Perasaan iri dan dengki adalah bagian alami dari emosi manusia. Melihat orang lain lebih maju atau memiliki pencapaian yang lebih besar sering kali memunculkan perasaan kurang nyaman dalam diri kita. Ini adalah respons yang wajar, karena manusia cenderung membandingkan diri dengan orang lain.

Namun, yang membedakan adalah bagaimana kita mengelola perasaan tersebut. Iri yang terkelola dengan baik bisa menjadi motivasi untuk berkembang, sementara iri yang dibiarkan berlarut-larut dapat berubah menjadi dengki, yaitu keinginan agar orang lain kehilangan apa yang mereka miliki.

Bahaya Jika Iri dan Dengki Nggak Dikendalikan

Jika rasa iri dibiarkan tumbuh menjadi kebencian, hal ini bisa membawa dampak negatif, seperti:

- Menurunkan rasa percaya diri– Terlalu fokus pada keberhasilan orang lain membuat kita lupa menghargai pencapaian sendiri.

- Memicu tindakan negatif – Dengki bisa membuat seseorang menyusun rencana buruk, seperti menyebarkan fitnah, merendahkan orang lain, atau bahkan berusaha menjatuhkan mereka.

- Merusak hubungan sosial – Perasaan iri dan dengki yang nggak terkendali bisa merusak hubungan dengan teman, saudara, atau kolega karena munculnya sikap permusuhan.

Agar nggak terjebak dalam siklus iri dan dengki yang merusak, berikut beberapa cara untuk mengelolanya:

1. Sadari Bahwa Setiap Orang Punya Perjalanan Masing-Masing – Kesuksesan seseorang bukan berarti kegagalan bagi kita. Setiap orang memiliki jalannya sendiri dan waktunya masing-masing.

2. Fokus pada Diri Sendiri – Daripada sibuk membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik fokus pada peningkatan diri dan pencapaian pribadi.

3. Bersyukur atas Apa yang Dimiliki – Menghargai apa yang telah kita capai dapat membantu mengurangi rasa iri dan membuat kita lebih bahagia.

4. Gunakan sebagai Motivasi – Alih-alih merasa terpuruk, gunakan keberhasilan orang lain sebagai dorongan untuk bekerja lebih keras dan mencapai tujuan sendiri.

5. Jaga Lingkungan Pertemanan yang Positif – Berada di lingkungan yang mendukung dan saling memotivasi dapat membantu kita tetap berpikir positif.

Iri dan dengki saat reuni adalah perasaan yang wajar, tetapi harus dikendalikan agar tidak berubah menjadi kebencian yang merusak. Alih-alih terjebak dalam perasaan negatif, kita bisa menjadikannya sebagai motivasi untuk berkembang dan fokus pada kebahagiaan diri sendiri. 

Lebaran dan reuni seharusnya menjadi momen penuh kebersamaan, bukan ajang untuk menumbuhkan persaingan yang nggak sehat. Hm, semoga acara kumpul-kumpulmu tetap menyenangkan sehingga menjadi acara tahunan yang dirindukan ya, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Lebaran nggak hanya menjadi momen silaturahmi, tetapi juga ajang reuni, baik di kalangan alumni sekolah maupun keluarga besar. Saat bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang, perasaan campur aduk bisa muncul.

Salah satunya adalah iri dan dengki ketika melihat teman atau saudara yang terlihat lebih sukses atau memiliki kehidupan yang lebih baik.

Iri dan dengki adalah perasaan manusiawi, tetapi jika dibiarkan, bisa berubah menjadi kebencian yang merusak. Bagaimana cara mengelolanya agar tetap positif?

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

Berdasarkan penelitian yang dipimpin
oleh Profesor Qinghua Guo dari Institute of Remote Sensing and Geographic
Information System dari Peking University ini, Tiongkok mempunyai pohon
sebanyak 142,6 miliar. Artinya, dengan jumlah penduduk mencapai 1 miliar orang, tiap orang di sana punya 100 pohon.

Oya, penelitian ini dilakukan untuk mengecek kondisi ekosistem
hutan di Tiongkok guna memperkirakan jumlah karbon yang nantinya diserap
oleh pohon-pohon tersebut. Perkiraan inilah yang bisa jadi patokan
Tiongkok untuk merespons perubahan iklim serta memulihkan ekosistem berkelanjutan.

“Kami juga diminta untuk membuat
peta yang detail terkait dengan distribusi pohon di Tiongkok. Bisa dikatakan,
ini adalah untuk kali pertama pemetaan kepadatan pohon di Tiongkok dilakukan,”
ujar Guo sebagaimana dinukil dari Live Science.

Lantas, bagaimana cara mereka
menghitung pohon di wilayah sebanyak ini? Selain memakai teknik Lidar360 atau pemetaan berbasis laser yang menggunakan cahaya serta pengukuran jarak, para peneliti juga memakai pesawat nirawak sejak 2015 untuk mengkover wilayah yang luas di Tiongkok.

Dari data itulah, jumlah pohon bisa
diperkirakan, lengkap dengan pemetaan lokasi di mana pohon-pohon tersebut terkumpul. Hasil dari penelitian ini kemudian dipublikasikan pada 6 Februari 2025
lalu di laman jurnal internasional Tiongkok,&nbsp;Science Bulletin.

“Meski sudah memakai Lidar360, kami
masih mengalami masalah dalam akurasi jumlah pohon karena di hutan yang padat
dan rapat, terkadang ada pohon-pohon kecil yang nggak bisa kita lihat karena
tertutup pohon yang lebih tinggi,” terang Guo mengakui kelemahan dari
penelitiannya.

Hasil penelitian ini
diharapkan bakal semakin mendukung program Great Green Wall yang dicanangkan
pemerintah Tiongkok sejak 1978 lalu. Program ini dibuat demi meningkatkan
jumlah pohon di negara tersebut. Targetnya, bakal ada 100 miliar pohon di Great Green Wall tersebut pada 2050.

Kalau di Indonesia, selain merespons perubahan iklim, pemetaan pohon ini mungkin bisa menjadi upaya untuk menyikapi maraknya pembalakan liar dan alih fungsi hutan juga, ya?&nbsp;(Arie
Widodo/E10)

Inibaru.id – Menghitung jumlah pohon di sebuah kawasan sudah sulit, apalagi di sebuah negara? Terlebih, negara itu adalah Tiongkok yang memiliki wilayah terluas ketiga dunia dengan total&nbsp;9.326.410 kilometer persegi.

