Suasana Warung yang Sederhana dan Bikin Betah

Begitu masuk ke area warung, suasananya langsung terasa Jogja banget: sederhana, hangat, dan jauh dari bising jalan raya. Tempatnya memang kecil, tapi justru itu yang menambah kesan rumahan. Pembeli duduk dengan sabar menunggu pesanan sambil menghirup aroma bumbu yang ditumis di atas tungku arang yang bikin kamu bernostalgia.

Penilaian para pengunjung yang datang pun rata-rata positif. Banyak yang memuji keramahan Pak Uun dan pelayanannya yang gesit, meski harus memasak hingga empat wajan sekaligus ketika sedang ramai-ramainya.

Salah satu keunikan Bakmi Pak Uun ada pada proses memasaknya yang tetap mempertahankan cara tradisional. Wajan panas diletakkan di atas tungku arang, lalu minyak dituang untuk menumis bumbu yang harum. Setelah itu baru ditambahkan daging ayam, air, sayuran, dan mie. Untuk nasi goreng, tahapannya hampir sama. Bedanya, setelah bumbu matang, nasi langsung digoreng hingga warnanya merata.

Teknik memasak ini menghasilkan aroma smokey yang lembut, khas masakan Jawa tempo dulu. Kuah bakmi godok-nya cenderung creamy, gurih, dan penuh rasa. Banyak pelanggan menyebut bakmi di sini terasa semakin nikmat karena menggunakan telur bebek. Pantas saja rasanya begitu kaya dan bikin susah lupa.

"Kuahnya creamy, kematangan mi pas, porsinya juga bikin kenyang," ungkap salah seorang pembuat konten kuliner terkemuka di Instagram @dyodoran.

Menu yang paling populer di sini tentu saja bakmi godok. Versi gorengnya juga tidak kalah sedap, cocok buat kamu yang kurang suka makanan berkuah. Ada juga nasi goreng dengan cita rasa klasik ala kampung. Harga per porsinya mulai sekitar Rp17.000 saja, murah untuk ukuran cita rasa yang bikin pelanggan balik lagi berkali-kali.

Beberapa pengunjung punya rekomendasi personal. Ada yang selalu pesan bakmi godok telur bebek, ada pula yang menyarankan minuman jahe serai sebagai pendamping biar tubuh hangat di malam hari. Kalau mau lebih nendang, teh hangat atau kopi juga cocok menemani makanmu.

Bakmi Palbapang Pak Uun bukan sekadar tempat kuliner karena menawarkan pengalaman dari suasana kampung yang tenang sampai aroma arang yang menguar dari dapur kecilnya. Jadi kalau kamu sedang di Bantul atau lagi kangen cita rasa bakmi Jawa yang otentik, warung ini wajib banget kamu sambangi. 

Ingat, datang lebih awal, ya, Gez, biar nggak kehabisan! (Arie Widodo/E07)

Inibaru.id - Kalau kamu penyuka bakmi Jawa, nama Bakmi Palbapang Pak Uun rasanya wajib masuk daftar kunjungan. Warung kecil yang tersembunyi di tengah permukiman Bantul ini sudah jadi legenda sejak tahun 2000. Meski lokasinya nyempil di Karasan, Palbapang, banyak orang rela “blusukan” demi seporsi bakmi godok gurih yang konon bikin ketagihan.

Warung Bakmi Pak Uun buka setiap hari mulai pukul 17.00 sampai 22.00 WIB. Tapi jangan tertipu jam tutupnya ya karena sering kali dalam tiga jam saja setelah buka, seluruh menu sudah ludes. Banyak food hunter yang sudah mengingatkan: kalau mau dapat jatah, datanglah sebelum malam benar-benar larut.

Meski buka sejak pukul 17.00 sampai 22.00 WIB, terkadang Bakmi Palbapang Pak Uun sudah kehabisan makanan saking banyaknya pembeli yang datang.

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

Salah satu penyebab utama risiko ini datang dari kualitas charger itu sendiri. Banyak charger murah atau palsu yang beredar, dan sayangnya, masih sering kita temui di rumah-rumah.

Charger semacam ini biasanya tidak punya sistem perlindungan arus, panas, atau pemutus otomatis. Jadi saat tetap terhubung ke listrik, ia akan terus bekerja dan menghasilkan panas. Kalau komponennya kurang bagus, panas yang menumpuk bisa memicu kerusakan, bahkan kebakaran.

Selain kualitas, faktor lingkungan juga berpengaruh. Charger yang dibiarkan menancap dan berada di area tertutup, misalnya dekat tumpukan barang atau di belakang furnitur, lebih mudah terperangkap panas. Apalagi kalau ruangan cenderung panas atau lembap, risiko kerusakan pada charger pun semakin tinggi.

Walau jarang terjadi, fluktuasi listrik dan sambaran petir bisa mempengaruhi perangkat yang sedang terhubung ke soket. Charger yang tidak punya pelindung arus bisa rusak seketika saat ada lonjakan tegangan. Dalam kasus ekstrem, korsleting bisa terjadi dan menimbulkan percikan api. Memang bukan sesuatu yang terjadi setiap hari, tapi cukup banyak orang yang baru sadar setelah perangkat mereka gosong duluan.

Peluang Muncul Ledakan Kecil, Tapi Tetap Ada

Tenang, bukan berarti setiap charger yang kamu biarkan menancap bakal “meledak”. Kalau kamu memakai charger asli dari jenama terpercaya, risiko masalah ini jauh lebih kecil. Produk resmi biasanya sudah melewati uji keselamatan dan punya fitur pencegahan panas berlebih. Tapi tetap saja, risiko kecil bukan berarti nol, apalagi kalau chargermu sudah menua, sering jatuh, atau pernah terasa panas berlebihan.

Untuk charger palsu, ceritanya beda. Risiko korsleting atau kebakaran naik berkali-kali lipat karena komponennya nggak dirancang tahan lama. Jadi lebih baik hindari, ya.

Biar nggak waswas, kamu bisa melakukan beberapa langkah sederhana:

Jadi, meski kelihatannya sepele, kebiasaan membiarkan charger tetap menancap tetap punya risiko. Baiknya segera lepas dari stopkontak deh kalau memang sudah nggak dipakai. Setuju, Gez? (Arie Widodo/E07)

Inibaru.id - Kita semua pasti pernah melakukan ini: selesai ngecas, ponsel dicabut, tapi kepala chargernya tetap anteng nempel di stopkontak. Kelihatannya sih nggak masalah. Toh nggak lagi dipakai, kan? Tapi ternyata kebiasaan kecil ini bisa menimbulkan risiko yang jarang kita sadari.

Meski jarang terjadi, ada kemungkinan kepala charger yang dibiarkan terus menancap bisa bermasalah. Tapi, jangan keburu membayangkan munculnya ledakan dramatis seperti di film, ya. Masalahnya biasanya jauh lebih sederhana, tapi tetap berbahaya kalau dibiarkan.

