Menurut Davy, pemerintah Kolonial cenderung memakai metode
konservatif saat membangun beberapa bangunan penting, khususnya bangunan berukuran
besar. 

“Zaman dahulu, pembangunan gedung lebih memakai cara
konservatif. Artinya, standar keamanan struktur bangunannya jauh lebih tinggi,”
cerita Davy sebagaimana dikutip dari Kompas,
Selasa (2/8/2022).

Mengapa metode ini yang dipilih? Begini, pada zaman dahulu,
ilmu konstruksi belum semaju pada zaman sekarang. Dulu, cukup sulit memrediksi
seperti apa bangunan setelah puluhan tahun atau ratusan tahun dibangun.


Alhasil, para pelaksana proyek pun memilih untuk membangun gedung sekuat
mungkin. Dampaknya, biaya pembangunan gedung pun jadi lebih boros jika
dibandingkan dengan pembangunan gedung pada zaman sekarang.

Terkait dengan kekuatan bangunan yang jauh lebih bisa
diandalkan ini, kita bisa melihat Lawang Sewu yang ada di Kota Semarang. Sempat
terbengkalai selama puluhan tahun, nyatanya bangunan ini tetap kokoh berdiri
dan setelah direvitalisasi, kini bangunannya bisa terlihat apik seperti sedia
kala. Jika hal ini terjadi pada bangunan yang dibangun pada zaman sekarang,
jika terbengkalai beberapa tahun saja, bisa jadi bangunannya rusak.

“Di Indonesia banyak gedung dengan metode pembangunan
konservatif yang sudah berusia ratusan tahun. Bahkan di Eropa, ada yang sudah
ribuan tahun,” terang Davy.

Salah satu contoh paling kentara dari metode pembangunan
konservatif adalah ketebalan dinding bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang
bisa mencapai 80-100 sentimeter. Hal ini sangat berbeda dengan bangunan zaman
sekarang yang rata-rata hanya memakai dinding dengan ketebalan rata-rata 15
sentimeter saja.

Kok bisa dindingnya dibangun setebal itu? Alasannya, dinding pada zaman dahulu dijadikan sebagai struktur utama bangunan.
Sementara pada zaman sekarang, dinding lebih berperan sebagai penyekat ruangan.
Struktur utamanya dibebankan pada konstruksi beton.

Dari ketebalan dinding saja, kita bisa langsung memahami
alasan mengapa banyak bangunan peninggalan Belanda bisa terus kokoh berdiri
sampai sekarang di Indonesia. Omong-omong, dari sekian banyak bangunan warisan
kolonial, mana nih yang jadi favoritmu, Millens?
(Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Kawasan
Kota Tua Jakarta, Kota Lama Semarang, Lawang Sewu, hingga sejumlah stasiun
kereta api di Indonesia berisi bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang masih
kokoh berdiri. Padahal, usianya bisa dikatakan sudah ratusan tahun. Kok bisa ya
bangunan warisan kolonial itu kondisinya bisa tetap baik?

Salah satu alasan mengapa bangunan peninggalan Belanda tetap
kokoh berdiri meski usianya ratusan tahun sementara banyak bangunan yang
didirikan setelah Indonesia merdeka sudah rusak adalah proses pembangunannya
yang berbeda. Hal ini diungkap oleh Ketua Umum Himpunan Ahli Konstruksi
Indonesia (HAKI) Davy Sukamta.

Banyak bangunan peninggalan Belanda yang sudah berusia ratusan tahun namun tetap tegak berdiri. Sementara itu, banyak bangunan modern justru rusak setelah beberapa tahun saja. Apa alasannya, ya?

Mengapa Banyak Bangunan Peninggalan Belanda Kondisinya Masih Baik?

Kalau menurut informasi yang diungkap Cleveland Clinic, bisul bisa muncul dalam waktu yang singkat. Nggak
hanya dalam hitungan hari, bisa jadi bisul muncul dalam hitungan jam. Gejalanya
khas yaitu munculnya benjolan dengan warna kemerahan. Pembengkakan pada kulit
ini bahkan bisa terus membesar.

Dalam beberapa kasus, bisul yang dipicu oleh infeksi bakteri
berjenis Staphylococcus aureus ini nggak hanya muncul pada satu bagian tubuh.
Jika ada beberapa bisul muncul sekaligus, tentu sangat meresahkan, ya?

Balik lagi ke pertanyaan apakah bisul bisa menular atau
nggak. Sayangnya, yang dikira banyak orang sebagai mitos ini ternyata benar.
Jadi, bisul bisa saja menular ke bagian tubuh lain dari orang yang sama atau ke
kulit orang yang sering berinteraksi dengan orang yang mengidap bisulan.

Jadi begini, terkadang luka bisul terbuka sehingga
mengeluarkan nanah atau cairan. Nah, kalau bagian kulit lainnya atau kulit
orang lain mengalami kontak langsung dengan cairan tersebut, bisa tertular.
Soalnya, pada cairan tersebut masih ada bakteri yang menyebabkan munculnya
bisul. Apalagi jika pada kulit ada goresan atau luka kecil. Infeksi bakteri pun
sangat memungkinkan untuk terjadi.