Sedikit informasi, daratan Tiongkok berukuran empat kali lipat dari luas wilayah Indonesia. Mengukur pepohonan yang tumbuh di atasnya tentu menjadi pekerjaan yang sulit.&nbsp;Namun, hal ini rupanya benar-benar bisa dilakukan oleh
ilmuwan dari negeri yang menjadi tanah kelahiran panda tersebut.

Sudah dilaporkan dalam bentuk jurnal, penelitian yang dilakukan ilmuan Tiongkok dalam upaya merespons perubahan iklim ini fokus menghitung jumlah pohon untuk memetakan serapan karbon di negaranya.

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

Iris yang diperankan oleh Sophie Tatcher&nbsp;diciptakan untuk menjadi pendamping bagi orang yang belum memiliki pasangan. Iris dibekali dengan memori yang
membuatnya seakan-akan punya kenangan, misalnya tentang pertemuannya dengan Josh (Jack Quaid) yang dia dampingi.

Iris yang nggak mengetahui jati dirinya sebagai robot kemudian dimodifikasi Josh untuk membunuh Sergei. Sergei adalah teman Josh. Dia dihabisi agar Josh bisa menguasai uang tabungannya sebesar 12
juta dollar. 

Begitu Sergei berhasil dieksekusi, barulah Josh mengatakan bahwa Iris sejatinya bukanlah manusia, melainkan sebuah
robot. Dia adalah&nbsp;robot "companion", yang dibuat sebagai pendamping manusia, dalam hal ini adalah Josh.

Iris yang jatuh cinta pada Josh tentu saja merasa
dikhianati. Terlebih, terkuak fakta bahwa nantinya Iris akan dijadikan sebagai kambing hitam atas kematian Sergei. Josh berencana melaporkan tindakan Iris
sebagai sebuah "kesalahan program" agar kematian itu nggak dicurigai pihak berwajib.

Dengan segala keterbatasan, termasuk kemungkinan
dimatikan tiba-tiba oleh alat pengendali yang dimiliki Josh, Iris berniat kabur agar
nggak dijadikan kambing hitam. Nah, perjuangan Iris melawan kesewenangan Josh
inilah yang jadi inti cerita dari film tersebut.

Lantas, apakah Iris pada akhirnya bisa terbebas dari semua
masalah ini? Kalau soal ini, kamu harus nonton sendiri ya untuk mengetahuinya.
Yang pasti, film berdurasi 97 menit ini nggak akan bikin kamu bosan karena plotnya cukup menarik.

Inilah yang membuat rating Companion di situs Rotten Tomatoes
cukup tinggi, yaitu 94 persen. Bisa dikatakan, film ini memang disukai banyak
orang.

Buat kamu yang butuh hiburan selama libur Lebaran ini, nggak
ada salahnya menonton film Companion. Selamat menikmati!&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Sudah ada beberapa film yang menunjukkan
tentang konflik antara manusia dan robot. Di Ex Machina (2014), misalnya,
sebuah robot melakukan aksi tipu daya ke manusia agar terbebas dari laboratorium
yang jadi lokasi pembuatannya.

Nah, pada film Companion yang dirilis pada
31 Januari 2025 lalu, situasi yang terjadi justru sebaliknya, yakni tentang sesosok robot yang dikhianati manusia. Saat ini, film besutan Drew
Hancock itu bisa kamu tonton di layanan streaming berbayar Apple TV.

Sebagaimana Ex Machina, robot dalam Companion juga berwujud dan berperilaku laiknya perempuan. Bedanya, Iris yang merupakan nama robot dalam Companion nggak menyadari bahwa dirinya adalah seorang robot.

Film Companion sebenarnya punya plot yang sederhana, yaitu konflik antara manusia dan robot. Tapi, kesederhanaan ini dikemas dengan cerita yang membuatnya seru.

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

Berdasarkan sejarah, roti jala merupakan adaptasi dari
kuliner India yang dikenal sebagai roti prata, Millens. Menurut Suarausu
(15/7/2022), dulu, para pedagang India yang datang ke wilayah Melayu nggak
hanya membawa barang dagangan, tapi juga budaya dan kuliner mereka.

Budaya dan
makanan inilah yang kemudian diadaptasi oleh masyarakat setempat, termasuk roti jala.
Jika diamati, pengaruh budaya India ini sangat kentara yaitu
penggunaan kari sebagai pendamping roti jala.

Dinamakan "roti jala" karena bentuknya yang
menyerupai jala atau jaring nelayan. Melansir Goodnewsfromindonesia
(10/3/2025), hal ini diilhami dari pekerjaan mayoritas masyarakat Melayu di
daerah pesisir kala itu.

Sementara itu, warna kuning pada roti jala menggambarkan
warna jala yang digunakan oleh nelayan di sungai Johor pada masa lalu, yang terbuat
dari benang berwarna kuning atau jingga. 

Di negeri asalnya, India, roti jala (roti prata) bercita rasa
asin. Namun, kebanyakan yang dijual di Indonesia memiliki rasa manis karena
disuguhkan bersama saus kinca. Itu sebabnya, roti jala sangat pas dijadikan
menu takjil.

Kalau tertarik mencobanya, kamu nggak harus beli kok Kamu
bisa membuatnya sendiri di rumah dengan bahan yang sederhana.

Roti jala terbuat dari campuran tepung terigu, telur,
santan, dan sedikit garam. Adonan ini kemudian dibentuk sehingga menyerupai pola jala atau jaring tipis. Setelah matang, roti jala
biasanya disajikan dengan kuah kari kental yang gurih atau saus kinca yang
manis.

Dengan sejarah yang kaya dan makna budaya yang dalam, roti
jala nggak hanya menjadi hidangan lezat tetapi juga simbol identitas dan
warisan kuliner masyarakat Melayu. Apa kamu juga suka makan roti jala, Millens?
Pilih rasa gurih atau manis nih? (Siti Zumrokhatun/E10)

Inibaru.id – Salah satu makanan yang banyak ditemukan
ketika Ramadan adalah Roti Jala. Roti jala adalah makanan khas masyarakat
Melayu yang populer di wilayah seperti Johor, Semenanjung Malaysia, Sumatra
Utara, dan Kepulauan Riau.