Banyak dari kita yang membiarkan kepala charger terus menancap di stop kontak meski sudah nggak lagi dipakai. Apakah hal ini berbahaya jika dibiarkan?

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

Peresmian dilakukan oleh Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Drs Agus Andrianto SH MH bersama jajaran pejabat kementerian, pimpinan Undip, dan perwakilan pemerintah daerah.


Dalam sambutannya, Menteri Agus menegaskan komitmen pemerintah untuk memperluas akses layanan keimigrasian. Dia mengatakan, keberadaan titik layanan di kampus menjadikan pelayanan semakin cepat, responsif, dan dekat dengan masyarakat.

"Saya berharap layanan ini bisa menjadi model bagi daerah lain," sebutnya.

Layanan yang dibuka meliputi penerbitan dan penggantian paspor WNI, BAP paspor hilang atau rusak, pelayanan izin tinggal WNA, serta konsultasi dan informasi keimigrasian.


Usai peresmian yang dilakukan dengan memukul gong, Menteri Agus meninjau ruang pelayanan yang telah dilengkapi ruang tunggu kondusif, sistem antrean terintegrasi, serta petugas yang telah dipersiapkan secara khusus.

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Imigrasi Jateng Haryono Agus Setiawan menyampaikan, layanan ini merupakan langkah strategis untuk mendekatkan pelayanan keimigrasian kepada masyarakat.


"Kehadiran layanan ini juga mempermudah mahasiswa asing Undip untuk mengurus izin tinggal, jadi akan mendukung kenyamanan mereka menjalani aktivitas akademik," jelasnya.

Setali tiga uang, Rektor Undip Prof Dr Suharmono SE MSi juga menyambut baik kerja sama tersebut dan menyatakan bahwa Undip siap menyediakan segala fasilitas yang diperlukan agar pelayanan imigrasi dapat berjalan optimal dan mudah diakses.

Campus Immigration Point di Undip diharapkan menjadi percontohan nasional dan mendorong kampus lain menghadirkan layanan publik serupa, terutama di lingkungan perguruan tinggi dengan aktivitas internasional yang tinggi.

Keberadaan layanan ini di kampus menegaskan bahwa Undip memiliki "aktivitas internasional" yang cukup baik. Kampus lain gimana, nih? (Murjangkung/E10)&nbsp;

Inibaru.id - Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Semarang meresmikan Campus Immigration Point di Universitas Diponegoro (Undip) pada Senin (1/12/2025) kemarin. Layanan ini menjadi yang pertama di Indonesia, yang memungkinkan pengurusan dokumen keimigrasian langsung di lingkungan kampus.

Dengan hadirnya fasilitas tersebut, mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, di lingkungan Undip bisa mengurus paspor hingga izin tinggal tanpa harus datang ke kantor imigrasi. Hal tersebut juga berlaku untuk masyarakat umum yang bukan merupakan bagian dari Undip.

Layanan Campus Immigration Undip ini menjadi yang pertama di Indonesia dan memungkinkan pengurusan dokumen keimigrasian langsung di lingkungan kampus, sekaligus menegaskan 'aktivitas internasional' yang cukup baik di salah satu kampus terbaik di Kota Semarang ini.

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

Tas rajut buatan tangan dari perempuan kreatif asal Kota Semarang yang sehari-hari berprofesi sebagai ibu rumah tangga tersebut telah menempuh perjalanan jauh: menembus pasar dunia, menguatkan pejuang kanker, dan membuka ruang pemberdayaan bagi warga binaan Lapas Perempuan Semarang.

"Merajut itu awalnya hanya hobi. Karena anak-anak sudah besar, saya mengisi waktu luang dengan merajut. Saya ibu rumah tangga, ikut suami dinas di daerah terpencil, sehingga memilih fokus mengurus anak-anak," ujar Indah saat ditemui Inibaru.id akhir November lalu.

Indah mengaku belajar merajut secara autodidak sejak 2011. Gurunya adalah internet dan Youtube. Awal-awal berkreasi, dia hanya membuat taplak meja dan dompet kecil. Namun, seiring waktu, keterampilannya meningkat hingga bisa membuat tas rajut sendiri.

Sedikit demi sedikit, dunia rajut yang awalnya hanya pengisi waktu luang justru menjadi peluang. Indah merasa bangkit dan berdaya. Sembari melakoni keseharian sebagai ibu rumah tangga, dia mulai bisa melihat betapa besar peluang bisnis yang tersimpan dalam setiap karyanya.

Pada 2017, ketika sebagian besar pelaku UMKM masih berkutat di pasar lokal, Indah justru sudah merasakan aroma pasar global. Melalui PT Mas di Solo, dia dipercaya mengerjakan produk home decor untuk dikirim ke negara-negara di Eropa.

Sistemnya maklun; perusahaan menyediakan bahan, lalu Indah menangani produksi dan merekrut tenaga kerja yang dia latih sendiri.

Tas rajut buatan Indah merambah hingga Dubai setelah karya-karyanya dua kali lolos kurasi mengikuti pameran BRI UMKM EXPO(RT). Dalam sesi business matching, dia bertemu buyer luar negeri yang kemudian memesan 1.000 tas makram untuk pasar Dubai.

"Semula diminta selesai satu bulan, saya nggak sanggup. Akhirnya dinego jadi lima bulan, per bulan 200 pieces. Saya ngajari orang-orang, mereka ikut mengerjakan," ungkap Indah.&nbsp;

Di antara banyak teknik, tapestri menjadi yang paling dia kuasai karena memungkinkan eksplorasi pola dan gambar. Dari sinilah lahir tas rajut bermotif batik berbahan dasar kulit yang harganya menyentuh angka Rp900 ribu per item.

Namun, di antara deretan pencapaian tersebut, ada satu bab yang paling mengesankan di pikiran Indah, yakni perjalanannya keliling Indonesia mengedukasi cara mengolah plastik menjadi tas rajut, kemudian mendonasikan hasil kegiatannya untuk menguatkan anak-anak penyandang kanker.

"Tahun 2019 itu kan lagi ramainya kampanye pengurangan plastik. Buat saya, plastik itu memang sulit dihilangkan total. Jadi, bagaimana cara mengurangi, bagi saya salah satunya ya diubah jadi tas rajut, karena bisa dipakai selama bertahun-tahun," kata Indah.

Plastik-plastik itu dipotong selebar kurang lebih dua sentimeter, lalu dirajut seperti biasa. Prosesnya memang lebih sulit dibanding merajut benang biasa, tetapi hasilnya kuat dan tahan lama. Namun, karya ini bukanlah produk komersial utama. Dia lebih sering membawanya untuk kampanye reduksi sampah sekali pakai.

