Perasaan iri dan dengki adalah bagian alami dari emosi manusia. Melihat orang lain lebih maju atau memiliki pencapaian yang lebih besar sering kali memunculkan perasaan kurang nyaman dalam diri kita. Ini adalah respons yang wajar, karena manusia cenderung membandingkan diri dengan orang lain.

Namun, yang membedakan adalah bagaimana kita mengelola perasaan tersebut. Iri yang terkelola dengan baik bisa menjadi motivasi untuk berkembang, sementara iri yang dibiarkan berlarut-larut dapat berubah menjadi dengki, yaitu keinginan agar orang lain kehilangan apa yang mereka miliki.

Bahaya Jika Iri dan Dengki Nggak Dikendalikan

Jika rasa iri dibiarkan tumbuh menjadi kebencian, hal ini bisa membawa dampak negatif, seperti:

- Menurunkan rasa percaya diri– Terlalu fokus pada keberhasilan orang lain membuat kita lupa menghargai pencapaian sendiri.

- Memicu tindakan negatif – Dengki bisa membuat seseorang menyusun rencana buruk, seperti menyebarkan fitnah, merendahkan orang lain, atau bahkan berusaha menjatuhkan mereka.

- Merusak hubungan sosial – Perasaan iri dan dengki yang nggak terkendali bisa merusak hubungan dengan teman, saudara, atau kolega karena munculnya sikap permusuhan.

Agar nggak terjebak dalam siklus iri dan dengki yang merusak, berikut beberapa cara untuk mengelolanya:

1. Sadari Bahwa Setiap Orang Punya Perjalanan Masing-Masing – Kesuksesan seseorang bukan berarti kegagalan bagi kita. Setiap orang memiliki jalannya sendiri dan waktunya masing-masing.

2. Fokus pada Diri Sendiri – Daripada sibuk membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik fokus pada peningkatan diri dan pencapaian pribadi.

3. Bersyukur atas Apa yang Dimiliki – Menghargai apa yang telah kita capai dapat membantu mengurangi rasa iri dan membuat kita lebih bahagia.

4. Gunakan sebagai Motivasi – Alih-alih merasa terpuruk, gunakan keberhasilan orang lain sebagai dorongan untuk bekerja lebih keras dan mencapai tujuan sendiri.

5. Jaga Lingkungan Pertemanan yang Positif – Berada di lingkungan yang mendukung dan saling memotivasi dapat membantu kita tetap berpikir positif.

Iri dan dengki saat reuni adalah perasaan yang wajar, tetapi harus dikendalikan agar tidak berubah menjadi kebencian yang merusak. Alih-alih terjebak dalam perasaan negatif, kita bisa menjadikannya sebagai motivasi untuk berkembang dan fokus pada kebahagiaan diri sendiri. 

Lebaran dan reuni seharusnya menjadi momen penuh kebersamaan, bukan ajang untuk menumbuhkan persaingan yang nggak sehat. Hm, semoga acara kumpul-kumpulmu tetap menyenangkan sehingga menjadi acara tahunan yang dirindukan ya, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Lebaran nggak hanya menjadi momen silaturahmi, tetapi juga ajang reuni, baik di kalangan alumni sekolah maupun keluarga besar. Saat bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang, perasaan campur aduk bisa muncul.

Salah satunya adalah iri dan dengki ketika melihat teman atau saudara yang terlihat lebih sukses atau memiliki kehidupan yang lebih baik.

Iri dan dengki adalah perasaan manusiawi, tetapi jika dibiarkan, bisa berubah menjadi kebencian yang merusak. Bagaimana cara mengelolanya agar tetap positif?

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

Berdasarkan penelitian yang dipimpin
oleh Profesor Qinghua Guo dari Institute of Remote Sensing and Geographic
Information System dari Peking University ini, Tiongkok mempunyai pohon
sebanyak 142,6 miliar. Artinya, dengan jumlah penduduk mencapai 1 miliar orang, tiap orang di sana punya 100 pohon.

Oya, penelitian ini dilakukan untuk mengecek kondisi ekosistem
hutan di Tiongkok guna memperkirakan jumlah karbon yang nantinya diserap
oleh pohon-pohon tersebut. Perkiraan inilah yang bisa jadi patokan
Tiongkok untuk merespons perubahan iklim serta memulihkan ekosistem berkelanjutan.