Oleh karena itulah, ada baiknya kamu nggak sembarangan
memencet bisul, baik itu milikmu sendiri atau milik orang lain. Bisa jadi,
setelah memencetnya, muncul bisul di tempat lain padahal bisul sebelumnya belum
bisa sembuh.

Selain itu, orang yang sedang bisulan sebaiknya tidur
sendiri. Pakaian dan handuknya juga sebaiknya rutin dicuci demi mencegah
penularan bakteri penyebab bisulan.

Bisul biasanya akan pecah dan kemudian mengering setelah
beberapa hari. Tapi, kalau kamu sangat menderita dengan bisul yang ada pada
tubuhmu, nggak ada salahnya membeli obat untuk mengatasinya. Kamu juga bisa
memeriksakan bisul ini ke dokter terdekat untuk mendapatkan penanganan medis
yang tepat.

Jadi, jangan sembarangan memencet bisul ya agar nggak
ketularan, Millens? (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Kamu
pasti sering mendengar mitos bisul bisa menular. Apalagi jika kamu
menyentuhnya. Bahkan, ada yang menyebut jika kamu memencet bisul dan cairannya
keluar lalu mengenai bagian kulit lainnya, maka bagian kulit yang terkena
cairan itu akan muncul bisul. Sebenarnya, mitos ini benar atau nggak, sih?

Layaknya penyakit kulit lainnya, bisul bisa bikin orang yang
memilikinya sangat nggak nyaman. Bagaimana nggak, benjolan berisi nanah ini
bisa menyebabkan rasa nyeri yang menjengkelkan. Selain itu, bisul juga bisa
menyebabkan rasa gatal tak tertahankan. Kalau muncul di pantat, bisa bikin
susah duduk. Menyebalkan banget, ya?

Ada mitos yang dipercaya banyak orang, yaitu bisul bisa menular. Apalagi jika kamu memencet bisul dan terkena cairannya. Beneran nggak sih?

Bisul Bisa Menular, Beneran Nggak Sih?

Saking hebohnya, menurut keterangan berita yang diunggah koran
Bataviaasch Niewsblaad pada 22 Agustus 2014, gelaran ini sudah dibahas sejak
1912. Apalagi, kota yang dipilih jadi tuan rumah bukanlah Batavia, melainkan
Semarang. Menurut pemimpin gelaran pameran P.K.W Kern, Semarang dipilih karena
sudah lengkap jaringan transportasi umumnya.

Ada dua stasiun kereta api di sana, yaitu Semarang Tawang
yang dikelola oleh NIS (Nederlandsch Indische Spoorweg maatschappij (NIS) yang
mulai dipakai pada 1 Juni 1914 dan Stasiun Semarang West (kini disebut sebagai
Stasiun Poncol) yang dikelola oleh Semarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij
(SCS) dan diresmikan pada 6 Agustus 1914.

Kedua stasiun ini menggantikan Stasiun Samarang NIS dan
Stasiun Pendrikan yang dianggap terlalu kecil untuk menampung pengunjung pameran.
Dari stasiun itu, orang-orang dari Jakarta atau Surabaya bisa dengan mudah naik
kereta api untuk mencapai Semarang.

Lebih dari itu, adanya Pelabuhan Semarang juga memungkinkan
banyak orang dari berbagai belahan dunia datang ke Kota Semarang dengan mudah. Intinya,
Semarang memang sudah disiapkan dengan baik untuk menggelar pameran ini.

Transportasi umum dalam kota juga diperbaiki. Jaringan trem sepanjang
1,75 kilometer dibangun di jalan baru dari Bodjong Weg (kini dikenal sebagai
jalan Pemuda) yang menembus ke Pieter Sythofflaan (kini lebih dikenal sebagai
Jalan Pandanaran). Jalur trem ini dikelola oleh Semarang – Joana Stroomtram Maatschappij
(SJS). Jalan baru ini kini dikenal sebagai Jalan Thamrin dan diresmikan pada 5
Mei 1914.

Alasan mengapa sampai dibangun jalur trem baru ke Jalan
Pandanaran adalah lokasi Koloniale Tentonstelling yang digelar di Kawasan
Mugassari. Lahan seluas 26 hektare yang dipakai untuk pameran tersebut dimiliki
oleh Oei Tiong Ham, taipan dari Kota Atlas.

Pada acara yang digelar dari 20 Agustus sampai 22 November
1914, lebih dari 677 ribu orang datang. Acara ini menghabiskan dana lebih dari
114 juta Gulden atau sekitar Rp24 triliun jika dikonversikan dengan uang pada
masa sekarang.

Gelaran ini cukup membekas bagi warga Kota Semarang kala
itu. Sebelum kini menjadi GOR Tri Lomba Juang, lapangan yang ada di kawasan
Mugassari lebih dikenal sebagai Lapangan Sentiling. Sudah tahu kan dari mana
nama Sentiling berasal? Yap, cara orang Semarang menyebut lokasi pameran
Koloniale Tentonstelling, Millens, (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Kota
Semarang dianggap sebagai salah satu kota yang istimewa saat Nusantara masih
ada di bawah kekuasaan Belanda. Di sana, jaringan transportasi umum seperti
kereta api dan pelabuhan dibangun dengan baik. Bahkan, pada 1914, digelar acara
Koloniale Tentoonstelling yang berarti Pameran Kolonial berskala internasional.

