Suasana Warung yang Sederhana dan Bikin Betah

Begitu masuk ke area warung, suasananya langsung terasa Jogja banget: sederhana, hangat, dan jauh dari bising jalan raya. Tempatnya memang kecil, tapi justru itu yang menambah kesan rumahan. Pembeli duduk dengan sabar menunggu pesanan sambil menghirup aroma bumbu yang ditumis di atas tungku arang yang bikin kamu bernostalgia.

Penilaian para pengunjung yang datang pun rata-rata positif. Banyak yang memuji keramahan Pak Uun dan pelayanannya yang gesit, meski harus memasak hingga empat wajan sekaligus ketika sedang ramai-ramainya.

Salah satu keunikan Bakmi Pak Uun ada pada proses memasaknya yang tetap mempertahankan cara tradisional. Wajan panas diletakkan di atas tungku arang, lalu minyak dituang untuk menumis bumbu yang harum. Setelah itu baru ditambahkan daging ayam, air, sayuran, dan mie. Untuk nasi goreng, tahapannya hampir sama. Bedanya, setelah bumbu matang, nasi langsung digoreng hingga warnanya merata.

Teknik memasak ini menghasilkan aroma smokey yang lembut, khas masakan Jawa tempo dulu. Kuah bakmi godok-nya cenderung creamy, gurih, dan penuh rasa. Banyak pelanggan menyebut bakmi di sini terasa semakin nikmat karena menggunakan telur bebek. Pantas saja rasanya begitu kaya dan bikin susah lupa.

"Kuahnya creamy, kematangan mi pas, porsinya juga bikin kenyang," ungkap salah seorang pembuat konten kuliner terkemuka di Instagram @dyodoran.

Menu yang paling populer di sini tentu saja bakmi godok. Versi gorengnya juga tidak kalah sedap, cocok buat kamu yang kurang suka makanan berkuah. Ada juga nasi goreng dengan cita rasa klasik ala kampung. Harga per porsinya mulai sekitar Rp17.000 saja, murah untuk ukuran cita rasa yang bikin pelanggan balik lagi berkali-kali.

Beberapa pengunjung punya rekomendasi personal. Ada yang selalu pesan bakmi godok telur bebek, ada pula yang menyarankan minuman jahe serai sebagai pendamping biar tubuh hangat di malam hari. Kalau mau lebih nendang, teh hangat atau kopi juga cocok menemani makanmu.

Bakmi Palbapang Pak Uun bukan sekadar tempat kuliner karena menawarkan pengalaman dari suasana kampung yang tenang sampai aroma arang yang menguar dari dapur kecilnya. Jadi kalau kamu sedang di Bantul atau lagi kangen cita rasa bakmi Jawa yang otentik, warung ini wajib banget kamu sambangi. 

Ingat, datang lebih awal, ya, Gez, biar nggak kehabisan! (Arie Widodo/E07)

Inibaru.id - Kalau kamu penyuka bakmi Jawa, nama Bakmi Palbapang Pak Uun rasanya wajib masuk daftar kunjungan. Warung kecil yang tersembunyi di tengah permukiman Bantul ini sudah jadi legenda sejak tahun 2000. Meski lokasinya nyempil di Karasan, Palbapang, banyak orang rela “blusukan” demi seporsi bakmi godok gurih yang konon bikin ketagihan.

Warung Bakmi Pak Uun buka setiap hari mulai pukul 17.00 sampai 22.00 WIB. Tapi jangan tertipu jam tutupnya ya karena sering kali dalam tiga jam saja setelah buka, seluruh menu sudah ludes. Banyak food hunter yang sudah mengingatkan: kalau mau dapat jatah, datanglah sebelum malam benar-benar larut.

Meski buka sejak pukul 17.00 sampai 22.00 WIB, terkadang Bakmi Palbapang Pak Uun sudah kehabisan makanan saking banyaknya pembeli yang datang.

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

Salah satu penyebab utama risiko ini datang dari kualitas charger itu sendiri. Banyak charger murah atau palsu yang beredar, dan sayangnya, masih sering kita temui di rumah-rumah.

Charger semacam ini biasanya tidak punya sistem perlindungan arus, panas, atau pemutus otomatis. Jadi saat tetap terhubung ke listrik, ia akan terus bekerja dan menghasilkan panas. Kalau komponennya kurang bagus, panas yang menumpuk bisa memicu kerusakan, bahkan kebakaran.

Selain kualitas, faktor lingkungan juga berpengaruh. Charger yang dibiarkan menancap dan berada di area tertutup, misalnya dekat tumpukan barang atau di belakang furnitur, lebih mudah terperangkap panas. Apalagi kalau ruangan cenderung panas atau lembap, risiko kerusakan pada charger pun semakin tinggi.

Walau jarang terjadi, fluktuasi listrik dan sambaran petir bisa mempengaruhi perangkat yang sedang terhubung ke soket. Charger yang tidak punya pelindung arus bisa rusak seketika saat ada lonjakan tegangan. Dalam kasus ekstrem, korsleting bisa terjadi dan menimbulkan percikan api. Memang bukan sesuatu yang terjadi setiap hari, tapi cukup banyak orang yang baru sadar setelah perangkat mereka gosong duluan.