Hidangan ini biasanya disajikan bersama kuah kari, seperti
kari ayam atau kambing, dan sering ditemukan saat acara-acara istimewa atau
perayaan tertentu.

Hidangan ini nggak hanya lezat tetapi juga mencerminkan kehidupan masyarakat pesisir yang erat kaitannya dengan laut. Biasanya disajikan dengan kuah kari, roti jala menjadi bagian penting dari tradisi kuliner di Malaysia, Sumatera Utara, dan Kepulauan Riau.

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

“Bahkan jika dibandingkan Kamis biasanya, di luar Ruwah atau
jelang Lebaran, harga mawar bisa lebih dari Rp50 ribu. Ini agak mengherankan
karena pada Kamis (20/3) lalu juga mawar hanya laku Rp10 ribu per keranjang.
Padahal, biasanya permintaan mawar meningkat untuk keperluan nyekar di
Kamis sore,” keluh Umi, salah seorang petani mawar dari Sumowono, Kabupaten
Semarang.

Layaknya kebanyakan petani di daerah tempat tinggalnya, Umi
sudah melakukan pruning dan perawatan lainnya terhadap mawar di ladangnya agar bisa mekar
maksimal sejak seminggu jelang Lebaran. Alasannya, tentu saja karena pada momen
tersebut, harga jual mawar petik bisa meningkat berkali-kali lipat dari
biasanya.

Jelang Lebaran tahun lalu, misalnya, perempuan yang bisa
membawa 7-8 keranjang mawar setiap kali menjualnya di Pasar Bunga Bandungan
bisa mendapatkan harga Rp100 ribu – Rp200 ribu per keranjang. Saking banyaknya
mawar yang mekar di ladangnya, dia bahkan bisa panen 2-3 kali dalam sehari.
Makanya, keuntungan yang dia dapatkan jelang Lebaran 2024 lalu menembus jutaan rupiah.

“Keuntungan menjual mawar ini seperti THR buat kami untuk
keperluan belanja Lebaran. Makanya, kami heran kok pada tahun ini harganya
nggak sebagus tahun lalu,” ungkap adik Umi yang membawa 6 keranjang mawar,
Khoiriyah.

Keduanya kemudian berasumsi kalau pasokan mawar pada tahun
ini jauh lebih melimpah dari sebelumnya. Hukum ekonomi kemudian berlaku, jika
pasokan barang berlebih namun permintaan sama, tentu saja harga barangnya akan
turun.

“Tahun kemarin banyak mawar yang lomot alias gagal
mekar. Mungkin karena hal itu jadi harganya tinggi. Kalau sekarang, hampir
semua orang berhasil menjadikan mawarnya mekar semua,” ungkap keduanya diamini
tetangga lainnya yang hanya mendapatkan uang Rp310 ribu untuk 7 keranjang
mawar, Yani.

Meski begitu, karena mereka juga mampu memanen banyak mawar,
setidaknya mampu mengumpulkan sejumlah uang untuk keperluan belanja Lebaran.
Makanya, meski harganya nggak sebagus tahun lalu, para petani dari Sumowono tersebut
tetap bersyukur.

Apalagi, masih ada 3 hari tersisa jelang Lebaran. Mereka
berharap ada pengepul bunga dari daerah lain yang akan berdatangan ke Pasar
Bunga Bandungan. Semakin banyak pengepul yang berdatangan, harapannya bakal bikin
permintaan meningkat dan berimbas pada harga mawar jauh lebih mahal dari harga sekarang.

Semoga saja harapan tentang harga mawar ini beneran kejadian
ya, Millens. Jadi, para petani ini bisa berlebaran dengan senyum secantik
mawar yang mereka rawat selama ini. (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Harapan warga Bandungan dan Sumowono
mendapatkan harga jual mawar petik yang mahal pada Kamis (27/3/2025) pagi,
pupus. Meski banyak orang sudah berdatangan ke Pasar Bunga Bandungan sejak
pukul 04.30 WIB, harga mawar yang kebanyakan dipanen sejak pukul 02.00 WIB
tersebut nggak pernah menembus Rp50 ribu per keranjang.

Padahal, hari ini sudah H-4 Lebaran. Pada tahun-tahun
sebelumnya, sejak H-5 Lebaran, harga mawar petik sudah berangsur naik dan
biasanya mulai menyentuh angka Rp70 ribuan – Rp100 ribuan per keranjang. Warga
yang mengharapkan keuntungan dari penjualan mawar untuk bisa membeli banyak
keperluan Lebaran pun mulai resah.

Hingga H-4 Lebaran, harga mawar dari tangan petani yang dijual di Pasar Bunga Bandungan hanya laku kurang dari Rp50 ribu per keranjang. Padahal, pada masa yang sama Lebaran 2024, harganya bisa jauh lebih mahal. Apa penyebabnya?

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

Mereka menikmati obrolan demi obrolan, yang
terkadang tanpa disadari, sudah berlangsung berjam-jam.

Nggak jarang obrolan ini bukan hanya antar
pembeli, namun bersama dengan sang pemilik angkringan atau hik. Lalu, kira-kira apa sih
bedanya hik dan angkringan?

Sebelum menjelaskan apa perbedaan hik dan angkringan, simak dulu penamaan&nbsp;hik yang cukup menarik berikut ini.

Dilansir dari Ensiklo (28/8/14), pada 1950 silam ada lelaki bernama Pairo yang merantau dari Cawas, Klaten ke Kota Pelajar.
Pairo terpaksa keluar dari desanya untuk mencari penghidupan yang lebih layak.

Awalnya, Pairo berjualan makanan kecil dan minuman
dengan cara dipikul berjalan berkeliling kampung. Lelaki ini membawa pikulan sambil mengucap “Hiiik…iyeeek”. Untuk memberitahukan kedatangannya, Pairo juga memukul piring, mangkuk, dan gelas menggunakan sedok.