“Kami juga diminta untuk membuat
peta yang detail terkait dengan distribusi pohon di Tiongkok. Bisa dikatakan,
ini adalah untuk kali pertama pemetaan kepadatan pohon di Tiongkok dilakukan,”
ujar Guo sebagaimana dinukil dari Live Science.

Lantas, bagaimana cara mereka
menghitung pohon di wilayah sebanyak ini? Selain memakai teknik Lidar360 atau pemetaan berbasis laser yang menggunakan cahaya serta pengukuran jarak, para peneliti juga memakai pesawat nirawak sejak 2015 untuk mengkover wilayah yang luas di Tiongkok.

Dari data itulah, jumlah pohon bisa
diperkirakan, lengkap dengan pemetaan lokasi di mana pohon-pohon tersebut terkumpul. Hasil dari penelitian ini kemudian dipublikasikan pada 6 Februari 2025
lalu di laman jurnal internasional Tiongkok,&nbsp;Science Bulletin.

“Meski sudah memakai Lidar360, kami
masih mengalami masalah dalam akurasi jumlah pohon karena di hutan yang padat
dan rapat, terkadang ada pohon-pohon kecil yang nggak bisa kita lihat karena
tertutup pohon yang lebih tinggi,” terang Guo mengakui kelemahan dari
penelitiannya.

Hasil penelitian ini
diharapkan bakal semakin mendukung program Great Green Wall yang dicanangkan
pemerintah Tiongkok sejak 1978 lalu. Program ini dibuat demi meningkatkan
jumlah pohon di negara tersebut. Targetnya, bakal ada 100 miliar pohon di Great Green Wall tersebut pada 2050.

Kalau di Indonesia, selain merespons perubahan iklim, pemetaan pohon ini mungkin bisa menjadi upaya untuk menyikapi maraknya pembalakan liar dan alih fungsi hutan juga, ya?&nbsp;(Arie
Widodo/E10)

Inibaru.id – Menghitung jumlah pohon di sebuah kawasan sudah sulit, apalagi di sebuah negara? Terlebih, negara itu adalah Tiongkok yang memiliki wilayah terluas ketiga dunia dengan total&nbsp;9.326.410 kilometer persegi.

Sedikit informasi, daratan Tiongkok berukuran empat kali lipat dari luas wilayah Indonesia. Mengukur pepohonan yang tumbuh di atasnya tentu menjadi pekerjaan yang sulit.&nbsp;Namun, hal ini rupanya benar-benar bisa dilakukan oleh
ilmuwan dari negeri yang menjadi tanah kelahiran panda tersebut.

Sudah dilaporkan dalam bentuk jurnal, penelitian yang dilakukan ilmuan Tiongkok dalam upaya merespons perubahan iklim ini fokus menghitung jumlah pohon untuk memetakan serapan karbon di negaranya.

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

Iris yang diperankan oleh Sophie Tatcher&nbsp;diciptakan untuk menjadi pendamping bagi orang yang belum memiliki pasangan. Iris dibekali dengan memori yang
membuatnya seakan-akan punya kenangan, misalnya tentang pertemuannya dengan Josh (Jack Quaid) yang dia dampingi.

Iris yang nggak mengetahui jati dirinya sebagai robot kemudian dimodifikasi Josh untuk membunuh Sergei. Sergei adalah teman Josh. Dia dihabisi agar Josh bisa menguasai uang tabungannya sebesar 12
juta dollar. 

Begitu Sergei berhasil dieksekusi, barulah Josh mengatakan bahwa Iris sejatinya bukanlah manusia, melainkan sebuah
robot. Dia adalah&nbsp;robot "companion", yang dibuat sebagai pendamping manusia, dalam hal ini adalah Josh.

Iris yang jatuh cinta pada Josh tentu saja merasa
dikhianati. Terlebih, terkuak fakta bahwa nantinya Iris akan dijadikan sebagai kambing hitam atas kematian Sergei. Josh berencana melaporkan tindakan Iris
sebagai sebuah "kesalahan program" agar kematian itu nggak dicurigai pihak berwajib.