Peluang Muncul Ledakan Kecil, Tapi Tetap Ada

Tenang, bukan berarti setiap charger yang kamu biarkan menancap bakal “meledak”. Kalau kamu memakai charger asli dari jenama terpercaya, risiko masalah ini jauh lebih kecil. Produk resmi biasanya sudah melewati uji keselamatan dan punya fitur pencegahan panas berlebih. Tapi tetap saja, risiko kecil bukan berarti nol, apalagi kalau chargermu sudah menua, sering jatuh, atau pernah terasa panas berlebihan.

Untuk charger palsu, ceritanya beda. Risiko korsleting atau kebakaran naik berkali-kali lipat karena komponennya nggak dirancang tahan lama. Jadi lebih baik hindari, ya.

Biar nggak waswas, kamu bisa melakukan beberapa langkah sederhana:

Jadi, meski kelihatannya sepele, kebiasaan membiarkan charger tetap menancap tetap punya risiko. Baiknya segera lepas dari stopkontak deh kalau memang sudah nggak dipakai. Setuju, Gez? (Arie Widodo/E07)

Inibaru.id - Kita semua pasti pernah melakukan ini: selesai ngecas, ponsel dicabut, tapi kepala chargernya tetap anteng nempel di stopkontak. Kelihatannya sih nggak masalah. Toh nggak lagi dipakai, kan? Tapi ternyata kebiasaan kecil ini bisa menimbulkan risiko yang jarang kita sadari.

Meski jarang terjadi, ada kemungkinan kepala charger yang dibiarkan terus menancap bisa bermasalah. Tapi, jangan keburu membayangkan munculnya ledakan dramatis seperti di film, ya. Masalahnya biasanya jauh lebih sederhana, tapi tetap berbahaya kalau dibiarkan.

Banyak dari kita yang membiarkan kepala charger terus menancap di stop kontak meski sudah nggak lagi dipakai. Apakah hal ini berbahaya jika dibiarkan?

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

Peresmian dilakukan oleh Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Drs Agus Andrianto SH MH bersama jajaran pejabat kementerian, pimpinan Undip, dan perwakilan pemerintah daerah.


Dalam sambutannya, Menteri Agus menegaskan komitmen pemerintah untuk memperluas akses layanan keimigrasian. Dia mengatakan, keberadaan titik layanan di kampus menjadikan pelayanan semakin cepat, responsif, dan dekat dengan masyarakat.

"Saya berharap layanan ini bisa menjadi model bagi daerah lain," sebutnya.

Layanan yang dibuka meliputi penerbitan dan penggantian paspor WNI, BAP paspor hilang atau rusak, pelayanan izin tinggal WNA, serta konsultasi dan informasi keimigrasian.


Usai peresmian yang dilakukan dengan memukul gong, Menteri Agus meninjau ruang pelayanan yang telah dilengkapi ruang tunggu kondusif, sistem antrean terintegrasi, serta petugas yang telah dipersiapkan secara khusus.

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Imigrasi Jateng Haryono Agus Setiawan menyampaikan, layanan ini merupakan langkah strategis untuk mendekatkan pelayanan keimigrasian kepada masyarakat.


"Kehadiran layanan ini juga mempermudah mahasiswa asing Undip untuk mengurus izin tinggal, jadi akan mendukung kenyamanan mereka menjalani aktivitas akademik," jelasnya.

Setali tiga uang, Rektor Undip Prof Dr Suharmono SE MSi juga menyambut baik kerja sama tersebut dan menyatakan bahwa Undip siap menyediakan segala fasilitas yang diperlukan agar pelayanan imigrasi dapat berjalan optimal dan mudah diakses.

Campus Immigration Point di Undip diharapkan menjadi percontohan nasional dan mendorong kampus lain menghadirkan layanan publik serupa, terutama di lingkungan perguruan tinggi dengan aktivitas internasional yang tinggi.

Keberadaan layanan ini di kampus menegaskan bahwa Undip memiliki "aktivitas internasional" yang cukup baik. Kampus lain gimana, nih? (Murjangkung/E10)&nbsp;

Inibaru.id - Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Semarang meresmikan Campus Immigration Point di Universitas Diponegoro (Undip) pada Senin (1/12/2025) kemarin. Layanan ini menjadi yang pertama di Indonesia, yang memungkinkan pengurusan dokumen keimigrasian langsung di lingkungan kampus.

Dengan hadirnya fasilitas tersebut, mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, di lingkungan Undip bisa mengurus paspor hingga izin tinggal tanpa harus datang ke kantor imigrasi. Hal tersebut juga berlaku untuk masyarakat umum yang bukan merupakan bagian dari Undip.

Layanan Campus Immigration Undip ini menjadi yang pertama di Indonesia dan memungkinkan pengurusan dokumen keimigrasian langsung di lingkungan kampus, sekaligus menegaskan 'aktivitas internasional' yang cukup baik di salah satu kampus terbaik di Kota Semarang ini.

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

Tas rajut buatan tangan dari perempuan kreatif asal Kota Semarang yang sehari-hari berprofesi sebagai ibu rumah tangga tersebut telah menempuh perjalanan jauh: menembus pasar dunia, menguatkan pejuang kanker, dan membuka ruang pemberdayaan bagi warga binaan Lapas Perempuan Semarang.

