tiga pantai bisa langsung terlampaui, ya! Ha-ha.
Perjalanan menuju Pantai Ngrenehan lebih mudah kalau kamu pergi dengan kendaraan pribadi, khususnya kendaraan roda dua.
Tertarik melancong ke pantai tersebut? Siapkan bekal dan fisik yang cukup ya! Semoga petualanganmu menyenangkan! (IB20/E03)

Kamu yang berasal dari Gunungkidul mungkin sudah hapal jalan menuju Pantai Ngrenehan. Namun, buat kamu yang belum tahu, rute ini mungkin bisa menjadi patokan!

Dari Luar Kota? Biar Nggak Kesasar ke Pantai Ngrenehan, Ikuti Rute Ini!

Inibaru.id &ndash; Masyarakat Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, meyakini, Pantai Ngrenehan merupakan pemberian Raden Patah, penguasa sekaligus pendiri Kesultanan Demak.
Memang, nggak ada literatur yang menguatkannya, karena posisi Gunungkidul dengan wilayah kekuasaan Kesultanan Demak yang berada di pantai utara cukup jauh. Namun, sebagian masyarakat Desa Kanigoro meyakini, keahlian mencari ikan mereka ditularkan dari Raden Patah.
<img src="https://www.mantai.id/wp-content/uploads/2019/01/Pantai-Ngrenehan-Yogyakarta-5.jpg" alt="" />
<code>Keindahan Pantai Ngrenehan. (Mantai)</code>
Entahlah, tapi yang pasti, pantai ini begitu indah. Letaknya menjorok ke daratan, membuat ombak di pantai cukup tenang. Kanan dan kiri pantai yang berupa perbukitan juga kian membuat Pantai Ngrenehan terlindung dari ombak besar.
Lantaran bukan pantai unggulan wisatawan, pantai ini cukup sepi pengunjung, kecuali saat ada ritual larung sesaji pada Bulan Sura. Padahal, dari segi keindahan, pantai tersebut nggak kalah menarik. Biaya masuknya pun terjangkau.
<img src="https://jogjaempatroda.com/wp-content/uploads/2017/05/pantai-ngrenehan-02.jpg" alt="" />
<code>Betah berlama-lama di sini! (Jogjaempatroda)</code>
Untuk memasuki kawasan wisata Pantai Ngenehan, kamu cukup membayar tiket sebesar Rp 5.000 per orang. Sementara, untuk tarif parkir berkisar antara Rp 2.000 hingga Rp 10 ribu per kendaraan.
Di tempat ini, kamu bisa berswafoto sepuasnya, lengkap dengan latar pasir putihnya yang indah dan laut birunya yang bersih. Kuy, mampir ke sini! (IB20/E03)

Duduk santai sembari berswafoto di atas pasir putih pantai selatan yang berpadu kontras dengan lautan biru nan bersi, siapa yang nggak mendambakan liburan semacam itu? Apalagi kalau tiket masuknya murah! 

Murah tapi Nggak Murahan, Berlibur ke Pantai Pemberian Raden Patah: Pantai Ngrenehan 

Inibaru.id &ndash; Dengan jarak sekitar 60-an kilometer dari Kota Yogyakarta, kamu butuh berkendara sekitar dua jam untuk mencapai Pantai Indrayanti. Pantai tersebut berada di kawasan pantai wisata Gunungkidul, bersama dengan Pok Tunggal, Sundak, dan Krakal. Bagaimana untuk mencapai ke sana?
Berada di wilayah Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, Pantai Indrayanti cukup populer di kalangan wisatawan Yogyakarta. Jadi, kamu nggak perlu takut kesasar saat berniat datang ke pantai tersebut.
Ada banyak penunjuk arah di jalan. Eits, tapi nggak semua petunjuk menggunakan nama Pantai Indrayanti ya, karena nama resmi pantai tersebut adalah Pantai Pulang Syawal.
Dari Yogyakart, melajulah ke Jalan Wonosari atau ringroad timur, lalu menuju arah Piyungan, lanjut ke Patuk. Dari sana, kamu bakal tiba di Wonosari. Lalu, silakan lanjutkan ke Karangrejek, Hargosari, hingga tiba di Tepus. Dari Tepus kamu tinggal ikuti petunjuk ke arah pantai.
Sebetulnya ada satu rute lain yang bisa kamu tempuh, yakni via Imogiri hingga tiba di Baron, lalu melaju sekurangnya 10 kilometer hingga tiba di Indrayanti. Namun, untuk kamu yang dari luar kota, jalur ini nggak direkomendasikan!
Hm, sepertinya siap berlibur! Ayo kepak barang-barangmu, dan kita ketemu di sana! Ha-ha. (IB20/E03)