Dari situlah asal penamaan hik, yang sebagian orang mengartikannya dengan “Hidangan Istimewa Kampung”. Ternyata bisnis Pairo sukses. Kesuksesan ini bahkan menular hingga kini kepada keturunannya yang menjadi pemilik
Angkringan Lik Man. Buat kamu yang belum tahu, angkringan ini sangat terkenal di Yogyakarta.

Versi lain ditulis&nbsp;Kompas (2/9/2020) yaitu perintis konsep angkringan adalah Eyang Karso Dikromo yang berasal dari Desa Ngerangan, Klaten. Dia merantau ke Solo pada 1930 dan membuka bisnis menjual nasi terik bungkus pada 1943 dengan pikulan. Dia kemudian menambah variasi menu dengan menyediakan nasi kucing (sebutan untuk nasi dengan porsi yang sangat kecil).

Nggak dinyana dagangannya laris hingga banyak bermunculan hik di Solo. Kepopuleran ini bahkan sampai ke Yogyakarta. Kemudian muncullah angkringan pertama di Kota Pelajar.

Jadi, sudah jelas ya mana yang lahir lebih dulu?

Sebetulnya nggak ada perbedaan antara hik
dan angkringan. Baik angkringan Yogyakarta mau pun&nbsp;hik Solo,
keduanya memiliki konsep yang serupa. Keduanya menawarkan jajanan dan minuman dengan cara
dipikul berkeliling.

Hingga dalam perkembangannya, mereka mangkal di pinggir jalan menyerupai&nbsp;warung kaki lima dengan gerobak kayu yang ditutupi
terpal. Mungkin salah satu keunikan yang ada pada keduanya adalah hidangan yang
ditawarkan selalu variatif. Kalau pun ada perbedaan, hal itu karena mengikuti makanan khas di sana.&nbsp;

Yang menjadi semacam signature dish baik di hik atau angkringan adalah nasi kucing, satai telur, satai usus, ceker, kepala ayam, dan bermacam gorengan. Untuk
minumannya, umumnya penjual melayani pelbagai permintaan. Kamu sebagai pembeli tinggal pesan saja. Wedang jahe,
wedang uwuh, kopi, air jeruk, susu jahe, teh, hingga minuman instan tersedia. Komplet kan?

Keseruan nongkrong dan makan di hik atau
angkringan adalah lenyapnya sekat. Kamu bisa nyeletuk omongan pembeli lain dan bahkan akhirnya menjadi teman ngobrolnya tanpa harus canggung. Semua golongan sosial pembeli nggak perlu dicemaskan. Yap, nggak ada kata kasta dalam kamus angkringan!

Mau ngomongin hal receh atau ndakik-ndakik ya sah-sah saja di angkringan. Sungguh hal yang agak mustahil terjadi di kafe kekinian ya? Kalau kamu punya kesan apa nih di angkringan atau hik, Millens?&nbsp;(Kharisma
Ghana Tawakal/E05)

Inibaru.id – Menginjakkan kaki di Jogjakarta agak kurang
rasanya tanpa melipir untuk nongkrong di sebuah angkringan. Dengan gerobak yang
stay di tempat dengan ciri khas terpal warna biru, angkringan selalu
ramai di sudut-sudut kota Jogja.

Pemandangan beberapa orang yang sedang duduk santai dengan rokok terselip di antara jari dan kaki nangkring di atas
bangku adalah hal yang lumrah.

Duduk nangkring, obrolan tanpa sekat bersama orang-orang baru di&nbsp;hik&nbsp;dan angkringan. Dari kedua tempat itu, mana sih yang ada terlebih dahulu?&nbsp;&nbsp;

Hik dan Angkringan, Mana yang Lebih Dulu?

Semula, memang hanya ada kopi-kopi sachet yang ada di daftar menu angkringannya. Namun, suatu ketika saudaranya merekomendasikan Kopi Kopen untuk dipakai di kedainya. Rupanya, dia dan pelanggannya cocok dengan perubahan ini.

“Enak banget," ujarnya saat dihubungi Inibaru.id via telepon. "Kebetulan di angkringan kami banyak
peminum kopi. Mereka cocok!"&nbsp;

Arief menambahkan, semenjak ganti kopi murni, para pembeli di angkringannya biasanya bakal balik lagi untuk ngopi. Para pelanggannya juga jadi lebih sering datang ke angkringannya.

Kemudian, terkait harga jual, Arief mengaku nggak melakukan perubahan apa pun. Dengan mengganti kopi yang dipakai, dia mengaku nggak mengeluarkan biaya lebih besar karena kalau disandingkan dengan kopi sachetan,
harganya nggak jauh berbeda.

"Nggak jauh berbeda. Bedanya, rasanya sekarang lebih mantap!" kelakarnya.

Untuk saat ini, Arief baru mencoba satu merek keluaran Kopen Semarang, yakni Kopi Tulen Tjap Londo. Jenama kopi yang dikemas klasik itu memiliki dua varian, yakni Kopi Pahit dan Kopi Kecut. Keduanya ada di kedai Arief.&nbsp;

"Ada Pahit, ada Kecut. Pahit itu (kopi) Robusta, Kecut itu Arabica," terangnya.

Jika Arief mengetahui Kopen Semarang dari saudaranya, Kurniawan Yudhi mengetahui produsen kopi yang beralamat di Jalan Dewi Sartika Raya No 9A itu langsung dari pengelolanya, yakni Dody Widhisusanto. Yudhi mengatakan, suatu ketika Dody tengah makan di angkringan kepunyaannya.&nbsp;

Laiknya kebanyakan angkringan di Semarang, Yudhi saat itu juga hanya menjual kopi sasetan. Pemilik angkringan "Mas Ompong" itu kemudian mengaku terlibat obrolan seru seputar kopi dengan Dody. Dody kemudian malah menawarinya Kopi Kopen.

"Iya, ditawari untuk mencoba Kopi
Kopen," ungkap Yudhi. "Saya iyakan. Hasilnya di luar dugaan. Alhamdulillah laris manis."

Menurutnya, banyaknya pelanggan di tempatnya nggak lepas dari kualitas yang ditawarkan angkringan miliknya yang berlokasi di Jalan Cinde, Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, itu. Yudhi membeberkan, rasa kopi murni beda dengan kopi sachet.