"Merajut itu awalnya hanya hobi. Karena anak-anak sudah besar, saya mengisi waktu luang dengan merajut. Saya ibu rumah tangga, ikut suami dinas di daerah terpencil, sehingga memilih fokus mengurus anak-anak," ujar Indah saat ditemui Inibaru.id akhir November lalu.

Indah mengaku belajar merajut secara autodidak sejak 2011. Gurunya adalah internet dan Youtube. Awal-awal berkreasi, dia hanya membuat taplak meja dan dompet kecil. Namun, seiring waktu, keterampilannya meningkat hingga bisa membuat tas rajut sendiri.

Sedikit demi sedikit, dunia rajut yang awalnya hanya pengisi waktu luang justru menjadi peluang. Indah merasa bangkit dan berdaya. Sembari melakoni keseharian sebagai ibu rumah tangga, dia mulai bisa melihat betapa besar peluang bisnis yang tersimpan dalam setiap karyanya.

Pada 2017, ketika sebagian besar pelaku UMKM masih berkutat di pasar lokal, Indah justru sudah merasakan aroma pasar global. Melalui PT Mas di Solo, dia dipercaya mengerjakan produk home decor untuk dikirim ke negara-negara di Eropa.

Sistemnya maklun; perusahaan menyediakan bahan, lalu Indah menangani produksi dan merekrut tenaga kerja yang dia latih sendiri.

Tas rajut buatan Indah merambah hingga Dubai setelah karya-karyanya dua kali lolos kurasi mengikuti pameran BRI UMKM EXPO(RT). Dalam sesi business matching, dia bertemu buyer luar negeri yang kemudian memesan 1.000 tas makram untuk pasar Dubai.

"Semula diminta selesai satu bulan, saya nggak sanggup. Akhirnya dinego jadi lima bulan, per bulan 200 pieces. Saya ngajari orang-orang, mereka ikut mengerjakan," ungkap Indah.&nbsp;

Di antara banyak teknik, tapestri menjadi yang paling dia kuasai karena memungkinkan eksplorasi pola dan gambar. Dari sinilah lahir tas rajut bermotif batik berbahan dasar kulit yang harganya menyentuh angka Rp900 ribu per item.

Namun, di antara deretan pencapaian tersebut, ada satu bab yang paling mengesankan di pikiran Indah, yakni perjalanannya keliling Indonesia mengedukasi cara mengolah plastik menjadi tas rajut, kemudian mendonasikan hasil kegiatannya untuk menguatkan anak-anak penyandang kanker.

"Tahun 2019 itu kan lagi ramainya kampanye pengurangan plastik. Buat saya, plastik itu memang sulit dihilangkan total. Jadi, bagaimana cara mengurangi, bagi saya salah satunya ya diubah jadi tas rajut, karena bisa dipakai selama bertahun-tahun," kata Indah.

Plastik-plastik itu dipotong selebar kurang lebih dua sentimeter, lalu dirajut seperti biasa. Prosesnya memang lebih sulit dibanding merajut benang biasa, tetapi hasilnya kuat dan tahan lama. Namun, karya ini bukanlah produk komersial utama. Dia lebih sering membawanya untuk kampanye reduksi sampah sekali pakai.

Profit memang nggak selalu menjadi tujuan utamanya berkarya. Bahkan, pada pameran ini pun, dia dan temannya sudah sepakat untuk menyumbangkan dana yang terkumpul ke Yayasan Kanker Anak Indonesia sebagai dukungan moral bagi anak-anak yang tengah berjuang melawan penyakit ganas itu.

"Tidak semua hal harus berupa profit. Saya senang kalau apa yang saya kerjakan bisa bermanfaat buat orang lain," lontarnya.

Memberdayakan Warga Binaan Lapas Perempuan

Jiwa sosial Indah terus tumbuh, termasuk dalam berbagi ilmu. Ibu tiga anak itu mengaku akan dengan senang hati membagikannya, termasuk saat mengajari warga binaan di Lapas Perempuan Semarang merajut tanpa meminta bayaran sepeser pun.

"Di Lapas Perempuan itu saya nggak dibayar sama sekali. Murni untuk berbagi ilmu. Kalau ada yang benar-benar tertarik, saya kasih alatnya, saya kasih benangnya. Biar nanti kalau mereka keluar (bebas), bisa melanjutkan yang dia bisa," paparnya.

Warga binaan yang telah diajari Indah juga diberdayakan untuk membantu produksi. Bahan dan desain berasal darinya, lalu mereka mengerjakan sesuai kemampuan dan waktu. Setiap pekerjaan mereka tetap dibayar sebagai tambahan penghasilan dari dalam penjara.&nbsp;

Bagi Indah, menguatkan penyandang kanker dan berbagi ilmu dengan warga binaan adalah dua wajah dari misi yang sama, yakni untuk memanusiakan manusia lewat keterampilan. Merajut baginya bukan lagi sekadar aktivitas tangan, melainkan cara menyalurkan empati.

Saat ini Indah hanya dibantu satu karyawan tetap yang menjaga tokonya di kawasan Sambiroto. Proses produksi sehari-harinya masih dikerjakan sendiri, tetapi jika pesanan membludak, barulah dia melibatkan orang lain.