Dengan segala keterbatasan, termasuk kemungkinan
dimatikan tiba-tiba oleh alat pengendali yang dimiliki Josh, Iris berniat kabur agar
nggak dijadikan kambing hitam. Nah, perjuangan Iris melawan kesewenangan Josh
inilah yang jadi inti cerita dari film tersebut.

Lantas, apakah Iris pada akhirnya bisa terbebas dari semua
masalah ini? Kalau soal ini, kamu harus nonton sendiri ya untuk mengetahuinya.
Yang pasti, film berdurasi 97 menit ini nggak akan bikin kamu bosan karena plotnya cukup menarik.

Inilah yang membuat rating Companion di situs Rotten Tomatoes
cukup tinggi, yaitu 94 persen. Bisa dikatakan, film ini memang disukai banyak
orang.

Buat kamu yang butuh hiburan selama libur Lebaran ini, nggak
ada salahnya menonton film Companion. Selamat menikmati!&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Sudah ada beberapa film yang menunjukkan
tentang konflik antara manusia dan robot. Di Ex Machina (2014), misalnya,
sebuah robot melakukan aksi tipu daya ke manusia agar terbebas dari laboratorium
yang jadi lokasi pembuatannya.

Nah, pada film Companion yang dirilis pada
31 Januari 2025 lalu, situasi yang terjadi justru sebaliknya, yakni tentang sesosok robot yang dikhianati manusia. Saat ini, film besutan Drew
Hancock itu bisa kamu tonton di layanan streaming berbayar Apple TV.

Sebagaimana Ex Machina, robot dalam Companion juga berwujud dan berperilaku laiknya perempuan. Bedanya, Iris yang merupakan nama robot dalam Companion nggak menyadari bahwa dirinya adalah seorang robot.

Film Companion sebenarnya punya plot yang sederhana, yaitu konflik antara manusia dan robot. Tapi, kesederhanaan ini dikemas dengan cerita yang membuatnya seru.

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

Berdasarkan sejarah, roti jala merupakan adaptasi dari
kuliner India yang dikenal sebagai roti prata, Millens. Menurut Suarausu
(15/7/2022), dulu, para pedagang India yang datang ke wilayah Melayu nggak
hanya membawa barang dagangan, tapi juga budaya dan kuliner mereka.

Budaya dan
makanan inilah yang kemudian diadaptasi oleh masyarakat setempat, termasuk roti jala.
Jika diamati, pengaruh budaya India ini sangat kentara yaitu
penggunaan kari sebagai pendamping roti jala.

Dinamakan "roti jala" karena bentuknya yang
menyerupai jala atau jaring nelayan. Melansir Goodnewsfromindonesia
(10/3/2025), hal ini diilhami dari pekerjaan mayoritas masyarakat Melayu di
daerah pesisir kala itu.

Sementara itu, warna kuning pada roti jala menggambarkan
warna jala yang digunakan oleh nelayan di sungai Johor pada masa lalu, yang terbuat
dari benang berwarna kuning atau jingga. 

Di negeri asalnya, India, roti jala (roti prata) bercita rasa
asin. Namun, kebanyakan yang dijual di Indonesia memiliki rasa manis karena
disuguhkan bersama saus kinca. Itu sebabnya, roti jala sangat pas dijadikan
menu takjil.

Kalau tertarik mencobanya, kamu nggak harus beli kok Kamu
bisa membuatnya sendiri di rumah dengan bahan yang sederhana.

Roti jala terbuat dari campuran tepung terigu, telur,
santan, dan sedikit garam. Adonan ini kemudian dibentuk sehingga menyerupai pola jala atau jaring tipis. Setelah matang, roti jala
biasanya disajikan dengan kuah kari kental yang gurih atau saus kinca yang
manis.

Dengan sejarah yang kaya dan makna budaya yang dalam, roti
jala nggak hanya menjadi hidangan lezat tetapi juga simbol identitas dan
warisan kuliner masyarakat Melayu. Apa kamu juga suka makan roti jala, Millens?
Pilih rasa gurih atau manis nih? (Siti Zumrokhatun/E10)

Inibaru.id – Salah satu makanan yang banyak ditemukan
ketika Ramadan adalah Roti Jala. Roti jala adalah makanan khas masyarakat
Melayu yang populer di wilayah seperti Johor, Semenanjung Malaysia, Sumatra
Utara, dan Kepulauan Riau.