Nggak hanya meminum kopi, beberapa pelanggannya bahkan kemudian memesan Kopi Kopen bubuk yang kebetulan kemasannya dia pajang di kedai. Perubahan ini, lanjutnya, cukup berdampak positif pada omzet di angkringannya.

"Sewaktu masih pakai kopi sachet, butuh dua minggu untuk menambah stok. Setelah memakai kopi murni, dalam seminggu saja saya sudah harus beli lagi," kata dia, semringah.

Hingga kini Yudhi mengaku masih berkomunikasi intensif dengan Dody. Bahkan, beberapa kali Dody juga memberi masukan kepadanya, gimana agar angkringannya terus berkembang. Dia kemudian juga diminta untuk upgrade, misalnya memiliki grinder (alat penggiling) kopi.&nbsp;

“Disarankan untuk menggiling sendiri agar bisa membuat berbagai
varian kopi seperti vietnam drip, cold brew, dan nggak lupa kopi susu gula aren yang lagi ngetren," terang Yudhi.

Sementara, untuk produk yang dipakainya, dia mengaku pernah menjajal hampir semua produk Kopen Semarang, mulai Kopi Kang Wawa, Kopen, dan Tjap Londo. Namun, seperti Arief, untuk saat ini dia mengaku lebih banyak memakai Tjap Londo di angkringannya.

Dia bersyukur pertemuannya dengan Dody memberi pengaruh yang baik untuk perkembangan angkringan di tempatnya. Dia juga lega dengan tanggapan positif yang selalu diberikan para pelanggannya.

"Angkringan ki ngene, kopine ora kalah karo
coffee shop (angkringan itu begini, kopinya nggak kalah dengan coffee shop),”&nbsp;pungkas Yudhi, menirukan komentar seorang pelanggannya.

&nbsp;Pada akhirnya, seperti kata penulis kenamaan Tanah Air Pramoedya Ananta Toer, biarkan karya membela dirinya sendiri. Ya, kopi yang berkualitas akan membela dirinya sendiri di hadapan para penikmatnya, kok! Ha-ha. (Audrian F/E03)

Inibaru.id - Angkringan, atau di Kota Semarang orang menyebutnya kucingan, selalu identik dengan kelas menengah ke bawah. Semua hal yang dijual di situ selalu nyaman di kantong, mulai dari nasi kepal, mi instan, camilan, gorengan, hingga aneka minumannya seperti teh dan kopi.

Nah, menyoal minuman di angkringan, tentu saja kamu nggak bisa berharap banyak pada secangkir kopi yang kamu pesan di tempat tersebut. Kalau bukan kopi bubuk pabrikan, paling-paling kamu bakal ditawari kopi sasetan.

Namun, hal tersebut nggak berlaku di dua angkringan ini. Mereka
pede saja menggunakan produk Kopi Kopen Semarang untuk disajikan dalam kopi mereka.
Hasilnya pun katanya nggak sia-sia. Hal tersebut sebagaimana dikatakan Arief Rachmanto, salah seorang pemilik angkringan.

Sebagian besar orang mungkin berpikir, produk kopi murni nggak mungkin ada di angkringan. Namun, produsen kopi asal Semarang, Kopi Kopen, menampiknya. Di beberapa angkringan, produk kopi mereka tetap berterima; harga tetap kucingan, tapi dengan rasa sekelas coffee shop.

Kopi Kopen di Angkringan; Rasa Sekelas Coffee Shop, Harga Tetap Kucingan

Inibaru.id - Menghabiskan Sabtu malam di Kota Semarang memang nggak ada habisnya. Buat saya yang sudah bertahun-tahun menghabiskan hidup di kota ini, pengin banget rasanya mencari suasana baru untuk menghabiskan malam Minggu. Bagi anak kekinian, coffee shop atau mal bisa jadi pilihan utama. Tapi kali ini saya memilih untuk menghabiskan Sabtu malam di angkringan.
Eits, angkringan yang satu ini beda lo. Dijuluki Angkringan Pinggir Kali, angkringan ini benar-benar berada di tepi sungai. Jauh dari suasana angkringan yang biasanya bising oleh suara anak muda, angkringan ini riuh oleh canda tawa keluarga.
<img src="/nuploads/89/4. Angkringan PK/Angkringan_Zulfa_3.jpg" alt="" width="1069" height="800" />
<code>Angkringan ini cocok untuk menghabiskan waktu dengan keluarga. (inibaru.id/ Zulfa Anisah)</code>
Masing-masing lapak pedagang yang berjejer hanya diterangi teplok yang ditempel di tiang gubuk. Bermacam makanan dijual di sini. Nasi bakar, jadah bakar, wedang rempah, es gempol, bakso batok, sate gembus, nasi gudeg, dan banyak lainnya yang bisa kamu tebus dengan harga mulai dari Rp 2.500 saja.
Suasana remang bikin saya harus mendatangi satu per satu lapak pedagang untuk tahu menu apa yang dijual. Kesabaran kamu juga diuji karena harus mengantre. Hal tersebut disebabkan pengunjung angkringan ini bisa mencapai ratusan orang dalam semalam. Bukan main!
Daun Pisang dan Batok Kelapa
&nbsp;
<img src="/nuploads/89/4. Angkringan PK/Angkringan_Zulfa_2.jpg" alt="" width="1069" height="800" />
<code>Alat makan dan pembungkus di angkringan ini pun menggunakan bahan-bahan alami. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)</code>
Uniknya, pedagang di sini kompak menggunakan piring rotan, daun pisang, daun jati, tempurung kelapa, dan hanya segelintir yang memakai gelas kaca. Bahkan, beberapa makanan harus dinikmati beralaskan pincuk daun pisang. Bakso yang saya pesan pun disajikan dalam mangkuk dari tempurung kelapa. Unik dan beda banget ya.
Apa lagi, setiap meja makan atau lesehan tempatmu makan hanya diterangi lampu teplok yang nggak terlalu terang. Selain harus menyesuaikan diri dengan alat makan yang beda, kamu juga harus terbiasa dengan sedikit cahaya teplok ya. Jangan sampai salah mengambil makanan karena minim cahaya. Ha ha
<img src="/nuploads/89/4. Angkringan PK/Angkringan_Zulfa_4%20%281%29.jpg" alt="" width="1069" height="800" />
<code>Jadah bakar, kuliner yang wajib kamu coba di sini. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)</code>
Oh ya, angkringan ini buka setiap hari dari pukul 18.00 WIB hingga 23.00 WIB. Datanglah ke Kampung Jawi di Dusun Kalialang Lama RT 02 RW 01, Desa Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Angkringan Pinggir Kali ini adalah pasar tematik milik warga Kampung Jawi yang baru dibuka sekitar dua minggu yang lalu. Mumpung masih anget, yuk segera agendakan! (Zulfa Anisah/E05)
&nbsp;
Angkringan Pinggir Kali
Kategori&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; : Angkringan
Alamat&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;: Dusun Kalialang Lama RT 02 Rw 01, Desa Sukorejo, Kecamatan Gunungpati
Jam buka&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; : 18.00 &ndash; 23.00 WIB
Harga&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; : Rp 2.500 &ndash; Rp 10.000