"Saya nggak menyangka bisa sejauh ini. Saat pandemi Covid-19, saya sempat kena saraf terjepit. Suami menyarankan untuk berhenti dan menjual seluruh benang. Namun, meski sudah didiskon, benang-benang itu nggak laku. Artinya, saya disuruh untuk terus merajut," tukas Indah, lalu tertawa ringan.&nbsp;

Nggak hanya menghasilkan profit, keterampilan merajut Indah juga telah menjalin asa untuk para penyandang kanker dan warga binaan di lapas. Panjang umur ya, Bu Indah! (Sundara/E10)

Inibaru.id - Di bawah tenda pameran UMKM di halaman Balai Kota Semarang, Indah Prihatiningsih, pemilik Ekkyta Collection duduk dengan tenang, tapi jemarinya lincah menari di atas gulungan benang, menuntaskan seutas tali tas yang belum selesai.

Sesekali, perempuan 60 tahun itu juga terlihat mengangkat wajah, menyapa pengunjung yang mampir, sebelum kembali pada ritme rajutannya.

Belajar merajut secara autodidak pada 2011, pemilik Ekkyta Collection, Indah Prihatiningsih, konsisten menyisihkan sebagian keuntungannya untuk anak-anak penyandang kanker; sekaligus mengajari warga lapas perempuan Semarang untuk belajar membuat tas rajut berkelas yang membuat Indah menjelajah pasar global.

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

Sebaliknya, kebun sawit adalah kawasan monokultur. Satu jenis tanaman mendominasi, lantai tanah sering terbuka, dan lapisan ekosistemnya sangat sederhana. Studi yang dikutip The Jakarta Post menegaskan, perkebunan sawit hanya mampu mendukung sebagian kecil spesies hutan. Riset lain yang dipublikasikan ScienceDaily menunjukkan hal serupa. Kebun sawit bukan habitat setara hutan tropis dan sebagian besar spesies nggak mampu beradaptasi di dalamnya.

Hasilnya sudah terlihat di banyak desa sekitar hutan. Semakin sedikit pepohonan asli, semakin sering satwa liar turun ke permukiman mencari makan. Mereka nggak “menyerang”, mereka hanya kehilangan ruang hidup.

Stok Karbon: Hutan Menyimpan, Sawit Membuang

Banyak klaim menyebut sawit “lebih efisien menyerap karbon,” namun para ilmuwan mengingatkan bahwa klaim itu menyesatkan. Menurut Profesor William Laurance yang dikutip Eco-Business, meski sawit tumbuh cepat, total karbon yang disimpan selama daur hidupnya jauh lebih rendah dibanding hutan primer.

Ketika hutan ditebang, karbon yang terkunci selama ratusan tahun terlepas ke atmosfer. Mongabay mencatat, konversi hutan ke sawit terutama di lahan gambut melepaskan emisi dalam jumlah masif. Sawit nggak mampu mengimbangi kehilangan itu, bahkan bisa menjadi sumber emisi baru ketika tanaman tua ditebang dan tanah kehilangan karbon.

Hutan tropis adalah bank karbon raksasa. Sawit hanyalah buku tabungan kecil.

Fungsi ekologis hutan juga nggak berhenti pada keanekaragaman hayati dan karbon. Hutan menjaga kesuburan tanah melalui siklus organik mulai daun gugur membentuk humus, mikroorganisme mengolah nutrisi, dan akar pohon menahan air. Tanah yang sehat membuat debit air stabil, sungai terjaga, dan wilayah terlindungi dari erosi.

Begitu hutan digantikan sawit, siklus itu terputus. Lahan menjadi lebih kering, tanah cepat padat, dan kebutuhan pupuk serta pestisida meningkat. Debit air menurun, longsor dan banjir menjadi lebih sering terjadi, dan suhu kawasan meningkat karena hilangnya kanopi yang meneduhkan.

Di banyak tempat, mata air mati bukan karena kemarau panjang, tetapi karena hilangnya pepohonan hutan.

Beberapa penelitian, seperti yang dirilis University of York, menemukan bahwa menyisakan sekitar 10 persen hutan asli dalam lanskap perkebunan dapat membantu menjaga sebagian kecil karbon dan biodiversitas. Namun angka itu tetap terlalu kecil untuk menggantikan kehilangan ekosistem hutan yang jauh lebih luas. Fragmentasi tetap terjadi, dan fungsi ekologis hutan tetap menurun drastis.

Hutan adalah satu kesatuan. Memisahkannya menjadi potongan-potongan kecil nggak akan membuat ekosistem bekerja seperti sediakala.

Hutan memberikan manfaat yang nggak bisa dihitung hanya dengan angka ekonomi. Ia menjaga air, menopang tanah, menstabilkan iklim, menyediakan habitat satwa, hingga menjadi benteng terakhir keanekaragaman hayati. Sementara perkebunan baik sawit, kopi, maupun karet memberi manfaat ekonomi jangka pendek yang penting bagi masyarakat, tetapi nggak dapat menggantikan kehidupan yang diberikan hutan.

Ketika hutan hilang, yang hilang bukan hanya pepohonan. Kita kehilangan penyangga kehidupan.