Pameran ini digelar sebagai cara untuk merayakan 100 tahun
kemerdekaan Belanda dari cengkeraman Perancis. Pada pameran tersebut, banyak
perusahaan yang memamerkan hasil perkebunannya seperti kopi, teh, kakao, dan
lain-lain. Intinya sih, dengan adanya pameran tersebut, perwakilan-perwakilan
dari negara lain diharapkan mau berinvestasi atau menjalin perdagangan dengan
pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Pada 1914, Di Kota Semarang digelar pameran kolonial internasional super besar bernama Koloniale Tentoonstelling. Seperti apa ya kehebohan dari pameran tersebut pada masa itu?

Mengenang Gelaran Koloniale Tentoonstelling, Pameran Kolonial di Semarang

“Proses pembuatan brem ini membutuhkan waktu seminggu. Bahan
bakunya adalah 1 kuintal beras ketan yang direndam selama satu jam. Setelah itu,
beras ketannya dinanak dan dijadikan tape,” terang Nurshiam sebagaimana dikutip
dari Detik, Jumat (21/10/2022).

Setelah beras ketan mampu diubah menjadi tape, tape beras
ketan ini kemudian diperas. Nah, sari air tape beras ketan yang berwarna putih
ini kemudian direbus sampai warnanya kecokelatan. Setelah itu, sari air tape beras
ketan ini kemudian diblender sekitar 1 jam sampai kental dan berubah kembali
warnanya menjadi putih.

Air sari tape beras ketan ini kemudian dituang ke nampan
berukuran besar dengan ukuran ketebalan sekitar 1 sentimeter untuk didinginkan.
Saat itu, wujudnya mulai mengeras dan bisa disebut sebagai brem. Meski begitu,
brem ini harus dijemur di bawah sinar matahari dulu.

“Setelah itu barulah brem yang keras ini dikemas ke dalam
wadah. Setiap wadah brem memiliki harga bervariasi. Ada yang Rp 3ribu sampai Rp4 ribu
untuk rasa original. Ada juga brem dengan kemasan besar yang kami banderol Rp7
ribu sampai Rp 8 ribu,” lanjut Nurshiam.

Omong-omong, jajanan dengan sensasi dingin dan rasa asam
serta manis ini kabarnya sudah eksis sejak zaman penjajahan Belanda.&nbsp;Beda dengan pada masa sekarang
di mana brem bisa dikonsumsi siapa saja, kabarnya camilan ini dulu hanya
dikonsumsi oleh kalangan kelas atas.

Terkait dengan alasan mengapa brem lebih populer sebagai
jajanan oleh-oleh khas Madiun, hal ini disebabkan oleh pada 1980-an, banyak
pedagang asongan yang menjualnya di terminal bus dan stasiun kereta api. Berkat
para pedagang asongan itu pula, brem jadi populer seantero Jawa, Bali, dan Nusa
Tenggara.

Betewe, kamu suka
nggak nih nyemil brem, Millens? Kalau
mampir ke area Jawa Timur, jangan lupa membelinya, ya? (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Kamu
sering naik transportasi umum seperti bus atau kereta ke Jawa Timur, Millens? Kalau iya, pasti sering melihat
jajanan khas Madiun yang satu ini. Namanya brem dan memiliki rasa yang unik.
Nah, salah satu jenama brem yang paling populer adalah brem Suling Gading.

Pemilik usaha pembuatan brem tersebut, Nurshiam, mau
menceritakan tentang proses pembuatan jajanan yang kerap dijadikan oleh-oleh
tersebut. Ternyata, proses pembuatan brem di tempat usahanya yang berlokasi di
Jalan Sulawesi Nomor 43, Madiun ini masih dengan cara manual.

Proses pembuatan jajanan khas Madiun, brem, ternyata membutuhkan waktu cukup lama lo. Memangnya, apa saja sih tahapan dari pembuatan oleh-oleh khas Madiun ini?

Menguak Lamanya Proses Pembuatan Brem Khas Madiun

“Kucing itu memang suka mencari perhatian ke majikannya.
Nah, saat mengganggu orang yang sedang salat, sebenarnya dia mencari perhatian
sekaligus menunjukkan rasa sayangnya ke majikannya,” ungkap Slamet sebagaimana
dilansir dari Kompas, Senin
(11/9/2023).

Cara kucing untuk menarik perhatian ini bisa berupa
menggosokkan badannya ke kaki atau tubuh majikannya, mengeong, duduk di
pangkuan saat pemiliknya duduk, atau sekadar berguling pada sajadah. Intinya,
mereka sebenarnya nggak punya niatan untuk mengganggu kok, hanya mencari
perhatian.

Menyukai Sajadah dan Suasana Tenang Saat Salat

Hal lain yang membuat kucing cenderung suka mengganggu orang
salat adalah mereka suka dengan tekstur sajadah yang cenderung empuk, hangat,
dan nyaman. Bagi kita, sajadah mungkin tipis. Tapi, bagi kucing yang punya
ukuran tubuh lebih kecil, sajadah rasanya mirip seperti kasur bagi manusia.
Oleh karena itulah, mereka suka untuk rebahan atau berguling di atasnya.