Makan di angkringan pasti sudah nggak asing lagi buatmu. Namun di angkringan satu ini kamu bisa menikmati berbagai menu yang disajikan dalam alat makan yang unik. Nggak hanya itu, penerangan di sini cuma pakai teplok. 

Ditemani Remang Teplok, Makan di Angkringan Pinggir Kali Semarang Ini Suguhkan Sensasi Beda

Inibaru.id - Saat berbuka, kamu pasti ingin menjajal berbagai macam takjil dan makanan! Nah, di tempat yang satu ini, kamu bisa menjajal berbagai menu buka puasa tanpa takut kekenyangan karena porsinya yang mungil. Yup, di resto dengan tema Warung Angkringan Ramadan ini kamu bisa menikmati berbagai menu khas kaki lima ini dengan konsep yang berbeda.
<img src="/nuploads/89/pesonna/Nasi%20Kucing_Pesonna_Zulfa.jpg" alt="" width="1068" height="800" />
<code>Pelbagai nasi bungkus yang bisa kamu pilih. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)</code>
Berbagai menu khas angkringan bisa kamu temukan di sini seperti aneka nasi bungkus dan berbagai sate. Porsi nasi bungkus di sini juga disesuaikan dengan porsi nasi kucing yang ada di angkringan lo, Millens. Nasi bungkus di sini sudah dilengkapi dengan berbagai macam varian lauk seperti sambal teri, sambal goreng teri, oseng tempe, orak arik tongkol, dan ayam balado yang semuanya bisa kamu coba karena porsinya yang kecil. Jadi kamu nggak takut kekenyangan.
<img src="/nuploads/89/pesonna/Puding_Pesonna_Zulfa.jpg" alt="" width="1068" height="800" />
<code>Berbagai es dan pudding bisa kamu cicipi untuk jadi takjil. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)&nbsp;</code>
Nggak hanya itu. Kamu bisa menikmati berbagai macam takjil yang disediakan di sini. Kamu bisa memilih es cendol, es timun serut, es kelapa muda, es cincau atau es buah yang menyegarkan. Jika nggak suka dengan es, kamu bisa memilih bubur kacang hijau, bubur ketan hitam atau kolak pisang yang hangat.
<img src="/nuploads/89/pesonna/Bubur_Pesonna_Zulfa.jpg" alt="" width="1068" height="800" />
<code>Kamu bisa coba bubur jika nggak terlalu suka dengan es lo. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)</code>
Sebagai pelengkap, kamu juga bisa menjajal berbagai macam sate, gorengan, baceman serta enam macam sambal seperti sambal matah dan sambal terasi. Saya yang saat itu hadir, sempat mencoba sate bacem gembus yang sekilas nampak seperti sate daging. Nggak disangka rasanya yang manis dan lembut membuat saya ketagihan. Ditambah dengan sambal matah yang gurih dan nggak terlalu pedas, bikin nasi ayam balado saya tambah sedap. Yummm....
<img src="/nuploads/89/pesonna/Sate_Pesonna_Zulfa.jpg" alt="" width="1068" height="800" />
<code>Sate&nbsp;gembus dan berbagai sate lain serta&nbsp;baceman untuk melengkapi nasi bungkus. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)</code>
Selepas menyantap hidangan utama, kamu bisa lanjut dengan menikmati pudding atau buah potong. Selain itu, ada rebusan seperti ubi, jagung dan pisang yang disajikan hangat-hangat. Semua menu di atas kan disajikan secara rotasi setiap harinya ya Millens. Tapi dijamin menu yang disajikan semuanya endesss.
<img src="/nuploads/89/pesonna/Es_Pesonna_Zulfa.jpg" alt="" width="1068" height="800" />
<code>Es cincau yang segar bisa jadi pilihan takjilmu. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)</code>
Karena angkringan ini berada di resto, kamu perlu merogoh kocek agak dalam ya, Millens. Dengan Rp 60 ribu kamu bisa menikmati semua hidangan yang ada di sana sepuasnya lo. Tentunya worth it banget ya karena keragaman menunya. Selain itu, tempatnya yang asik dan higienis pasti bisa bikin kamu betah berada di sini. Nah untuk menimatinya, kamu bisa langsung datang ke Pesonna resto yang terletak di lantai 1 Pesonna hotel yang terletak di Jalan Depok nomor 33 setiap hari pukul 17.00 &ndash; 21.00 WIB.
Gimana? Menarik banget kan? Yuk segera agendakan bukber di sini! (Zulfa Anisah/E05)

Beda dengan angkringan pinggir jalan dengan yang perlu kamu bayar per item. Di sini kamu cuma perlu sekali bayar untuk mencicipi semua menu sepuasnya. Di Pesonna resto, kamu bisa makan ala angkringan dengan konsep berbeda.