Nggak ada keindahan tanpa pengorbanan. Mungkin itulah yang dirasakan wisatawan yang datang jauh-jauh dari Yogyakarta menuju Gunungkidul. Jalan yang berkelok terbayar tuntas dengan indahnya Pantai Indrayanti

Dari Kota Yogyakarta Menuju Pantai Indrayanti, Jalan Berkelok di Antaranya

Inibaru.id &ndash; Jika ada satu pantai yang kamu pengin rekomendasikan ke temanmu yang berkunjung ke negeri ini, mungkin Pantai Indrayanti bisa jadi pilihan. Referensi pantai yang indah di Indonesia memang nggak harus ke Pantai Kuta, karena pantai di Gunungkidul, DI Yogyakarta, ini nggak kala menawan.
Yap, sebagai negara maritim, Indonesia nggak kekurangan garis pantai. Kamu yang tinggal di Jawa pun nggak harus ke luar pulau untuk menikmati suasana pantai bersih berpasir putih nan terawat. Datanglah ke Pantai Indrayanti, kamu akan menyukainya!
Bentang pantai yang cukup luas, pasir putih nan halus, dan laut biru yang bersih, menjadi magnet pantai bernama resmi Pulang Syawal tersebut.
&nbsp;Pantai Indrayanti berada di area wisata pantai di Gunungkidul. Dengan jarak sekitar 60-an kilometer dari pusat Kota Yogyakarta, kamu butuh berkendara sekitar dua jam untuk mencapai kawasan pantai yang bersebelahan dengan Pok Tunggal, Sundak, dan Krakal ini.
Meski jalannya sudah mulus, medan yang naik-turun dan berkelok-kelok memang bakal melelahkanmu. Namun, semua itu bakal terbayar tuntas begitu tiba di sana.
Oya, satu hal yang mendarik dari pantai ini adalah sunset-nya yang begitu menawan. Jika cuaca sedang bagus, kamu bisa menyaksikan matahari yang tenggelam sempurna di garis pantai yang tenang menjelang malam. Uwuwuwu! (IB20/E03)

Senja, siapa yang nggak menikmatinya, terlebih saat sedang berada di pantai? Baik sendirian atau berdua, tenggelamnya matahari di ufuk barat tentu menjadi keindahan tersendiri, nggak terkecuali di Pantai Indrayanti.

Sunset yang Tenggelam Sempurna di Garis Pantai Indrayanti

Inibaru.id &ndash; Pantai Pulang Syawal, begitulah semula nama pantai di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogykarta ini. Namun, silakan tanya ke masyarakat Kota Pelajar, berapa banyak yang mengenal nama tersebut.
Yap, nggak banyak yang mengetahui nama asli pantai berpasir putih ini. Mereka lebih familiar dengan nama Pantai Indrayanti, yang sejatinya hanyalah nama sebuah restoran yang ada di pantai tersebut.
Restoran yang berada di kawasan pantai ini memang sangat terkenal, bahkan sudah seperti landmark di pantai kebanggaan warga Dusun Ngasem, Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, ini.
Oya, ngomong-ngomong tentang &ldquo;Indrayanti&rdquo;, nama itu merupakan gabungan istri-suami pemilik restoran di sana, yakni Indra dan Yanti. Lantaran restoran tersebut kerap direkomendasikan wisatawan, jadilah Pantai Pulang Syawal lebih dikenal sebagai pantai Indrayanti.
Bagi masyarakat Gunungkidul, Pantai Indrayanti cukup sering menjadi tujuan wisata mereka. Bahkan, pamornya nggak kalah dengan tetangganya yaitu Pantai Baron yang telah lebih dulu dikenal masyarakat. Nggak sedikit warga luar Yogyakarta yang sengaja datang ke Indrayanti.
Nah, kamu tertarik juga, Millens? Segera siapkan hari liburmu dan berkunjunglah ke Pantai Indrayanti! (IB20/E03)

Bukan nama resmi, tapi jauh lebih terkenal namanya. Itulah Indrayanti, nama restoran milik Indra dan Yanti yang kemudian dikenal luas sebagai nama pantai di Gunungkidul.