Profit memang nggak selalu menjadi tujuan utamanya berkarya. Bahkan, pada pameran ini pun, dia dan temannya sudah sepakat untuk menyumbangkan dana yang terkumpul ke Yayasan Kanker Anak Indonesia sebagai dukungan moral bagi anak-anak yang tengah berjuang melawan penyakit ganas itu.

"Tidak semua hal harus berupa profit. Saya senang kalau apa yang saya kerjakan bisa bermanfaat buat orang lain," lontarnya.

Memberdayakan Warga Binaan Lapas Perempuan

Jiwa sosial Indah terus tumbuh, termasuk dalam berbagi ilmu. Ibu tiga anak itu mengaku akan dengan senang hati membagikannya, termasuk saat mengajari warga binaan di Lapas Perempuan Semarang merajut tanpa meminta bayaran sepeser pun.

"Di Lapas Perempuan itu saya nggak dibayar sama sekali. Murni untuk berbagi ilmu. Kalau ada yang benar-benar tertarik, saya kasih alatnya, saya kasih benangnya. Biar nanti kalau mereka keluar (bebas), bisa melanjutkan yang dia bisa," paparnya.

Warga binaan yang telah diajari Indah juga diberdayakan untuk membantu produksi. Bahan dan desain berasal darinya, lalu mereka mengerjakan sesuai kemampuan dan waktu. Setiap pekerjaan mereka tetap dibayar sebagai tambahan penghasilan dari dalam penjara.&nbsp;

Bagi Indah, menguatkan penyandang kanker dan berbagi ilmu dengan warga binaan adalah dua wajah dari misi yang sama, yakni untuk memanusiakan manusia lewat keterampilan. Merajut baginya bukan lagi sekadar aktivitas tangan, melainkan cara menyalurkan empati.

Saat ini Indah hanya dibantu satu karyawan tetap yang menjaga tokonya di kawasan Sambiroto. Proses produksi sehari-harinya masih dikerjakan sendiri, tetapi jika pesanan membludak, barulah dia melibatkan orang lain.

"Saya nggak menyangka bisa sejauh ini. Saat pandemi Covid-19, saya sempat kena saraf terjepit. Suami menyarankan untuk berhenti dan menjual seluruh benang. Namun, meski sudah didiskon, benang-benang itu nggak laku. Artinya, saya disuruh untuk terus merajut," tukas Indah, lalu tertawa ringan.&nbsp;

Nggak hanya menghasilkan profit, keterampilan merajut Indah juga telah menjalin asa untuk para penyandang kanker dan warga binaan di lapas. Panjang umur ya, Bu Indah! (Sundara/E10)

Inibaru.id - Di bawah tenda pameran UMKM di halaman Balai Kota Semarang, Indah Prihatiningsih, pemilik Ekkyta Collection duduk dengan tenang, tapi jemarinya lincah menari di atas gulungan benang, menuntaskan seutas tali tas yang belum selesai.

Sesekali, perempuan 60 tahun itu juga terlihat mengangkat wajah, menyapa pengunjung yang mampir, sebelum kembali pada ritme rajutannya.

Belajar merajut secara autodidak pada 2011, pemilik Ekkyta Collection, Indah Prihatiningsih, konsisten menyisihkan sebagian keuntungannya untuk anak-anak penyandang kanker; sekaligus mengajari warga lapas perempuan Semarang untuk belajar membuat tas rajut berkelas yang membuat Indah menjelajah pasar global.

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

Sebaliknya, kebun sawit adalah kawasan monokultur. Satu jenis tanaman mendominasi, lantai tanah sering terbuka, dan lapisan ekosistemnya sangat sederhana. Studi yang dikutip The Jakarta Post menegaskan, perkebunan sawit hanya mampu mendukung sebagian kecil spesies hutan. Riset lain yang dipublikasikan ScienceDaily menunjukkan hal serupa. Kebun sawit bukan habitat setara hutan tropis dan sebagian besar spesies nggak mampu beradaptasi di dalamnya.

Hasilnya sudah terlihat di banyak desa sekitar hutan. Semakin sedikit pepohonan asli, semakin sering satwa liar turun ke permukiman mencari makan. Mereka nggak “menyerang”, mereka hanya kehilangan ruang hidup.

Stok Karbon: Hutan Menyimpan, Sawit Membuang

Banyak klaim menyebut sawit “lebih efisien menyerap karbon,” namun para ilmuwan mengingatkan bahwa klaim itu menyesatkan. Menurut Profesor William Laurance yang dikutip Eco-Business, meski sawit tumbuh cepat, total karbon yang disimpan selama daur hidupnya jauh lebih rendah dibanding hutan primer.

Ketika hutan ditebang, karbon yang terkunci selama ratusan tahun terlepas ke atmosfer. Mongabay mencatat, konversi hutan ke sawit terutama di lahan gambut melepaskan emisi dalam jumlah masif. Sawit nggak mampu mengimbangi kehilangan itu, bahkan bisa menjadi sumber emisi baru ketika tanaman tua ditebang dan tanah kehilangan karbon.

Hutan tropis adalah bank karbon raksasa. Sawit hanyalah buku tabungan kecil.

Fungsi ekologis hutan juga nggak berhenti pada keanekaragaman hayati dan karbon. Hutan menjaga kesuburan tanah melalui siklus organik mulai daun gugur membentuk humus, mikroorganisme mengolah nutrisi, dan akar pohon menahan air. Tanah yang sehat membuat debit air stabil, sungai terjaga, dan wilayah terlindungi dari erosi.

Begitu hutan digantikan sawit, siklus itu terputus. Lahan menjadi lebih kering, tanah cepat padat, dan kebutuhan pupuk serta pestisida meningkat. Debit air menurun, longsor dan banjir menjadi lebih sering terjadi, dan suhu kawasan meningkat karena hilangnya kanopi yang meneduhkan.

Di banyak tempat, mata air mati bukan karena kemarau panjang, tetapi karena hilangnya pepohonan hutan.

Beberapa penelitian, seperti yang dirilis University of York, menemukan bahwa menyisakan sekitar 10 persen hutan asli dalam lanskap perkebunan dapat membantu menjaga sebagian kecil karbon dan biodiversitas. Namun angka itu tetap terlalu kecil untuk menggantikan kehilangan ekosistem hutan yang jauh lebih luas. Fragmentasi tetap terjadi, dan fungsi ekologis hutan tetap menurun drastis.

Hutan adalah satu kesatuan. Memisahkannya menjadi potongan-potongan kecil nggak akan membuat ekosistem bekerja seperti sediakala.