Bayar Sekali, Bisa Makan Sepuasnya di Pesonna Resto

Inibaru.id &ndash; Angkringan menjadi tempat nongkrong favorit anak muda, terutama jika sedang berbujet pas-pasan. Supaya nggak ketinggalan zaman, konsep angkringan lantas dikembangkan agar lebih modern. Pembaruan ini menawarkan kelebihan sekaligus kekurangan. Apa saja, ya?
Kenyamanan Tempat
<img src="/nuploads/1/Angkringan%202.jpg" alt="" width="1200" height="800" />
<code>Angkringan modern menawarkan tempat yang lebih luas. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Dibandingkan angkringan tenda, angkringan modern lebih memberi keleluasaan tempat. Kalau kamu mau berkumpul untuk rapat, angkringan modern tentu menjadi pilihan yang tepat. Suasana di angkringan modern juga lebih kondusif untuk ngobrol santai. Dan pastinya, telingamu nggak selalu terganggu dengan bising kendaraan di jalan.
Ini bukan berarti angkringan tenda nggak asyik ya, Millens. Kalau hanya pengin makan berdua, angkringan tenda tentu juga menjadi tempat yang nyaman. Tapi ingat, batasi teman yang mau kamu ajak ya! he-he.
Kelengkapan Fasilitas
<img src="/nuploads/1/Angkringan%203.jpg" alt="" width="1200" height="800" />
<code>Nongkrong tanpa gawai jadi hal yang langka, tapi angkringan tenda menawarkan hal ini. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Seperti restoran atau kafe, angkringan modern pun menyediakan fasilitas seperti toilet, musala, dan wifi. Hal-hal ini tentu nggak akan kamu dapatkan kalau nongkrong di angkringan tenda. Jadi, kalau kamu bermaksud mengerjakan tugas di angkringan modern, fasilitas-fasilitas tersebut bakal membantumu.
Meski nggak dilengkapi fasilitas-fasilitas itu, angkringan tenda justru menawarkan kenyamanan lain. Bukankah teknologi juga acap membunuh komunikasi manusia? Nggak ada wifi justru bisa membuatmu lepas sejenak dari gawai dan larut dalam kebersamaan.
Harga Makanan
<img src="/nuploads/1/Angkringan%205.jpg" alt="" width="1200" height="800" />
<code>Angkringan tenda menawarkan harga lebih murah. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Angkringan tenda menawarkan harga yang lebih murah ketimbang angkringan modern. Kamu juga nggak perlu was-was dengan variasi harga. Tiap nasi dibanderol segini, gorengan segitu. Paling cuma minum minum yang harganya cukup variatif.
Kalau niatmu pengin makan enak dengan harga merakyat, angkringan tenda tentu menjadi pilihan tetap. Namun, pilihan yang terlalu minim kadang tak mampu mengakomodasi keinginan makan yang variatif. Maka, angkringan modern yang umumnya menyediakan menu yang lebih beragam tentu menjadi solusinya.
Intinya, semua bergantung kebutuhan ya, Millens. Mau nongkrong di angkringan tenda atau angkringan modern, sama saja ada plus-minusnya.
Nah, kalau kamu lebih suka di mana, nih? (Artika Sari/E03)

Angkringan tenda dan angkringan modern memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, bukan berarti kekurangan dua tempat ini nggak menawarkan sisi menyenangkan. Apa saja sisi menyenangkan dari kedua tempat ini?

Yang Asyik dari Angkringan Tenda dan Angkringan Modern

Inibaru.id &ndash; Angkringan menjadi salah satu ciri khas dari kuliner Jawa Tengah dan DIY. Orang Surakarta mengenal istilah warung HIK (hidangan istimewa kos-kosan), masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya memberi nama&nbsp;"angkringan", sedangkan warga Semarang&nbsp;menyebutnya kucingan.
Sejauh ini, angkringan nggak jarang dianggap sebagai penyelamat isi dompet ketika berhemat menjadi pilihan. Kendati sebungkus nasi menawarkan porsi yang kecil, pengunjung tetap betah bersantap lantaran harganya murah meriah. Dengan uang Rp 10&nbsp;ribu saja, kamu bisa pulang dengan perut kenyang.
Seiring waktu, angkringan berubah mengikuti modernitas zaman. Jika dulu tempat tersebut identik dengan tempat nongkrong di pinggir jalan, sejumlah angkringan kini mengubah penampilannya agar lebih mirip kafe, dengan kenyamanan sebagai&nbsp;salah satu yang mereka jual.
Namun,&nbsp;masihkah harga nasi kucing beserta lauk-pauknya &ldquo;merakyat&rdquo; kini?
<img src="/nuploads/1/Angkringan%204.jpg" alt="" width="1200" height="800" />
<code>Angkringan modern menyuguhkan menu yang variatif dengan harga yang agak mahal. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Andri, seorang pelanggan angkringan, mengaku, hingga saat ini angkringan&nbsp;pinggir jalan masih menawarkan harga yang relatif terjangkau. Untuk standar makan di Kota Semarang, cowok yang biasa nongkrong di angkringan bilangan Pamularsih itu mengatakan, paling habis Rp 10 ribu saja.
"Uang segitu bisa dapat&nbsp;dua bungkus nasi kucing, empat gorengan, dan segelas teh hangat," kata dia.
Namun begitu, Andre menolak mengatakan kalau angkringan modern (yang berbentuk kafe) menggeser citra merakyat. Menurutnya, angkringan itu hanya memberi alternatif kebutuhan bersosialisasi.
Dia juga mengaku nggak keberatan nongkrong di angkringan modern kalau memang butuh tempat yang luas.
"Ya harga lebih mahal nggak masalah," ujarnya.
Ini berbeda kalau Andre hanya pergi bersama dua temannya atau tengah dalam mode berhemat.
"Kalau nggak ramai-ramai, ya, lebih suka makan nasi kucing di pinggir jalan," tambah dia.
<img src="/nuploads/1/1%20%283%29.jpg" alt="" width="1200" height="800" />
<code>Kenyamanan dan fasilitas modern menjadi keunggulan angkringan modern. (Inibaru.id/ Artika Sari)</code>
Sementara, Irwan punya pendapat lain. Lelaki yang biasa nongkrong di kucingan di sekitar Semarang itu mengungkapkan, mahal atau murah menjadi hal yang relatif jika bicara soal angkringan.
"Gorengan seharga Rp 2.000 tentu mahal bagi anak muda dengan uang saku pas-pasan. Namun, harga itu menjadi relatif murah bagi saya yang mencari kenyamanan suasana," terang lelaki 48 tahun tersebut.
Begitulah! Menilai murah dan mahal sepotong tempe goreng seharga Rp 2.000 tentu menjadi hal yang nisbi. Yeah, tentu saja ini tergantung gimana kamu memandang isi dompetmu, terlebih di tanggal-tanggal tua seperti ini! Ha-ha. (Artika Sari/E03)

Angkringan kerap dipilih sebagai tempat nongkrong lantaran menawarkan harga yang murah, rasa yang lumayan, dan tempat yang leluasa untuk berlama-lama. Namun, masihkah citra tempat ini tetap merakyat saat modernitas dipadukan di dalamnya?