Hidangan ini biasanya disajikan bersama kuah kari, seperti
kari ayam atau kambing, dan sering ditemukan saat acara-acara istimewa atau
perayaan tertentu.

Hidangan ini nggak hanya lezat tetapi juga mencerminkan kehidupan masyarakat pesisir yang erat kaitannya dengan laut. Biasanya disajikan dengan kuah kari, roti jala menjadi bagian penting dari tradisi kuliner di Malaysia, Sumatera Utara, dan Kepulauan Riau.

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

“Bahkan jika dibandingkan Kamis biasanya, di luar Ruwah atau
jelang Lebaran, harga mawar bisa lebih dari Rp50 ribu. Ini agak mengherankan
karena pada Kamis (20/3) lalu juga mawar hanya laku Rp10 ribu per keranjang.
Padahal, biasanya permintaan mawar meningkat untuk keperluan nyekar di
Kamis sore,” keluh Umi, salah seorang petani mawar dari Sumowono, Kabupaten
Semarang.

Layaknya kebanyakan petani di daerah tempat tinggalnya, Umi
sudah melakukan pruning dan perawatan lainnya terhadap mawar di ladangnya agar bisa mekar
maksimal sejak seminggu jelang Lebaran. Alasannya, tentu saja karena pada momen
tersebut, harga jual mawar petik bisa meningkat berkali-kali lipat dari
biasanya.

Jelang Lebaran tahun lalu, misalnya, perempuan yang bisa
membawa 7-8 keranjang mawar setiap kali menjualnya di Pasar Bunga Bandungan
bisa mendapatkan harga Rp100 ribu – Rp200 ribu per keranjang. Saking banyaknya
mawar yang mekar di ladangnya, dia bahkan bisa panen 2-3 kali dalam sehari.
Makanya, keuntungan yang dia dapatkan jelang Lebaran 2024 lalu menembus jutaan rupiah.

“Keuntungan menjual mawar ini seperti THR buat kami untuk
keperluan belanja Lebaran. Makanya, kami heran kok pada tahun ini harganya
nggak sebagus tahun lalu,” ungkap adik Umi yang membawa 6 keranjang mawar,
Khoiriyah.

Keduanya kemudian berasumsi kalau pasokan mawar pada tahun
ini jauh lebih melimpah dari sebelumnya. Hukum ekonomi kemudian berlaku, jika
pasokan barang berlebih namun permintaan sama, tentu saja harga barangnya akan
turun.

“Tahun kemarin banyak mawar yang lomot alias gagal
mekar. Mungkin karena hal itu jadi harganya tinggi. Kalau sekarang, hampir
semua orang berhasil menjadikan mawarnya mekar semua,” ungkap keduanya diamini
tetangga lainnya yang hanya mendapatkan uang Rp310 ribu untuk 7 keranjang
mawar, Yani.

Meski begitu, karena mereka juga mampu memanen banyak mawar,
setidaknya mampu mengumpulkan sejumlah uang untuk keperluan belanja Lebaran.
Makanya, meski harganya nggak sebagus tahun lalu, para petani dari Sumowono tersebut
tetap bersyukur.

Apalagi, masih ada 3 hari tersisa jelang Lebaran. Mereka
berharap ada pengepul bunga dari daerah lain yang akan berdatangan ke Pasar
Bunga Bandungan. Semakin banyak pengepul yang berdatangan, harapannya bakal bikin
permintaan meningkat dan berimbas pada harga mawar jauh lebih mahal dari harga sekarang.

Semoga saja harapan tentang harga mawar ini beneran kejadian
ya, Millens. Jadi, para petani ini bisa berlebaran dengan senyum secantik
mawar yang mereka rawat selama ini. (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Harapan warga Bandungan dan Sumowono
mendapatkan harga jual mawar petik yang mahal pada Kamis (27/3/2025) pagi,
pupus. Meski banyak orang sudah berdatangan ke Pasar Bunga Bandungan sejak
pukul 04.30 WIB, harga mawar yang kebanyakan dipanen sejak pukul 02.00 WIB
tersebut nggak pernah menembus Rp50 ribu per keranjang.