Hutan memberikan manfaat yang nggak bisa dihitung hanya dengan angka ekonomi. Ia menjaga air, menopang tanah, menstabilkan iklim, menyediakan habitat satwa, hingga menjadi benteng terakhir keanekaragaman hayati. Sementara perkebunan baik sawit, kopi, maupun karet memberi manfaat ekonomi jangka pendek yang penting bagi masyarakat, tetapi nggak dapat menggantikan kehidupan yang diberikan hutan.

Ketika hutan hilang, yang hilang bukan hanya pepohonan. Kita kehilangan penyangga kehidupan.

Karena itulah, setiap wacana mengganti hutan dengan kebun monokultur harus dilihat sebagai lebih dari sekadar keputusan tata guna lahan. Itu keputusan tentang masa depan, apakah kita ingin lingkungan yang stabil, atau ladang luas yang perlahan mengering. (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Di sejumlah daerah, barisan sawit yang rapi dan menghijau sering dianggap sebagai “pengganti” hutan. Dari kejauhan, pemandangannya tampak meyakinkan bahwa pohon-pohon tumbuh tinggi, daun lebat di kanan–kiri jalan, dan hamparan hijau sejauh mata memandang. Namun, poster edukasi lingkungan yang banyak beredar akhir-akhir ini sebenarnya memberi petunjuk penting hutan bukan sekadar deretan pohon. Ia adalah sistem kehidupan yang jauh lebih kompleks, sesuatu yang nggak dapat ditiru oleh kebun monokultur apa pun, termasuk sawit.

Hutan alami menyimpan biodiversitas yang luar biasa. Di dalamnya ada pepohonan raksasa, semak belukar, lumut, jamur, hingga organisme mikro yang hidup berdampingan dalam jaringan ekologis berlapis yaitu kanopi, bawah tajuk, hingga lantai hutan. Satwa liar seperti burung, primata, mamalia kecil, reptil, serangga penyerbuk menjadikannya rumah.

Hutan nggak bisa digantikan oleh kebun sawit atau tanaman monokultur lainnya. Di balik hamparan hijau yang tampak serupa, hutan menyimpan fungsi ekologis yang jauh lebih kompleks mulai dari biodiversitas, penyimpanan karbon, hingga penjaga tanah dan air yang nggak mampu ditiru perkebunan.

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

Lima kota yang disambangi antara lain Jakarta (Universitas Trisakti), Medan (Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara), Makassar (Universitas Muslim Indonesia), Bandung (Institut Teknologi Nasional), dan Surakarta (Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Tahun ini, OSC Medcom.id memasuki tahun ke-11 sejak dimulai pada 2015. Total sudah lebih dari 3 ribu mahasiswa terbantu lewat program ini. Khusus 2025, tersedia 399 beasiswa untuk kuliah di 18 perguruan tinggi swasta di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Rinciannya, 364 beasiswa S1 dan 35 beasiswa S2.

Pendaftaran dibuka sejak 21 Agustus hingga 12 November 2025 melalui laman osc.medcom.id. Nantinya, peserta akan melewati seleksi dua tahap: online test (15 November) dan final test (19 November–3 Desember). Puncaknya, pemenang akan diumumkan dalam OSC Awards pada 19–20 Desember 2025.

Untuk pendaftar S1, syaratnya antara lain: pelajar kelas 12 (lulus 2026) atau lulusan 2025 yang belum bekerja, membayar biaya registrasi Rp35 ribu, serta belum pernah menerima beasiswa lain. Sementara itu, untuk pendaftar S2, wajib sudah lulus S1, membayar biaya registrasi Rp150 ribu (sudah termasuk paket try out), dan tidak sedang menerima beasiswa lain.

Peserta hanya boleh memilih 1 universitas dengan maksimal 2 program studi. Jadi, pastikan benar-benar sesuai dengan minatmu, ya!

Beasiswa OSC 2025 bekerja sama dengan 18 kampus, lo, di antaranya:&nbsp;

5. Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya


8. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


11. Universitas Muslim Indonesia Makassar


Jadi, kalau kamu pengin kuliah S1 atau lanjut S2 tanpa pusing mikirin biaya, jangan sia-siakan kesempatan ini deh, Gez. Segera daftar lewat osc.medcom.id sebelum 12 November 2025, dan siapkan dirimu jadi salah satu penerima beasiswa OSC 2025! (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id – Buat kamu yang lagi cari kesempatan kuliah gratis, ada kabar gembira! Online Scholarship Competition (OSC) Medcom.id 2025 kembali hadir dan kali ini menggelar roadshow di lima kota untuk memperkenalkan lebih dekat program beasiswanya.

Sekretaris Surya Edukasi Bangsa Foundation (SEBAF), Herfindo Gading, menjelaskan, roadshow ini bakal diisi banyak kegiatan seru, mulai dari campus visit, sosialisasi kampus, sosialisasi OSC, games, free voucher, e-certificate, sampai hiburan. 

“Kami ingin calon pendaftar bisa lebih mengenal program OSC sekaligus kampus tujuannya,” ujarnya (10/9/2025).

Selain menawarkan 399 beasiswa S1 dan S2, program ini juga menggelar roadshow di lima kota untuk memperkenalkan lebih dekat beasiswa sekaligus kampus tujuan.

OSC Medcom.id 2025 Tawarkan 399 Beasiswa, Roadshow Hadir di 5 Kota

Keberadaan beasiswa sangat strategis untuk menjadi jalan
pemerataan pendidikan bagi seluruh anak bangsa.

"Pemberian beasiswa
menjadi program yang strategis untuk pemerataan akses terhadap perguruan
tinggi," kata Nadiem dalam video sambutannya pada Kick Off Beasiswa OSC Medcom 2022 di Universitas Tarumanagara, belum lama ini.

Dia juga menyebut beasiswa OSC Medcom&nbsp;telah
membuka peluang bagi seluruh anak bangsa untuk mengenyam pendidikan tinggi.

"Beasiswa OSC yang diinisiasi Medcom.id (membuka) kesempatan
anak-anak Indonesia untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi
akan semakin terbuka," kata Nadiem.

Baginya, kemajuan sebuah negara ditentukan dari SDM unggul
secara pengetahuan dan kemampuan. SDM ini juga mesti tangguh dalam hal
karakter dan kepribadian.

"SDM terbaik adalah yang memiliki keinginan yang kuat
dalam kontribusi kepada bangsa dalam hal ini pendidikan tinggi paling dekat
dengan dunia kerja menjadi titik loncat untuk Indonesia menuju masa depan,"
papar dia.

Karena itu, Kemendikbudristek juga telah melakukan sejumlah gebrakan
yang dikemas dalam Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Salah satunya
perluasan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) hingga dapat
dinikmati S1, guru, seniman, bahkan pelaku budaya.

Selain itu, Kemendikbudristek juga meluncurkan KIP Kuliah
Merdeka. Dalam perkembangannya, program ini mengalami transformasi dengan
peningkatan jumlah bantuan dana yang diterima mahasiswa. Sebelumnya, mereka
hanya menerima Rp 2,4 juta, kini menjadi Rp 12 juta untuk program studi akreditasi
A.