Angkringan, Masihkah Lekat dengan Citra Merakyat?

Inibaru.id &ndash; Berlibur&nbsp;ke Yogyakarta, terasa galau kalau pas tengah malam kita kelaparan, sementara kantong begitu pas-pasan. Nah, kalau kamu takut boros dan kalap, Inibaru.id&nbsp;punya rekomendasi 7 daftar tempat makan yang murah buatmu, nih.
Selain enak, tempat-tempat ini dijamin murah meriah, dan bikin kenyang. Oya, satu lagi yang menarik: kedai-kedai ini buka hingga tengah malam. Jadi, kamu nggak perlu takut kelaparan di sana. Hm, mana saja, ya?
Angkringan Lik Man
<img src="/nuploads/41/angkringan-lik-man-wisata-kuliner-dengan-nuansa-yogyakarta-yang-begitu-kental-artikel.jpg" alt="" width="745" height="461" />
<code>Angkringan Lik Man. (quincolombohotel.com)</code>
Di Yogyakarta, angkringan menjadi salah satu tempat makan "rasional" bagi semua kalangan. Nah,&nbsp;angkringan Lik Man di Jalan Wongsodirjan ini bisa jadi pilihan kamu,&nbsp;Millens. Makanannya beragam. Kamu juga bisa menikmati kopi joss, kopi khas yang cuma ada di Yogyakarta.
Angkringan yang konon merupakan yang pertama di Kota Pelajar&nbsp;ini buka mulai pukul 18.00 WIB sampai tengah malam. Harganya? Cukup dengan Rp 10 ribuan, kamu bisa kenyang di sana.
Nasi Rames Demangan (Mc. Dul)
<img src="/nuploads/41/771bed514ebbad99c310098505a9c6eb.jpg" alt="" width="744" height="413" />
<code>Nasi Rames Demangan. (pinterest.com/Fadjar Tri)</code>
Lapar tengah malam? &nbsp;Nasi rames demangan ini cocok banget buatmu. Enak dan bikin kenyang! Lokasinya berada di Jalan Gejayan dekat Pasar Demangan. Menu yang ditawarkan beragam dengan sambal teri sebagai menu khasnya.
Hanya dengan uang Rp 10 ribuan, kamu sudah bisa menikmati seporsi nasi campur di warung yang buka mulai pukul 20.00 WIB sampai dini hari tersebut.
Soto Sampah
<img src="/nuploads/41/soto-sampah_20150707_135335.jpg" alt="" width="747" height="419" />
<code>Soto Sampah. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)</code>
Kalau pengin makan soto di tengah malam, datang saja ke warung Soto Sampah di Jalan Kranggan ini. Warung tersebut buka mulai pukul 22.00-04.00 WIB. Seporsinya hanya Rp 7 ribu saja dan tersedia menu lain seperti gorengan dan oseng-oseng. Rasanya enak, kantong juga nggak sekarat!
Oseng-Oseng Bu Endang
<img src="/nuploads/41/kuliner-sahur-jogja-10.jpg" alt="" width="751" height="355" />
<code>Oseng-oseng Bu Endang. (istimewa)</code>
Nggak jauh dari Ambarrukmo Plaza di Jalan Adi Sutjipto, ada warung aneka oseng-oseng yang lengkap dan lezat. Seperti namanya, Oseng-oseng Bu Endang menyajikan menu oseng-oseng lengkap mulai dari oseng tempe, pete, cumi, udang, hingga bunga pepaya.
Warung ini buka mulai pukul 18.00-24.00 WIB. Dengan banderol sekitar Rp 20 ribu per porsi plus minum, kamu sudah bisa menikmati menu-menu di sana.
Indomie Bu Siti
<img src="/nuploads/41/mi-nyemek-1_20160513_130425.jpg" alt="" width="761" height="427" />
<code>Mi Nyemek. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)</code>
Bosen makam mi instan yang gitu-gitu saja? Yuk, cobain makan mi di warung Bu Siti. Dengan harga Rp 12 ribu seporsi, kamu bisa menikmati sajian mi instan yang siap menggoyang lidah.
Berada di Jalan Sisingamangaraja, kedai tersebut buka pukul 21.00-03.00 WIB. Kalau kamu nggak pengin antre, cobalah datang lebih awal. Yap, sebab, semakin malam kedai tersebut justru semakin ramai pembeli,&nbsp;Millens.
Nasi Kuning Bu Tuminem
<img src="/uploads/2018/nasi%20kuning%20tuminem.jpg" alt="" width="781" height="600" /> 
<code>Nasi Kuning Bu Tuminem. (Instagram.com/sisthawidita)</code>
Di Yogyakarta, kamu juga bisa menikmati&nbsp;nasi kuning di tengah malam, lo. Bertandanglah ke warung Nasi Kuning Bu Tuminem di Jalan Asem Gede, Cokroningratan. Warung yang buka dari pukul 21.00-02.00 WIB ini menyajikan aneka macam lauk dan nasi kuningnya yang enak banget. Dengan uang Rp 15ribu, kamu bisa kenyang saat pulang nanti.
House of Raminten
<img src="/nuploads/41/DSCN1000.jpg" alt="" width="750" height="563" />
<code>Menu House of Raminten. (arumsilviani.com)</code>
Makan di tempat yang enak, murah, dan unik, ya, di House of Raminten. Restoran yang buka selama 24 jam ini bisa banget jadi pilihan kamu yang pengin makan sambil nongki-nongki bareng teman. Mulai dari harga Rp 5 ribu, kamu sudah bisa mencicipi masakan di sini.
Nah, itulah 7 tempat makan yang murah meriah, enak, dan jelas bikin kenyang, yang bisa kamu pilih untuk "membunuh" lapar di tengah malam saat berada di Yogyakarta. Mana tempat favoritmu? (IB07/E03)

Nggak melulu gudeg, di Yogyakarta kamu bisa nikmati makan murah bahkan di jam-jam malam di 7 tempat makan berikut ini.