Karena itulah, setiap wacana mengganti hutan dengan kebun monokultur harus dilihat sebagai lebih dari sekadar keputusan tata guna lahan. Itu keputusan tentang masa depan, apakah kita ingin lingkungan yang stabil, atau ladang luas yang perlahan mengering. (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Di sejumlah daerah, barisan sawit yang rapi dan menghijau sering dianggap sebagai “pengganti” hutan. Dari kejauhan, pemandangannya tampak meyakinkan bahwa pohon-pohon tumbuh tinggi, daun lebat di kanan–kiri jalan, dan hamparan hijau sejauh mata memandang. Namun, poster edukasi lingkungan yang banyak beredar akhir-akhir ini sebenarnya memberi petunjuk penting hutan bukan sekadar deretan pohon. Ia adalah sistem kehidupan yang jauh lebih kompleks, sesuatu yang nggak dapat ditiru oleh kebun monokultur apa pun, termasuk sawit.

Hutan alami menyimpan biodiversitas yang luar biasa. Di dalamnya ada pepohonan raksasa, semak belukar, lumut, jamur, hingga organisme mikro yang hidup berdampingan dalam jaringan ekologis berlapis yaitu kanopi, bawah tajuk, hingga lantai hutan. Satwa liar seperti burung, primata, mamalia kecil, reptil, serangga penyerbuk menjadikannya rumah.

Hutan nggak bisa digantikan oleh kebun sawit atau tanaman monokultur lainnya. Di balik hamparan hijau yang tampak serupa, hutan menyimpan fungsi ekologis yang jauh lebih kompleks mulai dari biodiversitas, penyimpanan karbon, hingga penjaga tanah dan air yang nggak mampu ditiru perkebunan.

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

Inibaru.id &ndash; Berkunjung ke Kabupaten Purworejo bakal mengasyikkan jika punya kesempatan menjelajahi tempat-tempat wisatanya. Kabupaten yang menjadi tetangga Kota Yogyakarta ini punya beberapa tempat menarik untuk didatangi.
Kalau kamu belum punya daftar referensinya, beberapa tempat ini bisa kamu jadikan rujukanmu, lo.
Museum Tosan Aji
<img class="shrinkToFit" src="http://4.bp.blogspot.com/-Hu2a_cHn-uQ/UGalhb8hb7I/AAAAAAAAECU/L36OXGrm4mE/s1600/DSC04565.JPG" alt="http://4.bp.blogspot.com/-Hu2a_cHn-uQ/UGalhb8hb7I/AAAAAAAAECU/L36OXGrm4mE/s1600/DSC04565.JPG" width="885" height="664" />
<code>Ada ribuan pusaka yang disimpan di bangunan ini. (Kekunaan)</code>
Pengin melihat ribuan pusaka dari tiga kerajaan? Museum Tosan Aji bakal jadi tempat yang pas bagimu belajar. Di sana, kamu bisa melihat pusaka-pusaka dari Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Mataram.
Baca Juga: <a href="/adventurial/melihat-pusaka-tiga-kerajaan-di-museum-tosan-aji-purworejo" target="_blank">Melihat Pusaka Tiga Kerajaan di Museum Tosan Aji Purworejo</a>
Eh, setiap awal Sura, museum ini juga menggelar tradisi Jamasan, lo. Sudah pernah menyaksikan tradisi ini?
Benteng Pendem 
<img src="https://thumb.viva.co.id/media/frontend/thumbs3/2013/08/21/48250-0_665_374.jpg" alt="https://thumb.viva.co.id/media/frontend/thumbs3/2013/08/21/48250-0_665_374.jpg" />
<code>Benteng Pendem jadi salah satu peninggalan penjajah Jepang di Purworejo. (Viva)</code>
Benteng Pendem menjadi salah satu situs bersejarah di Purworejo. Benteng ini menjadi tempat pengintaian darat, laut, dan udara oleh militer Jepang. Pembangunannya menyimpan kisah sedih lantaran menimbulkan banyak korban.
Baca Juga: <a href="/adventurial/dibangun-pada-masa-penjajahan-jepang-benteng-pendem-purworejo-tetap-bertahan" target="_blank">Mencoba Bertahan Digerus Zaman, Benteng Pendem Purworejo Kurang Terurus</a>
Konon, kala itu banyak lelaki harus menjadi romusha untuk memenuhi target pembangunan penjajah. Usai pembangunan selesai, Jepang juga mengusir warga dan membakar rumah-rumah mereka.
Bukit Patihan Bruno
<img class="shrinkToFit transparent" src="https://portalpurworejo.com/wp-content/uploads/2018/04/IMG_20180407_013503.png" alt="https://portalpurworejo.com/wp-content/uploads/2018/04/IMG_20180407_013503.png" width="1027" height="664" />
<code>Ada banyak spot foto keren di bukit ini. (Portal Purworejo)</code>
Mencari spot berfoto yang kece? Kamu bisa coba mengunjungi Bukit Patihan Bruno. Di bukit ini, kamu bisa mendapatkan pemandangan alam yang memukau, Millens.
Baca Juga: <a href="/adventurial/berburu-foto-foto-cantik-di-bukit-patihan-bruno-purworejo" target="_blank">Berburu Foto-Foto Cantik di Bukit Patihan Bruno Purworejo</a>
Hutan nan hijau menjadi latar foto yang cantik. Selain pemandangan yang memukau, terdapat pula gardu pandang dengan bentuk yang unik hingga rumah pohon.
Sudah pernah mengunjungi ketiga tempat tersebut? Datanglah ke sana dan ciptakan kenangan manis bersama orang-orang tersayang. Selain tiga tempat tersebut, Purworejo masih memiliki wisata alam menarik lainnya, lo. Jangan ragu untuk mengeksplorasi kabupaten ini ya. (IB06/E03)

Purworejo memiliki beberapa tempat menarik untuk dikunjungi. Kamu yang sedang bingung mau ke mana jika berkunjung ke kabupaten ini, mungkin bisa menjadikan tiga tempat ini sebagai referensimu. Yuk, kepoin dulu di mana saja tempatnya.