Sebagai informasi, tahun lalu Kemendikbudristek telah
menyalurkan KIP kuliah untuk 1,7 juta mahasiswa di seluruh Indonesia. Bukan cuma
itu, perhatian khusus juga diberikan untuk mahasiswa Papua, Papua Barat, daerah
3T, dan mahasiswa anak pekerja migran dengan memberikan beasiswa hingga
perguruan tinggi yang disalurkan lebih dari 6.300 pendidik. 

Kembali pada pembahasan OSC Medcom, Millens, tahun
ini ada 539 beasiswa jenjang S1 yang siap diperebutkan. Beasiswa tersebut
diberikan oleh 27 perguruan tinggi negeri maupun swasta sebagai mitra penyedia
beasiswa.

Mereka yang berhasil lolos bakal mendapatkan beasiswa S1
bebas uang pangkal, bebas uang semester selama 8 semester, tabungan pendidikan,
bantuan living cost untuk pemenang terpilih, serta kesempatan magang hingga
bekerja di Media Group.

Pendaftaran dibuka mulai 8 Agustus 2022 hingga 2 November
2022 di laman https://osc.medcom.id/.
Yuk, ajak juga teman dan keluarga untuk daftar. (Ike Purwaningsih/E03)

Inibaru.id – Tak bisa dimungkiri bahwa mahalnya biaya
pendidikan di level perguruan tinggi sedikit banyak menciutkan niat masyarakat
untuk mengaksesnya. Karena itu, menurut Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim keberadaan Online
Scholarship Competition (OSC) Medcom&nbsp;patut diapresiasi.

Nadiem mengatakan, OSC Medcom&nbsp;mampu menjadi solusi
dari rendahnya tingkat partisipasi peserta didik di pendidikan tinggi.

Online Scholarship Competition (OSC) Medcom menjadi salah satu jalan para siswa berprestasi untuk lanjut ke perguruan tinggi.

Nadiem: OSC Medcom Jadi Solusi Tingkatkan Minat ke Perguruan Tinggi

Lantas,
bagaimana dengan konsep acara pengumuman pemenang beasiswa ini? Pihak OSC
Medcom.id menyebut acaranya bakal berlangsung dari pukul 13.00 sampai 17.30 WIB
dan bakal disiarkan secara live streaming
di situs Medcom.id serta kanal Youtube Medcom.id. Di situlah nama-nama para
pemenang bakal diumumkan.

Acara ini
bakal berbeda dengan yang terjadi pada 2021 lalu, di mana seluruh pengumuman
dilakukan secara daring.

“OSC Awards
2021 diadakan dengan konsep hybrid. Yang
datang langsung secara luring adalah Rektor atau Wakil Rektor dan
jajarandireksi Media Group di Studio Grand Metro TV. Sedangkan finalis bakal
dihadirkan secara virtual,” ungkap Herfindo.

Beasiswa
tahun ini menyediakan 590 paket beasiswa yang terdiri atas 515 beasiswa bagi
tingkatan S1 serta 75 paket untuk tingkatan S2. Beasiswa-beasiswa ini bakal
bisa digunakan para pemenang untuk menempuh pendidikan di 25 Perguruan Tinggi
Swasta (PTS) di berbagai daerah di Indonesia.

Gimana,
deg-degan nggak, nih, Millens menanti
siapa saja yang bakal menang beasiswa OSC Medcom.id tahun ini?&nbsp;(IB09/E05)

Inibaru.id – Kamu ikut mendaftar dan menjalani seleksi
beasiswa Online Scholarship Competition (OSC) Medcom.id, Millens? Kalau iya, siap-siap, ya? Pada 22 Januari 2022 nanti,
bakal diadakan awarding night alias
acara resmi pengumuman para pemenang dari beasiswa ini.

Hal ini
diungkap langsung oleh Head Corporate Communication Medcom.id Herfindo Gading.
Dia mengaku sudah mendapatkan daftar siapa saja yang mendapatkan beasiswa OSC
Medcom.id 2021. Meski begitu, pihaknya sedang menunggu siapa saja nama yang
bakal diumumkan dalam acara awarding night
ini.

“Saat ini,tim
OSC sedang menarik data nama-nama pemenang dari kampus, yang kemudian akan
diumumkan di OSC awards 2021 nanti di 22 Januari 2022,” ujar Herfindo, Senin
(17/1/2022).

Pada 22 Januari 2022 nanti, pengumuman pemenang beasiswa OSC Medcom.id bakal digelar dalam sebuah acara seremonial alias awarding night. Kira-kira siapa saja ya pemenangnya?

Siap-siap, 22 Januari Pengumuman Pemenang Beasiswa OSC Medcom.id

Omong-omong
nih, ya, beasiswa OSC Medcom.id tahun ini adalah yang ketujuh berturut-turut.
Nah, khusus di kehadirannya di tahun ketujuh ini, setidaknya 590 paket beasiswa
telah disiapkan. Beasiswa-beasiswa terdiri atas 515 paket bagi mereka yang
kuliah S1. Sementara itu, sisa 75 beasiswa lainnya bakal diperebutkan oleh
mahasiswa yang kuliah di jenjang S2.

Nah,
beasiswa ini bisa didapatkan di 25 perguruan tinggi swasta (PTS) favorit di
Indonesia. Jadi, kalau kamu mendaftar beasiswa ini secara daring di situsnya,
tinggal mengisi data dirimu deh dan tinggal memilih universitas-universitas
yang masuk daftar tersebut lengkap dengan prodi pilihanmu.

Soal biaya
pendaftaran, kalau kamu masih mahasiswa S1, bakal nggak dikenakan sama sekali
alias gratis, kok. Hanya, kalau kamu mendaftar beasiswa OSC Medcom.id S2, bakal
dikenakan biaya Rp 189 ribu. Eits, meski ada biayanya, ternyata bisa memberikan manfaat
besar lo.

Jadi, nantinya
seluruh biaya pendaftaran beasiswa yang terkumpul bakal didonasikan bagi
pemenang beasiswa kategori S1 yang masuk dalam kategori berprestasi dan nggak
mampu. Pemberian donasi ini bakal lewat Surya Edukasi Bangsa Foundation, kok.

Yang
menarik dari beasiswa ini adalah sebelum kamu menjalani online test untuk seleksi pada 6 November 2021, ada kesempatan
untuk melakukan try out, lo. Jadi, kamu bakal punya persiapan jauh lebih baik
sehingga kesempatan untuk mendapatkan beasiswa pun jadi lebih besar!