Padahal, hari ini sudah H-4 Lebaran. Pada tahun-tahun
sebelumnya, sejak H-5 Lebaran, harga mawar petik sudah berangsur naik dan
biasanya mulai menyentuh angka Rp70 ribuan – Rp100 ribuan per keranjang. Warga
yang mengharapkan keuntungan dari penjualan mawar untuk bisa membeli banyak
keperluan Lebaran pun mulai resah.

Hingga H-4 Lebaran, harga mawar dari tangan petani yang dijual di Pasar Bunga Bandungan hanya laku kurang dari Rp50 ribu per keranjang. Padahal, pada masa yang sama Lebaran 2024, harganya bisa jauh lebih mahal. Apa penyebabnya?

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

Dengan satu klik, barang-barang yang mungkin nggak diperlukan bisa tiba di depan pintu tanpa banyak pertimbangan.

Bagi banyak milenial, doom spending seolah menjadi cara untuk memberikan kepuasan sesaat di tengah tekanan hidup. Sayangnya, kebiasaan ini dapat menimbulkan dampak jangka panjang, seperti kesulitan keuangan dan utang yang semakin menumpuk.

Apalagi, pembelian impulsif yang nggak direncanakan sering kali nggak memberikan kebahagiaan yang bertahan lama.

Untuk mengatasi doom spending, milenial perlu meningkatkan kesadaran finansial dan mengelola stres dengan cara yang lebih sehat. Membuat anggaran belanja, menabung, serta berfokus pada pembelian yang lebih bijak dan sesuai kebutuhan, dapat membantu mencegah perilaku ini.

Selain itu, mencari alternatif cara untuk mengelola stres, seperti berolahraga, bermeditasi, atau mencari hobi baru, bisa menjadi solusi yang lebih baik dibandingkan belanja impulsif.&nbsp;

Jadi, jangan dikit-dikit belanja dengan kedok self-reward ya, Millens. (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Doom spending&nbsp;adalah fenomena di mana seseorang melakukan pembelian secara impulsif sebagai respons terhadap stres atau kecemasan. Istilah ini semakin sering dikaitkan dengan kaum milenial, yang kerap menghadapi tekanan finansial, pekerjaan, dan tuntutan sosial. Alih-alih menabung atau berinvestasi, mereka justru memilih untuk menghabiskan uang sebagai pelarian dari masalah.

Tekanan finansial dan ketidakpastian ekonomi, seperti meningkatnya biaya hidup dan sulitnya mendapatkan pekerjaan stabil, sering kali menjadi pemicu utama perilaku ini. Doom spending juga diperparah oleh kemudahan berbelanja online dan tawaran diskon yang menggoda.

'Doom spending', atau belanja impulsif sebagai pelarian dari stres, semakin sering dilakukan oleh kaum milenial. Di tengah tekanan finansial dan tuntutan sosial yang semakin meningkat, banyak milenial memilih untuk menghabiskan uang pada hal-hal yang nggak selalu mereka butuhkan. Sayangnya, kebiasaan ini dapat memperburuk situasi keuangan mereka dalam jangka panjang, menyebabkan utang dan kesulitan finansial yang sulit diatasi.

Fenomena 'Doom Spending' di Kalangan Milenial; Belanja untuk Lari dari Stres

Aplikasi kesehatan telah menjadi alat yang berguna untuk memantau dan meningkatkan kesejahteraan fisik. Dengan menggunakan aplikasi ini, milenial dapat:

Kamu bisa menggunakan aplikasi yang dapat menghitung jumlah langkah yang diambil, detak jantung, dan kalori yang terbakar. Membantu dalam menjaga tingkat aktivitas fisik yang sehat.

Ada aplikasi yang membantu untuk merencanakan makanan sehari-hari dan menghitung asupan nutrisi. Ini membantu milenial untuk membuat pilihan makanan yang lebih sehat.

Aplikasi juga dapat mengingatkan untuk minum air, mengonsumsi obat, atau menjalani tes kesehatan rutin.

