Inibaru.id – Nama Kanem Bornu mungkin asing buat telinga kamu. Tetapi, kerajaan Islam kuno tersebut telah menjadi jejak penyebaran agama Islam yang kuat di Afrika, lo, Millens.
Kanem Bornu berada di wilayah Chad dan Nigeria, Afrika, di daerah Gurun Sahara. Mayoritas penduduk Kanem Bornu adalah orang-orang etnis Kanuri. Kerajaan Kanem berkuasa pada abad kesembilan. Suatu kali, Kanem ditaklukkan oleh bangsa lain. Kerajaan pun runtuh dan berganti kekuasaan.
Pada saat yang sama, keluarga kerajaan mengungsi dan mendirikan kerajaan baru yang disebut Bornu. Setelah mempersiapkan diri beberapa waktu, Kerajaan Bornu berjuang menaklukkan bekas wilayah Kanem dan mendominasi daerah Sahara tengah.
Islam masuk ke kerajaan ini melalui penyebaran yang dilakukan pedagang dari Afrika Utara dan Arab. Mengutip republika.co.id (14/3/2018), ada catatan sejarah yang menyebutkan bahwa seorang tokoh Kanem Bornu dari Dinasti Saifawa yang bernama Hummay sudah menjadi muslim pada 1068.
Baca juga:
Masjid Baiturrohim Gambiran, Masjid Tertua Saksi Bisu Penyebaran Islam di Pati
Geliat Pondok Pesantren pada Masa Kolonial
Meskipun kehadiran Islam menyuguhkan ide-ide baru dan literasi dari Arab dan Mediterania, banyak masyarakat yang menolak agama ini. Orang-orang pada masa Dinasti Saifawa masih percaya pada keyakinan leluhur dan praktik tradisional. Namun, Islam tetap berkembang, khususnya pada kalangan penguasa.
Seiring dengan perkembangan Islam, Dinasti Saifawa terus memperluas wilayah kekuasaannya. Mereka menjelajah ke daerah timur, yaitu Chad. Para penguasa Dinasti Syaifawa dianggap sebagai sosok yang jauh dari kediktatoran. Raja dan sejumlah komandan militer diangkat oleh dewan kerajaan. Struktur pemerintahan juga sudah baik. Kerajaan dibagi menjadi beberapa wilayah atau provinsi seperti pada masa modern. Sejumlah daerah ditentukan menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan.
Hampir sebagian besar penguasa Kanem Bornu telah memeluk Islam pada abad ke-11. Seperti ditulis laman re-tawon.com (10/4/2017), raja atau mai idris bahkan memiliki penasihat untuk bidang agama Islam yang disebut mainin kenandi. Penasihat ini bekerja beriringan dengan anggota dewan penasihat lainnya, contohnya penasihat bidang militer yang disebut kaigama.
Perdagangan budak ke Ifriqiya dan Mesir juga dilakukan Kanem Bornu. Perdagangan ini ternyata membantu penyebaran Islam oleh pemeluk Islam ke negara tetangga.
Baca juga:
Masjid, Petilasan, dan Makam, Tiga Jejak Dakwah Islam di Pekalongan
Ziarah ke Makam Kiai Walik di Masjid Al Manshur Wonosobo
Masa keemasan Kanem Bornu berlangsung pada masa pemerintahan Mai Idris Aluma pada 1570-1603. Mai idris yang ahli dalam bidang militer, administrasi, dan ilmu Islam memberikan warna baru pada Kanem Bornu. Dia memperkenalkan reformasi administrasi dan hukum berdasarkan ajaran Islam.
Nggak hanya itu, mai idris Aluma juga menginisiasi pembangunan masjid-masjid dan menyelenggarakan perjalanan ibadah haji. Dia juga membangun tempat menginap jamaah Kanem Bornu selama berada di Tanah Suci.
Walaupun Kanem Bornu akhirnya runtuh pada tahun 1893, jejak Islam di wilayah tersebut telah menorehkan sejarah dan ilmu yang diwariskan ke para penerusnya. (AYU/SA)