Kalau sampai
lolos tes seleksi tahap pertama, kamu harus menjalani tes tahap lainnya, yakni
seleksi berkas yang diadakan pada minggu ketiga serta keempat November 2021.
Setelah itu bakal ada tes final yang juga dilakukan secara daring pada 11
Desember. Tes terakhir ini bakal berupa tes wawancara atau tes potensi
akademik, Millens.

Nah, usai
semua seleksi dilakukan, pengumuman alias awarding pemenang beasiswa ini bakal
dilakukan pada tahun depan, tepatnya pada 20 Januari 2022, deh.

Jadi,
segera ya daftar beasiswa OSC Medcom.id 2021. Masih ada waktu kok. (IB09)

Inibaru.id – Kamu butuh beasiswa untuk kuliah di perguruan
tinggi? Nggak ada salahnya deh mendaftar beasiswa Online Scholarship
Competition (OSC) Medcom.id 2021. Pendaftarannya bakal ditutup sekitar seminggu
lagi, tepatnya, pada 2 November 2021, lo.

Memang,
pendaftaran sudah dibuka sejak lama, yakni pada 25 Agustus 2021. Hanya, bukan
berarti kamu nggak boleh mendaftar mepet tanggal penutupan. Segera deh masuk ke
situs osc.medcom.id agar kesempatan untuk mendapatkan beasiswa dengan total
nilai Rp 47 miliar ini nggak kamu sia-siakan, Millens.

2 November 2021 tinggal seminggu lagi. Di tanggal itulah pendaftaran beasiswa OSC Medcom.id ditutup. Segera deh kamu mendaftar ya?

Tinggal Seminggu Lagi Ditutup, Segera Deh Daftar Beasiswa OSC Medcom.id

Nah, total
beasiswa yang sudah disiapkan OSC Medcom.id adalah 590 paket. Sebanyak 515
paket beasiswa disiapkan untuk program Strata 1 (S1) dan sisa 75 disiapkan
untuk program S2. Cukup banyak, ya?

BTW, gimana
sih cara mendaftarnya? Jadi gini, Millens.
Kamu nggak perlu ribet-ribet mengurus data fisik kok. Cukup dengan masuk ke
situs osc.medcom.id, kamu tinggal mengisi data diri, memilih universitas, serta
memilih prodi yang memang kamu jalani. Simpel, ya?

Nggak hanya
mudah untuk mendaftar, beasiswa OSC Medcom.id ini juga menawarkan hal lain, lo,
yakni Try Out bagi kamu yang ingin mempersiapkan diri jauh lebih baik sebelum
menjalani tes seleksi online beneran pada 6 November 2021. Dengan mengikutinya,
kesempatan kamu untuk lolos ke tahapan seleksi berikutnya dan mendapatkan
beasiswa pun bakal jadi lebih besar, deh.

Kalau
kamu nantinya dipastikan lolos online test tahap pertama, bakal menjalani
seleksi selanjutnya, yakni seleksi berkas. Kalau yang ini bakal diadakan pada
minggu ke-3 atau minggu ke-4 November 2021. Peserta yang dianggap lolos seleksi
berkas bakal menjalani online test terakhir yang bakal digelar pada 11 Desember
2021.

Tes
terakhir ini adalah tes potensi akademik atau wawancara. Di sini, seleksi bakal
dilakukan jauh lebih ketat. Nah, kalau kamu berhasil menjalaninya, bakal jadi
salah satu dari sejumlah pemenang yang diumumkan di acara Awarding OSC pada 20
Januari 2022 nanti deh.

Oya,
sebelum kelupaan, pendaftaran beasiswa OSC Medcom.id 2021 ini gratis lo untuk
program S1. Hanya, kalau kamu mendaftar untuk program S2, bakal dibebani biaya
Rp 189 ribu. Eits, biaya ini nggak untuk mengambil keuntungan kok, melainkan
bakal dikumpulkan lalu didonasikan bagi pemenang di jenjang S1 namun masuk
dalam kategori nggak mampu dan berprestasi. Donasi ini bakal diberikan lewat
Surya Edukasi Bangsa Foundation.

Jadi, ingat
ya kalau pendaftarannya bakal berakhir 2 November 2021. Segera deh daftar
beasiswa OSC Medcom.id, Millens. (OSC/IB09/E05)

Inibaru.id – Pendafataran beasiswa Online Scholarship Competition
(OSC) Medcom.id memang sudah dibuka sejak 25 Agustus 2021. Kurang dari sebulan lagi, tepatnya 2 November 2021 merupakan batas akhirnya. Karena itu, jangan sampai melewatkan kesempatan emas yang satu ini ya.&nbsp;

Omong-omong,
beasisa OSC Medcom.id ini hadir di tahun ketujuh berturut-turut. Pada 2021 ini,
total jumlah beasiswa yang disiapkan oleh OSC bahkan bernilai fantastis, yakni
sebesar Rp 47 miliar. Beasiswa ini bisa kamu dapatkan untuk menjalani kuliah di
25 perguruan tinggi swasta (PTS) favorit se-Tanah Air.

Ingat, Millens, pendaftaran beasiswa OSC Medcom.id bakal berakhir 2 November 2021. Meski syarat dan cara mendaftarnya gampang. Segera daftar deh!

2 November 2021, Batas Akhir Pendaftaran OSC Medcom

Omong-omong,
soal tabungan pendidikan, nantinya pemenang terbaik pertama bisa mendapatkan Rp
1,5 juta. Nah, kalau pemenang terbaik kedua, bakal meraih tabungan Rp 750 ribu.

“Komitmen
ini menjadi sebuah gerakan besar, persembahan untuk anak Indonesia agar dapat
terus mengejar mimpinya berkuliah di kampus favorit dengan beasiswa,” terang
CEO Medcom.id Kania Sutisnawinata.

Biaya
Pendaftaran Beasiswa Gratis untuk Program S1

Pendaftaran
beasiswa Medcom.id sudah dimulai sejak 25 Agustus 2021, Millens. Untungnya,
kamu nggak perlu khawatir bakal ketinggalan, soalnya pendaftarannya masih dibuka
sejak 2 November 2021 nanti.

Pendaftarannya
juga nggak ribet. Kamu tinggal masuk saja ke laman osc.medcom.id. Di situs ini,
kamu tinggal mengisi formulir, menentukan kampus tujuan, lalu melakukan
verifikasi e-mail.

Soal biaya
pendaftaran, kalau kamu mendaftar beasiswa ini untuk program S1, dijamin
gratis, Millens. Nantinya, kamu hanya bakal diminta untuk menyertakan
keterangan masih duduk di kelas 12 atau surat keterangan lulus namun belum
kuliah.

Beda cerita
kalau kamu mendaftar untuk program S2. Bakal ada biaya pendaftaran Rp 189 ribu.
Selain itu, ada syarat lainnya, yakni harus lulusan S1 tahun 2019 sampai 2021
atau berusia maksimal 25 tahun. Ada juga pengecualian sih, yakni bagi tenaga
pengajar yang punya ijazah S1, batas usia maksimalnya naik jadi 35 tahun.