“Mereka memang suka tiduran di alas yang empuk dan hangat
seperti sajadah,” ungkap dokter hewan lainnya Aji Winarso yang berasal dari
Universitas Nusa Cendana.

Lebih dari itu, ternyata kucing cenderung suka dengan
keadaan tenang saat salat. Oleh karena itulah, terkadang mereka nggak hanya
mengganggu orang yang sedang salat di rumah, melainkan juga di masjid.

“Yang pasti kucing melakukannya kalau merasa dekat atau
punya ikatan dengan majikannya. Apalagi kalau sampai kucing menggesekkan
kepalanya ke tubuh pemiliknya. Sebenarnya dia sedang menandai orang terebut
dengan sekresi kelenjar infraorbitalis. Intinya, dia menandai pemiliknya
sebagai miliknya yang artinya dia sangat percaya dan nyaman dengan majikannya,”
terang Supratikno, dokter hewan dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor.

Jadi, nggak perlu heran ya kalau kucing peliharaanmu suka
mengganggumu saat salat. Mereka bukan jelmaan setan yang pengin mengusik
ibadahmu kok. Kebetulan saja memang mereka suka nyari perhatian sama kamu, Millens. (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Kamu
pasti sudah beberapa kali melihat video viral yang menunjukkan kucing suka
mengganggu orang salat. Kucing bisa bermain-main di sajadah atau bahkan naik ke
badan orang yang sedang rukuk atau bersujud. Sebenarnya, apa ya alasan mereka
suka melakukannya?

Pakar hewan yang berasal dari Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Slamet Raharjo ternyata punya jawaban
terkait kebiasaan lucu kucing ini. Ternyata, hal ini disebabkan oleh sifat
alami kucing yang memang selalu ingin tahu dan suka mencari perhatian ke
majikannya.

Kucing peliharaanmu suka mengganggu orang salat? Sebenarnya, apa sih ya alasan mereka suka melakukannya? Ternyata ini jawabannya, Millens.

Mengapa Kucing Suka Mengganggu Orang Salat?

Soto ini dianggap legendaris dan bahkan disebut-sebut
sebagai pionir soto di Banyumas. Nah, kini, yang mengelola adalah Usmarni. Dia
dan anaknya meneruskan usaha ini dari orang tuanya. Tapi, pendirinya adalah
sang kakek yang bernama Sangka.

Waktu kali pertama berdiri, Pak Sangka hanya berjualan soto
di pinggir jalan. Karena warga Banyumas dan bahkan orang-orang Belanda
menyukainya, sotonya pun semakin laris. Akhirnya, orang-orang pun menyebutnya
dengan Soto Pak Sangka dan kemudian jadi brand
kuat dari soto dengan kuah yang dikenal pekat ini.

“Iya. Jualannya sudah dari 1925,” cerita Usmarni, (14/4/2021).

Meski dikenal sebagai kuliner legendaris Banyumas, jangan
kira tempat makan Soto Sangka ini mewah ya. Kedainya masih sederhana hingga
sekarang. Bahkan, ukuran warungnya masih 4x6 meter saja. Kalau kamu masuk ke
dalamnya, hanya tersedia 3 buah meja dan 15 kursi plastik. Jadi, kalau makan di
sana, jangan kaget jika sampai harus berdesak-desakan, ya? Maklum, rasanya enak
dan diburu banyak orang untuk wisata kuliner.

Rahasia dari rasa Soto Sangka Banyumas yang nikmat adalah
penggunaan tungku berbahan kayu bakar untuk memasak. Selain itu, bumbu-bumbu racikannya
juga masih sama sejak kali pertama Pak Sangka dulu berjualan pada zaman
penjajahan seperti jahe, kunir, dan merica bala.

“Dari dulu sampai sekarang, cara memasaknya sama. Harganya Rp
17 ribu karena kita selalu menggunakan ayam kampung,” lanjut Usmarni.

Nggak hanya soto yang berisi ketupat, daun bawang, ayam
kampung, kecambah, kacang goreng, serta sambal kacang yang jadi primadona. Kamu
juga bisa meminta tambahan potongan ti ampela, daging ayam, hingga usus goreng
atau kerupuk. Duh, makin nikmat, deh.

Soto Sangka biasa buka dari pukul 08.30 WIB sampai pukul
14.00 WIB. Pintar-pintar memilih waktu untuk datang ke sana karena soto ini
legendaris dan banyak pelanggannya, ya Millens.
(Ser, Tra/IB09/E05)

Inibaru.id – Bicara
tentang kuliner Banyumas, biasanya orang bakal terpikir dengan mendoan atau
sroto Sokaraja. Tapi, di sana juga ada kuliner unik lain, yaitu Soto Sangka
yang sudah eksis sejak 1925, lo.

Soto Sangka Banyumas bisa kamu temukan di Desa Kedunguter,
Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas. Kalau pengin ke sana, kamu tinggal
berjalan ke arah Polsek Banyumas jika berasal dari Alun-alun Banyumas. Sekitar
100 meter dari Polsek tersebut, bakal terlihat kok tulisan Soto Sangka.