Indah dan Penuh Sejarah, Ketiga Tempat Ini Asyik untuk Dikunjungi Selama di Purworejo

Inibaru.id &ndash; Bicara tentang pantai, sebagian orang mungkin bakal teringat Yogyakarta. Sebagai daerah wisata, Yogyakarta memang memiliki sejumlah pantai yang cantik.
Namun, jangan salah! Jika kamu sedang mencari pantai-pantai dengan spot foto yang keren, pantai-pantai di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, yang berbatasan langsung dengan DI Yogyakarta, ini juga bisa menjadi alternatifmu, lo.
Berikut tiga pantai yang pantas jadi objek fotografimu!
Pantai Ketawang
<img src="/nuploads/1/joumie15_pantai%20ketawang.jpg" alt="" width="985" height="800" />
<code>Menuju senja di Pantai Ketawang. (Instagram/joumie15)</code>
Pantai Ketawang menjadi tempat yang pas untuk bermain-main. Di sana, kamu bisa bersepeda, main voli, hingga balapan motor, lo.
Meski bukan pantai berpasir putih, pantai ini bisa jadi tempat yang pas menunggu matahari terbenam bersama orang istimewa.
Pantai Jatimalang
<img src="/nuploads/1/estriaseptiutami_pantai%20jatimalang.jpg" alt="" width="696" height="470" />
<code>Pantai Jatimalang. (Instagram/estriaseptiutami)</code>
Seperti Pantai Ketawang, senja yang indah bisa kamu temukan di Pantai Jatimalang. Di pantai ini, kamu nggak sekadar mendapatkan foto-foto menarik, tapi juga bisa membeli ikan dari nelayan. Ini lantaran nggak jauh dari pantai, terdapat pelelangan ikan. Selain membeli ikan mentah, kamu juga bisa menikmati masakan ikan di beberapa warung.
Pantai Pasir Puncu
<img src="/nuploads/1/igavi_tariaria_pantai%20puncu%20%281%29.jpg" alt="" width="1066" height="800" />
<code>Pantai Pasir Puncu. (Instagram/igavi_tariaria)</code>
Pantai Pasir Puncu memang nggak sebersih Pantai Ketawang dan Pantai Jatimalang. Namun, ada beberapa spot yang bisa dijadikan objek fotografi yang menarik, lo. Biaya masuk ke pantai ini juga gratis.
Seperti di Pantai Jatimalang, kamu bisa melihat para nelayan tengah memancing di sana. Kamu pun bisa membeli tangkapan mereka dengan harga yang murah.
Gimana, sudah siap menjelajahi pantai-pantai itu? Selain pantai, Purworejo juga punya banyak curug, lo. Kapan-kapan, jelajahi curug-curug di sana juga ya! (IB06/E03)

Nggak hanya DI Yogyakarta, pantai selatan di Jawa Tengah pun punya keindahannya sendiri, nggak terkecuali pantai-pantai di Purworejo. Ada pantai apa saja sih?

Cari Spot Foto yang Keren? Tiga Pantai di Purworejo Ini Bisa Jadi Pilihanmu, lo!

Inibaru.id &ndash; Sejumlah curug indah telah menjadi tujuan orang-orang berwisata ke Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Namun, jika kamu pengin mengeksplorasi kabupaten penghasil gula ini lebih jauh lagi, pantai-pantai di sana juga asyik untuk dikunjungi. Dari sekian pantai di sana, rasanya Pantai Ketawang layk masuk dalam daftar tujuanmu.
Berada di Dusun Ketawang, Desa Ketawangrejo, Kecamatan Grabag, pantai ini kerap menjadi arena bermain. Meski bukan pantai berpasir putih, keindahan Pantai Tawang bakal bikin kamu betah berlama-lama di sana.
Mau sekadar lari-larian, naik sepeda, atau main voli, memori indah bersama teman-teman atau orang terkasih bakal bisa kamu ciptakan di sana.
<img class="shrinkToFit" src="https://live.staticflickr.com/831/41850032271_5c8bca5d28_b.jpg" alt="https://live.staticflickr.com/831/41850032271_5c8bca5d28_b.jpg" width="995" height="664" />
<code>Kamu bakal betah duduk di bibir pantai dengan panorama cantik ini. (Flickr)</code>
Selain sekadar untuk bermain-main, Pantai Ketawang juga biasa digunakan untuk balapan, lo. Jangan salah, pantai ini menjadi arena pacuan kuda hingga balapan motor. Wah, wah, kamu yang hobi melakukan olahraga ekstrem jadi punya ruang nih.
Namun, ingat, walau bebas, kamu tetap harus berhati-hati ya, Millens. Ini karena Pantai Ketawang termasuk pantai dengan ombak yang besar.
Itu saja? Tunggu dulu! Jika kamu pengin menyaksikan jingga langit senja, Pantai Ketawang bakal menyuguhkan pemandangan yang memesona mata. Momen ini tentu sayang kalau nggak kamu abadikan. Jadi, siapkan pula kameramu ya!
Ah, Pantai Ketawang sepertinya memang menjadi tempat yang tepat untuk melarikan diri dari keramaian. (IB06/E03)