Meski ada
uang pendaftaran, ternyata ada tujuan mulianya, Millens. Nantinya dana dari
uang pendaftaran yang terkumpul ini bakal didonasikan kepada pemenang di
kategori S1 yang berprestasi namun tidak mampu.

Usai
pendaftaran, tes daring bakal diadakan pada 6 November 2021. Setelahnya, bakal
ada seleksi berkas yang diadakan pada minggu ke-3 serta ke-4 November 2021.
Bagi peserta yang lolos, bakal diperbolehkan ikut tes online final pada 11
Desember 2021.

Jadi, siap
untuk mendaftar beasiswa OSC Medcom.id 2021, Millens? Biaya pendaftarannya
gratis, lo (IB09/E07)

Inibaru.id – Siapa sih yang nggak mau beasiswa gratis?
Bagaimana nggak asyik ya, kamu bisa mendapatkan biaya kuliah secara penuh
hingga lulus. Kamu tentu bakal sangat terbantu, bukan? Nah, untungnya kamu bisa
mendapatkannya kalau mendaftar beasiswa Online Scholar Competition (OSC)
Medcom.id, Millens.

Jadi gini,
Millens, beasiswa OSC Medcom.id sudah ada di tahun yang ketujuh berturut-turut,
lo. Khusus untuk tahun 2021 ini, ada 590 beasiswa yang bakal bisa kamu dapatkan
di 25 perguruan tinggi swasta (PTS) favorit di Tanah Air. Dari jumlah total itu,
515 beasiswa disediakan untuk program S1 dan 75 beasiswa untuk program S2.
Total nilai beasiswanya nggak sedikit lo, Millens, yakni Rp 47 miliar!

Menurut CEO
Media Group Mirdal Akib, adanya beasiswa ini menandakan bahwa Medcom memberikan
harapan bagi putra-putri Indonesia yang ingin meraih ilmu setinggi mungkin.
Maklum, tahun ini OSC Medcom.id nggak hanya menanggung biaya pendidikan sampai
lulus, melainkan juga mendapatkan biaya hidup, tabungan pendidikan, program
magang, sampai penyaluran di dunia kerja. Dahsyat, bukan!

Mencari beasiswa gratis memang gampang-gampang susah. Nah, kalau kamu bingung, coba deh mendaftar di beasiswa Online Scholarship Competition (OSC) Medcom.id. Seperti apa sih prosedurnya?

Cari Beasiswa Gratis? Daftar Saja di OSC Medcom.id

Sudah dibuka sejak 25 Agustus 2021 lalu, peluang meraih beasiswa OSC Medcom 2021 masih terbuka lebar karena baru ditutup awal November mendatang. Jadi, kamu nggak
bakal ketinggalan dan masih punya waktu untuk melakukan pelbagai persiapan.

Untuk mendaftarkan diri secara daring, kamu bisa langsung masuk ke laman osc.medcom.id. Di sana, kamu tinggal mengisi formulir, menentukan kampus PTS
tujuan, serta melakukan verifikasi di surat elektronik (pos-el) kamu.

Pendaftaran nggak dipungut biaya alias gratis untuk program S1. Syaratnya, kamu tinggal melampirkan surat keterangan masih duduk di kelas XII atau surat keterangan
lulus, tapi belum kuliah. Sementara, untuk jenjang S2, ada biaya pendaftaran sebesar Rp 189 ribu.

Uang pendaftaran pada jenjang S2 itu nantinya bakal dikumpulkan, lalu didonasikan untuk mahasiswa S1 dari kalangan nggak mampu yang masuk kategori berprestasi. Jadi, uang itu bakal dipakai untuk kebutuhan mahasiswa juga, kok.

Nah, khusus program S2, pendaftar adalah lulusan S1 dari 2019 hingga 2021 dengan batas usia 25 tahun. Namun, khusus untuk tenaga pengajar berijazah S1, kamu tetap bisa mendaftar hingga usia 35
tahun.

Tes OSC Medcom 2021 bakal dimulai pada 6 November mendatang dengan sistem daring. Setelahnya, proses seleksi berkas bakal dilakukan pada minggu ketiga atau keempat November. Peserta yang
lolos pemberkasan bakal bisa menjalani tes akhir secara daring pada 11 Desember.

Sedikit bocoran, tes akhir nanti bakal berupa tes potensi akademik dan wawancara yang dilakukan secara virtual. Jika semuanya berjalan lancar, pengumuman beasiswa bakal dirilis pada 20
Januari 2022. Peraih beasiswa bakal mendapatkan biaya pendidikan kuliah
hingga lulus.

Yang nggak kalah menarik, peraih beasiswa juga bakal dapat kesempatan mendapat bantuan biaya hidup, mengikuti program magang, dan penyaluran ke dunia kerja begitu lulus. Lalu, pemenang pertama akan diberi tabungan
pendidikan Rp 1,5 juta dan Rp 750 ribu untuk
pemenang kedua.

Tertarik
untuk mendaftar beasiswa OSC Medcom.id? Gaskeun kuy! (Ads/IB09/E03)

Inibaru.id – Program beasiswa S1 dan S2 Online Scholarship Competition (OSC)
Medcom.id sudah kembali dibuka. Secara berturut-turut, ini menjadi tahun ke-7 penyelenggaraan program beasiswa yang dikenal sebagai OSC Medcom itu. Dibuka hingga 2 November mendatang, kamu masih punya kesempatan untuk mengikutinya, lo!

Secara keseluruhan, OSC Medcom 2021 bakal memberi kesempatan 590 beasiswa dengan nilai keseluruhan mencapai Rp 47 miliar. Detailnya, 515 beasiswa diberikan untuk program Strata 1 (S1) dan 75 beasiswa untuk Strata 2 (S2) di 25 perguruan tinggi
swasta favorit (PTS) di Indonesia.

Sudah dibuka sejak 25 Agustus 2021, kesempatan dapat beasiswa S1 dan S2 via OSC Medcom 2021 masih terbuka lebar hingga kini. Yap, karena pendaftaran beasiswa sampai lulus ini baru akan ditutup pada awal November mendatang.

Masih Terbuka, Kesempatan Dapat Beasiswa S1 dan S2 via OSC Medcom 2021!

“OSC hadir
semakin progresif dalam menghadirkan kesempatan yang luar biasa untuk
putra-putri Indonesia,” ungkap CEO Media Group Mirdal Akib, Rabu (25/8/2021).

Kalau kamu
berhasil mendapatkan beasiswa ini, bakal dapat apa saja? Yang utama sih tentu
saja adalah bantuan biaya pendidikan hingga lulus. Selain itu, ada juga
kesempatan mendapatkan program magang sekaligus disalurkan ke dunia kerja. Nah,
ada juga lo tabungan pendidikan. Bagi pemenang pertama, nilainya Rp 1,5 juta.
Kalau juara kedua sih nilainya Rp 750 ribu.