Kemajuan teknologi telah membawa telemedicine ke pangkalan yang lebih luas. Melalui layanan ini, milenial dapat berkonsultasi dengan dokter atau spesialis kesehatan tanpa harus pergi ke rumah sakit. Ini sangat berguna dalam situasi darurat atau untuk konsultasi umum.

Ada banyak sumber daya online yang dapat membantu milenial memahami pentingnya kesehatan dan kesejahteraan mereka. Dari platform media sosial yang didedikasikan untuk kesehatan dan kebugaran hingga saluran YouTube yang berfokus pada yoga atau resep sehat, teknologi dapat menjadi alat pendidikan yang sangat berguna.

Selain dari aplikasi, perangkat fisik seperti jam tangan pintar (smartwatch) juga dapat digunakan untuk melacak kesehatan. Mereka dapat memantau detak jantung, kualitas tidur, dan bahkan memberikan peringatan jika ada perubahan yang perlu diperhatikan.

Nggak hanya fisik, teknologi juga dapat digunakan untuk merawat kesehatan mental. Aplikasi meditasi, terapi online, dan grup dukungan digital adalah beberapa contohnya.

Namun, dalam semua penggunaan teknologi ini, penting untuk berpikir tentang privasi dan keamanan data. Milenial harus memastikan bahwa data pribadi mereka aman dan hanya digunakan untuk tujuan yang sah.

Dengan menggabungkan teknologi dengan gaya hidup sehari-hari, milenial dapat membangun fondasi yang lebih sehat untuk masa depan mereka. Dalam dunia yang terus berubah ini, teknologi dapat menjadi sekutu terbaik dalam mencapai kesejahteraan yang berkelanjutan.

Jadi, aplikasi kesehatan apa saja yang kamu pakai, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Dalam era digital yang begitu kuat seperti sekarang, teknologi telah menjadi bagian nggak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi milenial.

Kita menggunakan smartphone, aplikasi, dan perangkat digital lainnya untuk hampir segala hal, mulai dari berkomunikasi hingga hiburan. Namun, peran teknologi juga dapat diperluas ke bidang kesehatan. 

Generasi milenial dapat memanfaatkan teknologi ini untuk membangun gaya hidup yang lebih sehat.

Teknologi bisa menjadi kawan untuk membantu menjaga kesehatan Milenial yang sibuk.