Di Banyumas, ada Soto Sangka yang melegenda dan sudah eksis sejak 1925. Kabarnya, dulu soto ini jadi buruan orang Belanda yang pengin wisata kuliner, lo.

Legendaris, Soto Sangka Banyumas Sudah Eksis Sejak 1925!

Inibaru.id - Jika kamu penggemar soto Nusantara, pastinya sudah nggak asing dengan soto unik satu ini. Ya, Soto Bonjok. Kuliner legendaris asal Banyumas itu terlihat berbeda. Nggak seperti soto Semarang, Kudus, Solo, atau Lamongan yang berkuah kuning dan bening, Soto Bonjok justru &ldquo;keruh&rdquo; karena diguyur bumbu kacang.
Awal penyajian, pembeli akan disodori semangkuk soto berkuah bening lengkap dengan irisan daun bawang, kacang tanah yang disangrai, tauge muda, dan bawang goreng, serta semangkuk bumbu kacang. Gimana cara menikmatinya?
Nah, biar tahu rasa asli soto itu, nggak ada salahnya kamu cicip dulu kuahnya&nbsp;satu atau dua sendok. Jika sudah, kamu bisa menuang bumbu kacang ke dalam mangkuk soto dan rasakan perbedaannya.
<img src="http://infokuliner.com/wp-content/uploads/2015/06/Resep-Soto-Banyumas.jpg" alt="" />
<code>Soto Bonjok lengkap dengan kerupuk cantir. (infokuliner.com)</code>
Meski sudah kita campuri dengan bumbu kacang, soto nggak lantas terasa pedas, kok. Kita bisa mengatur tingkat kepedasan dengan sambal cabai rawitnya.
<h2>Nikmati bersama Kerupuk Cantir</h2>
Soto bonjok biasanya dinikmati dengan potongan ketupat. Namun, jika kamu kurang sreg dengan ketupat, warung soto bonjok juga biasanya&nbsp;menyediakan nasi putih. Oya, ada satu lagi "aksesori" soto yang nggak boleh ketinggalan, yaitu kerupuk cantir yang berbahan ketela.
Ada empat jenis Soto Bonjok yang bisa kita coba, yaitu soto ayam, soto sapi, soto campur (daging ayam dan sapi), serta soto balungan. Keempat jenis soto itu bakal makin mantap jika kita santap dengan tempe mendoan yang nggak kalah gurih.
<img src="/nuploads/1/umum/soto%20bonjok.jpg" alt="" width="743" height="560" />
<code>Soto Bonjok. (maskurblog.files.wordpress.com)</code>
Soto terkenal ini disebut Soto Bonjok karena berasal dari Bonjok. Bonjok adalah nama sebuah dusun di Desa Sokawera, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas. Nah, di dusun itulah berdiri sebuah warung soto sederhana tapi menyajikan menu soto yang spesial, yakni Soto Bonjok.
Saking sedapnya, meski berada jauh dari keramaian kota, warung Soto Bonjok tetap didatangi banyak pembeli. Hm, kamu pengin juga, ya, Millens? Ha-ha.&nbsp;(IB20/E03)

Aroma supergurih dari kuah soto yang sarat akan kaldu ayam kampung pastinya membangkitkan nafsu makan siapa saja. Dengan tambahan bumbu kacang, Soto Bonjok bakal terasa makin istimewa.

Soto Bonjok dari Banyumas, Ketika Soto Berpadu dengan Bumbu Kacang

Inibaru.id &ndash; Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah memiliki beragam kuliner dengan rasa yang khas. Jika kamu sedang bingung mencari oleh-oleh untuk mudikmu, makanan-makanan dari kabupaten ini boleh banget, lo, kamu lirik. Berikut beberapa makanan yang patut masuk kantong belanjaanmu.
Getuk Goreng Sokaraja
<img class="" src="/media-files/nuploads/59/wisatabanyumas.jpg" alt="https://www.inibaru.id/media-files/nuploads/59/wisatabanyumas.jpg" />
<code>Dengan rasanya yang legit, getuk goreng Sokaraja bisa jadi oleh-oleh mudik yang tepat. (Wisatabanyumas)</code>
Getuk goreng biasanya dicampur dengan gula merah untuk memperkaya rasa. Getuk goreng Sokaraja pun nggak meninggalkan bahan ini. Bedanya, getuk ini melalui dua proses pembuatan.
Singkong sebagai bahan dasar makanan ini diolah dengan cara dikukus. Setelah dikukus, barulah ubi ini dilumatkan bersama tepung terigu, gula merah, dan tepung beras untuk selanjutnya digoreng. Rasanya? Hm, makin nikmat kalau ada teh hangat! Ha-ha.
Jenang Jaket
<img class="" src="https://ecs7.tokopedia.net/img/cache/700/product-1/2018/8/28/3484968/3484968_a6a0f7e0-8286-451e-b735-260322d7f89d_780_672.jpg" alt="https://ecs7.tokopedia.net/img/cache/700/product-1/2018/8/28/3484968/3484968_a6a0f7e0-8286-451e-b735-260322d7f89d_780_672.jpg" />
<code>Jenang jaket biasanya disuguhkan pada acara-acara hajatan. (Tokopedia)</code>
Jenang jaket biasanya disuguhkan pada acara-acara hajatan. Namun, nggak sulit untuk menemukan makanan ini di beberapa pusat oleh-oleh. Jenang jaket dibuat dari tepung ketan, gula merah, dan santan kelapa.
Rasanya legit dengan tekstur yang lengket. Per bungkus jenang jaket biasanya dijual dengan harga sekitar Rp 20 ribu. Terjangkau, kan?
Nopia
<img class="" src="https://s3.bukalapak.com/img/3187099442/w-1000/nopia_aroma02.jpg" alt="https://s3.bukalapak.com/img/3187099442/w-1000/nopia_aroma02.jpg" />
<code>Nopia biasanya diisi dengan gula jawa atau kacang hijau. (Bukalapak)</code>
Nopia menjadi makanan khas Banyumas berikutnya yang patut kamu borong. Nopia dibuat dari tepung terigu dengan isian berupa kacang hijau atau gula jawa. Menikmati makanan ini, kamu mungkin akan teringat bakpia khas Yogyakarta.
Hm, mau borong yang mana, nih? Sebaiknya, sebelum berbelanja, siapkan dulu bujetmu supaya nggak boros. Nggak mau kan kehabisan uang di tengah perjalanan mudik gara-gara terlalu banyak belanja? Gunakan uangmu dengan bijak ya, Millens. (IB15/E03)