Kalau
menurut keterangan CEO Medcom.id Kania Sutisnawinata, kehadiran beasiswa ini
laksana cahaya di tengah kegelapan di dunia yang sedang dilanda pandemi
Covid-19. Banyak anak-anak yang kehilangan orang tua. Banyak juga orang tua
yang kehilangan pendapatan sehingga anaknya sulit untuk kuliah. Keberadaan beasiswa
ini pun memberikan harapan bagi mereka yang tetap ingin melanjutkan pendidikan
hingga perguruan tinggi.

“Suara yang
diserukan OSC 2021 adalah ‘Aku Harus Kuliah’,” ungkap Kania.

Kalau kamu
tertarik untuk mendaftar beasiswa OSC Medcom.id, nggak perlu risau. Penutupannya
masih lama, kok, yakni 2 November 2021. Caranya, masuk aka ke situs
osc.medcom.id. Di sana, kamu tinggal mengisi formulir, melakukan verifikasi
e-mail, lalu menentukan kampus tujuan deh.

Soal biaya
pendaftaran, kamu nggak perlu bingung. Kalau mendaftar untuk program S1, gratis
alias nggak dipungut biaya sepeserpun. Kalau mendaftar untuk program S2, memang
ada biaya Rp 189 ribu. Tapi biaya ini nggak bakal terbuang percuma kok.

Persyaratan
untuk program S1 adalah kamu harus masih duduk di kelas 12 atau setidaknya
sudah punya surat keterangan lulus namun belum dinyatakan kuliah di tempat
manapun. Nah, kalau program S2, syaratnya adalah lulusan S1 tahun 2019 sampai
2021. Usia maksimalnya adalah 25 tahun.

Menariknya,
kalau kamu adalah tenaga pengajar yang lulusan S1, usia maksimalnya ditambah
sampai 35 tahun. 

Jadi, kapan
nih mendaftar beasiswa OSC Medcom.id? (IB09/E05)

Inibaru.id – Nggak semua orang beruntung memiliki uang
banyak untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Hanya, bukan berarti kamu
menyerah kalau nggak punya uang. Ada solusi agar kamu tetap bisa kuliah, yakni
dengan mendapatkan beasiswa. Nah, kalau kamu termasuk orang yang berburu
beasiswa S1 atau S2, nggak ada salahnya lo mencoba beasiswa dari Online
Scholarship Competition (OSC) Medcom.id.

Jumlah
beasiswa yang disediakan OSC Medcom.id tahun ini banyak, lo, yakni 590.
Rinciannya, 515 paket beasiswa S1 dan 75 lainnya berupa beasiswa S2. Total
nilai beasiswa ini adalah Rp 47 miliar dan bisa didapatkan di 25 perguruan
tinggi swasta (PTS) yang tersebar di berbagai lokasi di Indonesia.

Kamu pemburu beasiswa S1 atau S2 demi bisa menempuh pendidikan tinggi? Nggak perlu khawatir, coba deh daftar beasiswa OSC Medcom.id. Ada 590 beasiswa yang tersedia, lo!

Pemburu Beasiswa S1 dan S2? Ada 590 Beasiswa dari OSC Medcom.id, Lo!

“OSC hadir
semakin progresif dalam menghadirkan kesempatan yang luar biasa untuk
putra-putri Indonesia,” ujarnya.

Tahun ini,
setidaknya 590 beasiswa sudah disiapkan oleh OSC Medcom.id di 25 perguruan
tinggi swasta (PTS) favorit. Rinciannya, 515 beasiswa diperuntukkan bagi
program S1, sementara sisa 75 beasiswa untuk program S2. Total, nilai beasiswa
ini adalah Rp 47 miliar!

Nantinya,
pemenang beasiswa ini bakal mendapatkan biaya pendidikan penuh dari awal kuliah
hingga lulus. Pemenang juga mendapatkan kesempatan hebat lain berupa bantuan
biaya hidup, program magang, serta penyaluran di dunia kerja. 

Selain itu,
penerima beasiswa juga berkesempatan mendapatkan tabungan pendidikan. Pemenang
pertama bakal mendapatkan Rp 1,5 juta, sementara pemenang kedua akan
mendapatkan Rp 750 ribu.

Pendaftaran
beasiswa ini sudah dibuka sejak 25 Agustus 2021. Nah, kalau penutupannya,
untungnya masih lama, kok Millens,
yakni sampai 2 November 2021. Pendaftarannya juga nggak ribet karena kamu
tinggal masuk ke situs osc.medcom.id. Di situs ini, kamu tinggal mengisi
formulir, melakukan verifikasi e-mail, dan menentukan kampus tujuan.

Kalau kamu
penasaran soal biaya pendaftaran, nggak perlu khawatir. Di program S1, biaya
pendaftarannya gratis. Hanya, kamu harus menyertakan surat keterangan masih
duduk di kelas 12 atau surat keterangan lulus namun belum kuliah.

Nah, untuk
program S2, ada biaya pendaftarannya sebesar Rp 189 ribu. Kalau persyaratannya,
harus lulusan S1 tahun 2019 sampai 2021. Usia maksimal pendaftar adalah 25
tahun. Hanya, ada pengecualian bagi pengajar dengan ijazah S1 karena usia
maksimalnya adalah 35 tahun.

Soal biaya
pendaftaran di program S2 ini, nantinya bakal dikumpulkan dan disumbangkan ke
pemenang di kategori berprestasi dan tidak mampu di program S1, Millens. Jadi, ada manfaatnya deh.

Usai
pendaftaran, tes online bakal dilakukan pada 6 November 2021. Selanjutnya ada
seleksi berkas di dua minggu terakhir November 2021 dan kemudian tes online
terakhir pada 11 Desember 2021. Setelahnya, pengumuman penerima beasiswa bakal
dilakukan pada 20 Januari 2022.

Sudah siap
mendaftar beasiswa OSC Medcom.id, Millens?
(IB09/E07)

Inibaru.id – Beasiswa Online Scholarship Competition (OSC)
Medcom.id kembali hadir pada 2021. Hal ini berarti, sudah tujuh tahun
berturut-turut beasiswa ini diadakan. Hal ini membuktikan tekad OSC Medcom.id
yang menyerukan ‘Aku Harus Kuliah’ bagi anak-anak muda Indonesia yang ingin
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

Beasiswa OSC Medcom.id kembali hadir tahun 2021 ini. Hal ini sebagai perwujudan seruan Medcom.id berupa 'Aku Harus Kuliah' bagi anak-anak muda Indonesia yang ingin menempuh pendidikan tinggi.