Meski nggak berpasir putih seperti kebanyakan pantai di Yogyakarta, Pantai Ketawang di Purworejo menjadi tempat yang nggak kalah mengasyikkan untuk menghabiskan waktu. Pemandangan matahari tenggelam bakal membuatmu betah berlama-lama di sana. Hm, siap-siap bawa kamera ya!

Lari-larian hingga Saksikan Sunset, Semua Bisa Dilakukan di Pantai Ketawang

Inibaru.id &ndash; Sunyi dan romantis! Jika kamu sedang mencari tempat untuk berkencan di Kabupaten Purworejo, Pantai Jatimalang mungkin bisa jadi pilihamu. Ya, senja di pantai ini menawarkan suasana yang bikin betah berlama-lama bersama pasangan.
Berada di Desa Jatimalang, Kecamatan Purwodadi, keindahan pantai ini sebaiknya nggak kamu lewatkan jika berlibur ke Purworejo.
Begitu tiba di sana, kamu bakal disambut patung Dewaruci. Patung yang menjadi ikon Pantai Jatimalang ini berbentuk seorang lelaki yang sedang bertarung dengan seekor naga. Di bawahnya, pasir hitam terbentang sepanjang bibir pantai. Sesekali, ombak besar bakal menyapu bibirnya, meninggalkan riak-riak kecil di air yang jernih.
<img src="https://cdn2.tstatic.net/travel/foto/bank/images/nelayan-pantai-jatimalang_20160909_142519.jpg" alt="https://cdn2.tstatic.net/travel/foto/bank/images/nelayan-pantai-jatimalang_20160909_142519.jpg" />
<code>Usai mencari ikan, para nelayan membawanya ke pelelangan yang lokasinya nggak jauh dari pantai ini. (Tribunnews)</code>
Di sana, kamu bisa melakukan penyelaman. Meski mungkin nggak seindah pantai lain di Purworejo, Pantai Jatimalang bisa menjadi tempat yang menyenangkan bersama keluarga. Kalau kamu terlalu takut dengan ombak yang besar, pihak pengelola juga menyediakan kolam renang air tawar yang bisa kamu gunakan.
Puas bermain, warung-warung dengan kuliner yang lezat bakal memanjakan lidah. Dengan harga yang relatif terjangkau, kamu bisa pulang dengan kenyang.
Selain menyantap olahan laut, kamu juga bisa mampir ke pelelangan ikan yang letaknya nggak jauh dari pantai ini. Siapa tahu, jenis-jenis ikan yang pengin kamu masak bisa kamu temukan di sana.
Mengingat Pantai Jatimalang gampang dijangkau dengan kendaraan pribadi, mungkin suatu saat tempat ini bakal bikin kamu pengin kembali. Hmm... (IB06/E03)

Pantai Jatimalang bisa menjadi alternatif liburanmu di Purworejo. Air laut yang jernih, pantai yang bersih, dan ombak yang menggelitik kaki di bibir pantai jadi alasan mengapa kamu harus ke pantai ini. Hm, siapa yang nggak tertarik menciptakan kenangan indah bersama orang terkasih di tempat seperti ini?

Ke Purworejo? Mari Mengukir Kenangan di Pantai Jatimalang!

Inibaru.id &ndash; Kamu yang sedang bingung mencari tempat berburu foto, mungkin bisa mempertimbangkan panorama di pantai-pantai Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Salah satu pantai yang menyuguhkan spot-spot menarik adalah Pantai Pasir Puncu.
Bagi kamu yang berada di luar kota, mungkin nama pantai ini kurang familiar di telinga. Namun, jangan salah, pemandangan matahari tenggelam di sana cukup indah, lo.
<img src="/nuploads/1/igavi_tariaria_pantai%20puncu.jpg" alt="" width="1066" height="800" />
<code>Matahari tenggelam di sini begitu indah. (Instagram/igavi_tariaria)</code>
Lokasinya yang dekat dengan Pantai Ketawang bakal memudahkanmu untuk menjangkaunya. Pantai Pasir Pucu berada di Desa Keburuhan, Kecamatan Ngombol. Seperti pantai-pantai lain di Laut Selatan, ombak besar bisa datang tiba-tiba di sana. Jadi, kalau mau berencana bermain-main ke pantai ini, harus tetap hati-hati ya, Millens.
Selama bermain-main, kamu bakal menjumpai nelayan yang sedang mencari ikan. Hasil tangkapan mereka bisa kamu beli, lo. Tapi ingat, jangan terlalu murah menawar ikan yang hendak kamu beli. Hargai hasil jerih payah mereka ya.
<img src="/nuploads/1/novenobita_pantai%20puncu%20indah.jpg" alt="" width="1066" height="800" />
Nelayan membawa pulang hasil tangkapan. (Instagram/novenobita)
Meski memiliki potensi untuk dikembangkan, sangat disayangkan jika belum ada yang mengelola pantai ini dengan baik. Lantaran nggak ada manajemen yang mengaturnya, nggak heran sesekali kamu bakal menjumpai sampah berserakan di sana.
Namun, bagi kamu yang sekadar pengin menikmati suasana laut, tempat ini mungkin bisa jadi pelar&iacute;an yang pas. Untuk masuk ke sana, kamu nggak bakal dikenakan biaya tiket masuk kok.
Kapan kamu ke Pantai Pasir Pucu? Rawat tempat wisata yang kamu mau datangi ya! (IB06/E03)