Kabupaten Banyumas memiliki beberapa kuliner tradisional yang bisa menjadi oleh-olehmu mudik. Dengan rasa yang khas, makanan-makanan ini bisa menjadi buah tangan yang pas untuk keluarga dan teman.

Jenang Jaket, Satu dari Empat Penganan Khas Banyumas yang Bisa Jadi Buah Tangan Sepulang dari Banyumas

Inibaru.id &ndash; Sebagai salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas tentu juga memiliki khazanah kuliner tradisional yang kaya. Tak hanya beraneka macam, masakan-masakan khas Banyumas juga dikenal luas masyarakat Jateng, mulai dari dawet ayu hingga soto sokaraja.
Namun, di samping pelbagai masakan sudah dikenal, beberapa makanan juga ada yang masih terdengar asing di telinga. Kendati demikian, masakan itu nggak kalah enak, lo. Apa saja?
Soto Sangka
<img src="/nuploads/62/soto%20sangka%20%281%29.jpg" alt="" width="719" height="524" />
<code>soto sangka. (Travelingyuk)</code>
Soto Sangka merupakan soto dengan rasa yang khas. Soto ini menggunakan sambal kacang sebagai penambah rasanya. Supaya makin kenyang, ketupat pun menjadi tambahan saat menyantap soto sangka.
Harga soto ini murah, lo. Dengan merogoh kocek sebesar Rp 11 ribu saja, kamu sudah bisa menikmati makanan ini.
Kepok Ketan
<img src="https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/700x465/photo/2018/06/10/1065298699.jpg" alt="" />
<code>Kepok ketan dengan mendoan. (Grid.id)</code>
Kepok ketan menjadi makanan berikutnya yang patut kamu coba. Makanan ini biasanya dijual di pasar-pasar tradisional dengan harga sekitar Rp 3.000-Rp 5.000. Bagi kamu yang penggemar rasa gurih, kepok ketan tentu sebaiknya nggak kamu lewatkan.
Cimplung
<img src="/nuploads/1/singkong%20cimplung.jpg" alt="" width="950" height="800" /> 
<code>Cimplung. (instagram.com/rusmiatin_sahri)</code>
Pengin ngemil tapi bingung mau mencicipi makanan apa? Cimplung bisa menjadi makanan yang kamu coba. Menggunakan bahan dasar seperti singkong atau pisang, cimplung digemari lantaran dicampur dengan manisnya gula Jawa.
Dengan uang sebanyak Rp 5.000 saja, kamu sudah mendapatkan sebungkus cimplung, lo.
Sudah mencicipi ketiga jenis makanan tersebut? Boleh-boleh saja berwisata kuliner, tapi jangan lupa olahraga setelah menyantap makanan-makanan itu ya. Selain mengontrol isi dompet, kontrol pula isi perut supaya nggak kekenyangan. Sepakat? (IB15/E03)

Soto sangka, kepok ketan, dan cimplung, ketiga makanan tradisional tersebut harus kamu coba jika berkunjung ke Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Selain enak, rasanya pun bisa bikin kamu ketagihan. Hm, sudahkah kamu mencoba ketiganya?

