Inibaru.id – Setiap dua bulan sekali pada minggu pertama MAJT bekerja sama dengan Majelis Pengajian Difabel (MPD) Semarang dan Himpunan Masyarakat Inklusi Kota Semarang (HiMIKS) mengadakan pengajian khusus untuk kaum disabilitas. Pengajian dilaksanakan di aula lantai 1 MAJT yang memiliki kapasitas sebanyak 400 jemaah.
Kasubag Humas MAJT Ika Ratna Yuni Wulandari saat ditemui Inibaru.id di ruang sekretariat menjelaskan, jika aula tempat dilaksanakan pengajian mudah dijangkau. “Dari akses jalan menurun dan belum naik tangga. Memudahkan untuk yang sekiranya kursi roda. Dekat dengan ruang wudu karena acara berlangsung dari jam 9 pagi sampai dengan zuhur. Setelah selesai disambung salat," katanya.
Jalan menuju ruang utama MAJT. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)
Jangan salah Millens, saat pengajian dilaksanakan, aula pengajian penuh kaum difabel mulai tunanetra, tunarungu, hingga hidrosefalus yang didampingi orang tua hadir.
Pengajian bagi kaum disabilitas ini memang nggak seperti pengajian pada umumnya. Jika pada pengajian biasa penceramah selesai bicara, acara langsung bubar, di sini nggak. Ada sesi interaktif yang menunjukkan jika para kaum disabilitas haus sekali pengetahuannya akan bidang agama. Ada sesi tanya jawab yang bisa jadi bagi orang biasa sangat mudah dijawab.
"Ada yang bertanya Rasul itu siapa? Mereka tidak tahu. Kemudian Asmaul Husna? Mungkin mereka tidak pernah mendengar. Ini kan memang butuh khusus untuk menyampaikan, karena memang pengetahuan mereka tentang Islam limit dan keingintahuannya besar sekali," ucap Ika.
Ruang aula lantai 1 MAJT untuk pengajian kaum disabilitas. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)
Karena itu, narasumber yang didatangkan juga spesial orang-orang yang memiliki kesabaran yang ekstra. Dalam pengajian ini juga ada juru bahasa yang akan membantu para kaum disabilitas memahami isi materi yang diberikan. Juru bahasa berperan pula sebagai jembatan bagi para kaum disabilitas untuk bisa melihat dan mendengar.
Irfan Bagus Fahrudin penyandang disabilitas tunanetra saat ditemui di Roemah Difabel Jalan Jalan MT Haryono 266 Semarang mengatakan, dirinya sering mengikuti pengajian bagi kaum disabilitas di MAJT.
Jalan menuju aula yang aksesibel. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)
Di forum tersebut Irfan mengaku dapat bertemu dengan semua kalangan disabilitas. Dia juga bisa mendengar berbagai tema pengajian yang berbeda-berbeda-beda. Setelah pulang dia mengaku mendapatkan semangat lagi.
"Jadi bersyukur, mengingatkan soal ibadah seperti itu. Terus lagi sebelum pengajian ada cerita kayak curhat dengan disabilitas yang dialami, kesusahannya apa. Seperti itu. Ada sharing sebelum masuk ke inti pengajian," katanya.
Irfan datang ke pengajian tersebut seorang diri menggunakan ojek online. Meski di tahap ini dia juga mengalami kesusahan dalam memesan ojol. "Cuma kesusahannya saat kita memesan Grab saja. Bingung mandu orangnya. Itu aja. Caranya, begitu chat langsung saya kirim foto saya dan foto sekitar saya untuk ketemu," ucapnya.
Ramp khusus untuk para penyandanga disabilitas di MAJT. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)
Bahkan saking seringnya Irfan datang, dia sampai hafal panitia pengajian tersebut. Salah satunya penyandang disabilitas tunadaksa bernama Aisyah dari Unissula. Biasanya Irfan setelah selesai pengajian melanjutkan dengan berkeliling beberapa spot keramaian di Semarang untuk memberi gambaran bagaimana cara memberi pelayanan pada tunanetra.
Selain pengajian bagi kaum disabilitas, di MAJT juga pernah melaksanakan acara dancing on the street yang dihadiri para penyandang disabilitas se-Kota Semarang. Lokasinya berada di parkir utara sebelah kakbah MAJT. "Kemungkinan besar akan dilakuan secara rutin. Jadi nanti mulai lagi re-schedule lagi Januari 2020," tutur Ika.
Wah bisa dipantau nih perkembangan jadwal dan informasi terbarunya ya Millens. Salut buat tim pengajian MAJT dan Irfan! (Isma Swastiningrum/E05)