Membangun Gaya Hidup Milenial yang Lebih Sehat dengan Teknologi

Inibaru.id &ndash; Survei yang diadakan harian Strait Times Singapore dan Singapore University of Social Sciences menghasilkan fakta menarik tentang kehidupan kaum milenial. Salah satunya adalah empat dari lima anak milenial mengikuti influencer di media sosial.
Laman Kompas, Senin (13/5/2019) menulis, survei dengan tajuk &ldquo;19+ Worldview Survey&rdquo; ini dilakukan pada Agustus hingga November 2019 dengan melibatkan 1.054 generasi muda kelahiran 1999 atau yang saat itu masih berusia 19 tahun. Para partisipan ini hidup dengan menggunakan berbagai macam peralatan teknologi seperti ponsel dan laptop. Mereka juga mendapatkan banyak informasi tentang berbagai macam isu, baik itu pendidikan atau politik.
Berikut hasil survei tersebut.
Melanjutkan Pendidikan hingga Perguruan Tinggi
<img class="irc_mi" style="margin-top: 0px;" src="https://quipper-video-wordpress.s3.amazonaws.com/images/2017/04/2.1-UNSULBAR.png" alt="Gambar terkait" width="570" height="316" data-iml="1557728718023" />
<code>Ilustrasi kuliah. (Tunasbangsajakarta)</code>
Meski hanya 15 persen dari orang tua para responden ini yang masuk kuliah, 9 dari 10 partisipan ini mampu melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi.
Alasan Masuk Perguruan Tinggi karena Ingin Mendapat Penghasilan Lebih Baik
<img class="irc_mi" style="margin-top: 0px;" src="https://www.hipwee.com/wp-content/uploads/2016/03/AA-PBS-0RG.jpg" alt="Hasil gambar untuk ijazah dan pekerjaan" width="580" height="379" data-iml="1557728808347" />
<code>Alasan kuliah adala untuk mendapat penghasilan yan lebih baik. (Theodessyonline)</code>
Hanya 37 persen yang memasuki perguruan tinggi karena ingin mendapatkan gelar. Kebanyakan partisipan ingin menggunakan gelar ini demi mendapatkan penghasilan yang tinggi sehingga lebih menjamin kehidupan.
Menganggap Ujian Nasional Masih Penting
<img class="irc_mi" style="margin-top: 0px;" src="https://marketingplatform.vivial.net/sites/default/files/inline_images/high-point-nc-college-prep-2.jpg" alt="Hasil gambar untuk Ujian" width="568" height="379" data-iml="1557728925265" />
<code>Ujian masih dianggap penting generasi milenial. (NearSay)</code>
Meskipun bisa bikin stres, kaum milenial ternyata menganggap ujian nasional sebagai hal yang penting karena bisa menjadi dasar penilaian kompetensi yang adil.
Hidup Nggak Melulu tentang Pekerjaan
<img class="irc_mi" style="margin-top: 0px;" src="https://cdn.business2community.com/wp-content/uploads/2015/07/employee_retention_strategies8.jpg8.jpg" alt="Hasil gambar untuk happy employee at desk" width="569" height="379" data-iml="1557729388817" />
<code>Bekerja dengan ketulusan hati sehingga bisa memberikan makna hidup yang didambakan anak milenial. (Bussiness2community)</code>
Sekitar 42 persen generasi milenial menganggap pekerjaan harus bisa memberikan makna hidup. Sekitar 17 persen saja yang menganggap gaji adalah tujuan untuk mendapatkan pekerjaan.
Sudah Memegang Ponsel Sejak Dini
<img class="irc_mi" style="margin-top: 0px;" src="https://www.educenter.id/wp-content/uploads/2018/01/72.jpg" alt="Hasil gambar untuk anak kecil main hp" width="569" height="379" data-iml="1557729529300" />
<code>Anak milenial sebagian besar sudah memegang gawai sejak kecil. (PixAbayphoto)</code>
Kebanyakan partisipan mengaku mendapatkan ponsel pribadi sejak usia 11 tahun. Bahkan, laptop sudah bisa didapatkan dua tahun kemudian. Penggunaan ponsel juga cukup lama, yakni 5 hingga 6 jam sehari. Bahkan, satu dari lima partisipan mengaku langsung mengecek ponsel begitu bangun tidur dan mengeceknya lagi sebelum tidur.
Mengikuti Influencer di Media Sosial
<img class="irc_mi" style="margin-top: 0px;" src="https://27kkdqbrpxwygunh-zippykid.netdna-ssl.com/wp-content/uploads/2017/05/shutterstock_241551949.jpg" alt="Gambar terkait" width="580" height="448" data-iml="1557729682392" />
<code>Generasi milenial banyak yang mengikuti influencer di media sosial. (Nerdsmagazine)</code>
Tiga dari lima partisipan mengikuti influencer di media sosial. Sekitar 80 persen partisipan mengaku alasan untuk mengikutinya adalah karena konten yang menarik.
Menganggap Serius Bahaya Hoaks
<img class="irc_mi" style="margin-top: 0px;" src="http://koran-jakarta.com/images/article/phpkmpj_z_resized.jpg" alt="Hasil gambar untuk orang hoax" width="606" height="379" data-iml="1557729890288" />
<code>Generasi milenial membenci hoaks. (Pepnews)</code>
Sekitar 70 persen dari partisipan menyebut hoaks sebagai hal yang harus serius ditangani dan membutuhkan adanya pengendalian pada berita hoaks yang semakin meresahkan.
Sebagai generasi milenial, sobat Millens setuju dengan hasil survei poin yang mana nih? (IB09/E04)

Empat dari lima anak milenial mengikuti influencer di media sosial. Hal ini dibuktikan lewat survei yang dilakukan di Singapura.