Jalan-Jalan ke Banyumas? Cicipi Dulu Tiga Kuliner Ini

Inibaru.id &ndash; Berbukalah dengan yang manis. Ungkapan ini biasanya ramai diucapkan saat Ramadan. Makanan-makanan manis seperti puding, kolak, hingga kurma disajikan di atas meja makan untuk mengganti energi yang hilang.
Bagi kamu yang berada di Sokaraja, Banyumas, cimplung tentu bisa menjadi salah satu alternatif pengganjal perut yang lapar. Rasa yang manis membuat cimplung cocok kamu jadikan hidangan pembatal puasa.
Rasa manis ini didapatkan dari gula jawa yang menjadi campurannya. Singkong atau pisang menjadi bahan dasar pembuatan makanan tersebut. Selain gula jawa, bahan-bahan seperti garam, air, dan gula pasir pun diperlukan.
Supaya rasa manisnya makin meresap, ada pula yang mengganti air putih dengan air kelapa alias degan. Hm, kebayang kan rasanya seperti apa?
<img src="https://s4.bukalapak.com/img/97895383/large/Cimplung.png" alt="https://s4.bukalapak.com/img/97895383/large/Cimplung.png" width="719" height="533" />
<code>Rasanya legit, lo. (bukalapak.com)</code>
Kalau malas membuatnya, kamu juga bisa beli, lo. Kamu bisa menemukan makanan ini di beberapa stan di GOR Satria yang beralamat di Jalan Prof Dr Suharso, Purwokerto. Harganya murah kok. Untuk sebungkus cimplung, penjual biasanya mematok harga sekitar Rp 5.000 saja. Nggak perlu ribet memasak kan?
Sebelum menyantapnya, jangan lupa siapkan teh hangat atau kopi dulu ya. Berbuka puasa jadi tambah nikmat, kan? (IB15/E03)

Manis dan legit, itu kesan yang kamu dapatkan saat mencicipi cimplung, camilan khas Kabupaten Banyumas. Sebagai pembatal puasa, cimplung bisa menjadi pilihan yang pas. Di mana bisa membeli camilan ini?

Mengenal Cimplung, Kuliner Manis untuk Berbuka Puasa dari Banyumas

Inibaru.id &ndash; Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu puasa. Sebagian orang lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca buku, menonton kajian, hingga menyiapkan makanan untuk berbuka.
Bagi kamu yang suka bereksperimen, nggak ada salahnya mencoba resep-resep baru. Ada begitu banyak kuliner nusantara yang menggugah selera, salah satunya kepok ketan dari Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
<img src="https://img-global.cpcdn.com/003_recipes/1d439fd89de2c293/751x532cq70/kepok-ketan-serundeng-foto-resep-utama.jpg" alt="" />
<code>Kepok ketan dengan serundeng. (Cookpad)</code>
Kepok ketan memiliki rasa yang manis dan gurih. Lantaran terbuat dari beras ketan, makanan ini bisa jadi pengganjal perut. Selain enak, makanan ini pun relatif mudah dibikin, lo. Berikut cara membuat kepok ketan.
Bahan:
<ul>
<li>Beras ketan 400 gram</li>
<li>Air 200 mililiter</li>
<li>Kelapa parut</li>
<li>Gula merah</li>
<li>Garam 1 sendok teh</li>
</ul>
Cara Membuat:
<ol>
<li>Sebelum mengukusnya selama sekitar 15 menit, cuci dulu beras ketan hingga bersih, lalu sisihkan.</li>
<li>Siapkan air dalam panci dan taburkan garam ke dalamnya, tunggu hingga mendidih. Setelah mendidih, masukkan beras ketan ke panci.</li>
<li>Jika air sudah terserap dalam beras ketan, kukus beras selama 30 menit dan angkat. Bentuk beras ketan menjadi bulatan-bulatan.</li>
<li>Supaya menambah rasa, taburkan gula merah dan kelapa parut di atasnya.</li>
</ol>
<img src="https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/700x465/photo/2018/06/10/1065298699.jpg" alt="" />
<code>Kepok ketan biasa disantap bersama mendoan. (Grid.id) </code>
Di Banyumas, kepok ketan biasanya disantap bersama mendoan. Jadi, setelah makanan ini selesai dibuat, kamu bisa menggoreng tempe supaya makanmu makin nikmat.
Yang penting, jangan makan berlebihan ya. Atur jedanya supaya nggak kekenyangan, lalu jadi ngantuk dan malas tarawih! He-he. (IB15/E03)

Beras ketan, garam, dan gula merah, dengan bahan-bahan yang sederhana, kepok ketan dibuat. Makanan khas Kabupaten Banyumas ini pun bisa menjadi "teman" membatalkan puasa. Seperti apa cara bikinnya?

Menjelang Berbuka, Bikin Kepok Ketan Khas Banyumas, yuk!