Survei Mengungkap, Tiga dari Lima Milenial Mengikuti Influencer

Inibaru.id &ndash; Siapa bilang generasi millenials cuma bisa bersenang-senang dan minim prestasi? Banyak kok anak muda yang bisa menunjukkan kemampuannya di kancah nasional dan Internasional. Nggak percaya? Kamu bisa baca ulasan 5 millenials berprestasi berikut.
&nbsp;1.&nbsp;Joey Alexander
Belajar otodidak sejak usia 7 tahun menjadi salah satu alasan Pianis Jazz Internasional ini brilian dalam bermusik. Joey menjadi nominator di acara musik bergengsi berkat lagu Giant Steps di album perdananya berjudul My Favorite Thing.
Pianis berusia 15 tahun ini menjadi nominator termuda Grammy Award 2016 kategori Best Improvised Jazz Solo dan Best Jazz Intrumental Album. Dia menjadi artis Indonesia pertama yang masuk dalam Billboard 200 di Amerika Serikat dengan peringkat 174 dengan album yang sama. <code><img src="https://www.riaria.com/media/198/conversions/xmaxres.jpg.pagespeed.ic.eJzxs0hz5i.webp" alt="" /></code>
<code>Joey Alexander. (riaria.com)</code>
2. Perdana Putra Minang
Remaja kelahiran tahun 2001 ini adalah salah seorang atlet balap Gokart Indonesia. Perdana menjuarai beberapa kejuaraan balap kelas Internasional. Bersama Red White Racing Team menjadi juara II pada ajang Copa Tofeo Griffone, Sano Internasional Karting Circuit 2012, Napoli Italia. Juara I kelas junior pada Asia Max Callenge (AMC) 2014. <code><img src="http://images.mobilinanews.com/foto_berita/98perdana-putra-minang-utama.jpg" alt="" /></code>
<code>Perdana Putra Minang menjuarai kelas junior pada Asia Max Callenge (AMC) 2014, di Sirkuit Sepang, Malaysia. (Pictame.com) </code>
3. The Resonanz Children Choir
Tentunya susah membimbing puluhan anak yang punya rata-rata usia 9-17 tahun. Jadi kekompakan mereka patut diacungi jempol. Tim paduan suara ini meraih juara umum kompetisi paduan suara Internasional, yaitu Claudio Monteverdi International Choral Festival and Kompetition 2016 dan Musica Eterna Roma International Festival &amp; Competition 2017. Selain itu mereka juga menjuarai European Grand Prix 2018 for Choral Singing. <code><img src="https://s.kaskus.id/images/2018/04/26/9911867_201804261027400215.jpg" alt="" /></code>
<code>The Resonanz Children Choir (TRCC) mengenakan pakaian adat Bali dalam European Grand Prix 2018 for Choral Singing, di Maribor, Slovenia. ( Kumparan.com/Sarah Yulianti Purnama)</code>
4. Aditya Bagus Arfan
Pecatur muda Indonesia bergelar Asian Master ini lahir di tahun 2006. Adit adalah atlet termuda yang mewakili Indonesia di Olimpiade Children of Asia 2016 di Russia. Prestasinya juga dibuktikan dalam ajang kejuaraan catur Asia kategori U-10 yang diadakan Dusit Thani Pattaya, Thailand karena memboyong medali emas. <code><img src="https://www.adityabagusarfan.net/uploads/8/2/8/1/82817198/20180424-140847_orig.jpg" alt="" /></code>
<code>Aditya Bagus Arfan. (adityabagusarfan.net)</code>
5. Yuma Soerianto
Partisipasinya dalam konferensi World Wide Developers Conference (WWDC) 2017 menjadikannya programer termuda di sana. Aplikasi ciptaan Yuma Soerianto bahkan sempat dilirik CEO Apple, Tim Cook. Kamu bisa unduh lima aplikasi buatan anak berumur 11 tahun ini yaitu Lets Stack!, Hunger Button, Kid Calculator, Weather Duck, dan Pocket Poke di AppStore.
<code><img src="https://pbs.twimg.com/media/DB9OyzBWsAAfoeV.jpg" alt="" />Yuma Soerianto dalam konferensi World Wide Developers Conference (WWDC) 2017. (BBC Click) </code>
Tuh kan Millens, banyak generasi Milenials yang inspiratif. Kalau kamu punya bakat dalam bidang apa nih? (MG13/E05)

Anak-anak millenial Indonesia ini membuktikan bahwa usia muda bukan jadi alasan untuk menunda kesuksesan. 