Inibaru.id &ndash; Ramadan telah tiba. Bagi kamu yang menjalankan ibadah puasa, waktu berbuka tentu menjadi waktu yang dinanti. Kalau sedang bingung mau makan apa nanti, kamu bisa mencoba kuliner Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, ini, yakni Soto Sangka. Hm, sudah pernah mendengar namanya?
Bukan dengan kompor minyak atau gas, soto sangka dimasak menggunakan tungku berbahan bakar kayu. Yap, ini dilakukan karena soto sangka menggunakan ayam kampung. Selain menghasilkan kekhasan aroma, cara memasak ini juga membuat tingkat kematangan ayam lebih sempurna.
Soto sangka terasa spicy karena mengandung berbagai rempah seperti pala, lada, kunyit, dan jahe. Mirip soto sokaraja, soto sangka juga menggunakan ketupat sebagai pendamping soto, yang dipadukan dengan tauge dan kacang tanah goreng. Ini masih ditambah sambal kacang sebagai pelengkap. Komplet!
<img class="" src="https://ksmtour.com/media/images/articles22/soto-sangka-banyumas.jpg" alt="https://ksmtour.com/media/images/articles22/soto-sangka-banyumas.jpg" width="685" height="685" />
<code>Tampilannya menggoda, kan? (Ksmtour)</code>
Seporsi soto sangka dibanderol sekitar Rp 11 ribu saja. Dengan porsi dan isian sebanyak itu, dan masih ditambah kerupuk, tentu saja perut bakal kenyang dibuatnya. Ini cocok buatmu santap malam setelah seharian berpuasa.
Tertarik mencicipinya? Datang saja ke Warung Soto Sangka di Jalan Karang Sawah No 35, Desa Kedunguter, Kecamatan Banyumas. Meski tempatnya sederhana, kualitas masakannya sudah terjaga selama berpuluh-puluh tahun, lo.
Hm, jadi nggak bingung lagi mau berbuka puasa di mana nih! Jangan lupa bungkus untuk sahur juga ya. He-he. (IB15/E03)

Membatalkan puasa dengan soto sangka? Hm, bagi kamu yang sedang berkunjung ke Kabupaten Banyumas, makanan ini patut dicoba. Dengan rasanya yang khas, apa sih yang bikin soto ini berbeda dengan soto-soto lain?

Berpuasa di Banyumas, Cobalah Soto Sangka sebagai Menu Bukanya!

Inibaru.id &ndash; Millens, pernahkah kamu menyantap olahan keong sawah? Hewan ini biasanya diolah dengan cara ditumis atau dijadikan satai. Namun, di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, keong sawah diolah menjadi sayur kraca. Menjelang bulan Ramadhan, sayur ini semakin sering dijumpai, lo.
Dengan rasa pedas yang segar, keong sawah yang telah diolah menjadi sayur ini memiliki tekstur yang empuk. Sebelum direbus, perlu pula menumis bumbu supaya rasanya makin kuat.
Lengkuas, kunyit, dan jahe merupakan sebagian rempah yang digunakan dalam bumbu ini. Nantinya, bumbu ini dicemplungkan selama proses perebusan sehingga menghasilkan rasa yang nikmat.
<img src="/nuploads/62/sayur%20kraca%202%20%281%29.jpg" alt="" width="600" height="308" />
<code>Sayur kraca. (Detik)</code>
Untuk mencicipi sayur kraca, kamu harus menyedot daging ini supaya lepas dari cangkangnya. Bagi yang merasa cara tersebut susah, kamu bisa menggunakan tusuk gigi untuk mencongkelnya.
Kamu bisa mencicipi sayur keong kraca di sejumlah tempat di Banyumas, salah satunya yang berada di Jalan Bobosan, Desa Purwanegara, Kecamatan Karangjambu.
Gimana, pilih masak sendiri atau beli saja? Eh, tapi kudu Banyumas. Gimana dong? Ha-ha. (IB15/E03)

Keong sawah sering diolah menjadi satai atau tumisan. Agak berbeda di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, binatang air ini diolah menjadi sayur kraca. Bagi kamu yang doyan pedas, kuliner ini harus kamu coba! Hm, senikmat apa sih?

Kuliner Pedas dan Menggoda dari Banyumas itu Bernama Sayur Kraca

Inibaru.id &ndash; Soto dikenal hampir di seluruh Indonesia. Namun, kuliner yang diadopsi dari masakan Tiongkok itu selalu punya ciri khas di masing-masing daerah, nggak terkecuali di Banyumas, Jawa Tengah.
Dengan tambahan sambal kacang yang membuat rasanya begitu khas, masyarakat setempat menyebutnya Sroto Sokaraja. Soto ini dihidangkan dengan topping kerupuk cantir yang terbuat dari ketela pohon, kemudian disantap bersama ketupat. Hm, sungguh nikmat!
<img src="https://merahputih.com/media/2015/11/05/86Xset1PKC1446699121.Jpeg" alt="" />
<code>Menggugah selera, kan? (Merahputih)</code>
Seperti umumnya soto, sroto sokaraja menggunakan daging ayam dan sapi sebagai isiannya. Potongan daging dicampur dengan bumbu halus yang terdiri atas bawang merah, bawang putih, kunyit, kemiri, garam, dan merica bubuk.
Kunyit membuat kuah sroto berwarna kekuningan. Rasanya? Hm, sedap! Maka, jika belum pernah mencicipinya, silakan lengkapi wisata kulinermu dengan berburu sroto sokaraja. Soto Sutri dan Soto Kecik Sokaraja mungkin bisa menjadi referensimu.
Oya, seporsi sroto sokaraja dibanderol dengan harga Rp 20 ribu saja. Nggak terlalu mahal, kan? Baiklah, selamat mencari, Millens! (IB15/E03)

Berbeda dengan soto Semarang atau Solo yang bening, soto khas Banyumas ini berkuah agak keruh mirip mi ongklok dari Wonosobo. Sroto Sokaraja namanya. Soto tersebut memiliki rasa yang khas karena dibubuhi sambal kacang sebagai pelengkapnya.