Siapkan kamera, karena kamu bakal menemukan keindahan yang sangat sayang kalau nggak diabadikan. Yap, karena kamu bakal menyambangi Pantai Pasir Puncu.

Berfoto, Bermain, dan Menunggu Matahari Terbenam di Pantai Pasir Puncu Purworejo

Inibaru.id &ndash; Bagi anak muda Purworejo, Bukit Patihan Bruno adalah objek wisata yang tepat untuk melepas kepenatan. Menawarkan suasana alam yang asri dan menyenangkan, bukit ini juga dikunjungi banyak orang lantaran memiliki spot-spot foto yang cantik.
Berada di Desa Giyombong, Kecamatan Bruno, bukit ini bisa diakses menggunakan kendaraan pribadi. Namun, mengingat rute di sana agak sulit, kamu sebaiknya meningkatkan kewaspadaanmu selama berkendara. Sebelum berburu foto, kamu tentu harus membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000.
<img class="shrinkToFit transparent" src="https://portalpurworejo.com/wp-content/uploads/2018/04/IMG_20180407_013503.png" alt="https://portalpurworejo.com/wp-content/uploads/2018/04/IMG_20180407_013503.png" width="1027" height="664" />
<code>Spot fotonya kece kan? (Portalpurworejo)</code>
Setiba di dalamnya, hijaunya pepohonan bakal menyergap matamu. Pemandangan asri ini tentu ciamik jika dipadukan dengan gardu pandang berbentuk bunga matahari. Nah, di sanalah jepretan-jepretan yang unik bisa kamu dapatkan.
Itu saja? Tunggu dulu! Selain gardu pandang bunga matahari, Bukit Patihan Bruno juga memiliki gardu pandang perahu. Kalau bosan dengan pemandangan di sana, kamu bisa mencoba berfoto di rumah pohon, Rumah Gadang, Tebing Matahari, dan hutan bambu. Wah, menarik kan?
<img src="https://4.bp.blogspot.com/--1Mb5l_ATqg/WgpIeE0FnPI/AAAAAAAABAA/Oz2uHHw84DsioNeCVTcQJd8hX00oADtcwCLcBGAs/s1600/images.jpg" alt="https://4.bp.blogspot.com/--1Mb5l_ATqg/WgpIeE0FnPI/AAAAAAAABAA/Oz2uHHw84DsioNeCVTcQJd8hX00oADtcwCLcBGAs/s1600/images.jpg" />
<code>Gardu pandang dengan bentuk perahu ini juga jadi tempat berfoto yang keren. (conglingbaobao)</code>
Dengan keindahannya yang memukau mata, kamu kapan berkunjung ke Bukit Patihan Bruno? Supaya liburanmu makin seru, ajak pula teman atau anggota keluarga ya! (IB06/E03)

Kamu yang hobi fotografi tentu nggak bakal melewatkan spot-spot keren untuk dijadikan latar berfoto. Nah, jika kamu sedang berkunjung ke Purworejo, Jawa Tengah, sebaiknya kamu juga nggak melewatkan kesempatan untuk mampir ke Bukit Patihan Bruno. Pemandangan indah bakal memanjakan matamu. Sudah pernah ke sana?

Berburu Foto-Foto Cantik di Bukit Patihan Bruno Purworejo

Inibaru.id &ndash; Bicara tentang pariwisata alam Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Goa Nguwik mungkin masih asing di telinga sebagian orang. Kendati berada dalam satu wilayah dengan Goa Seplawan dan Goa Sikantong, goa ini belum seramai keduanya. Meski belum ramai dikunjungi, bukan berarti pesona Goa Nguwik kalah indah, lo.
Berlokasi di Dukuh Katerban, Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing, Goa Nguwik memiliki panjang 220 meter. Untuk masuk ke dalamnya, kamu melewati mulut gua yang nggak terlalu besar. Penerangannya pun belum terlalu sempurna, karena baru menerangi sekitar 100 meter.
Jadi, jangan heran kalau pada beberapa bagian gua ini kamu hanya melihat kegelapan. Lantaran menjadi sarang kelelawar, jangan kaget pula jika sesekali terdengar kepak sayapnya.
<img class="transparent" src="https://magmagama.files.wordpress.com/2018/05/g5.png?w=736" alt="https://magmagama.files.wordpress.com/2018/05/g5.png?w=736" />
<code>Seorang pengunjung tengah menyentuh tetesan air dari stalagtit. (Magmagama.wordpress)</code>
Setiba di dalamnya, kamu bakal menjumpai bebatuan dengan bentuk yang unik. Jika pengin memotretnya, kamu harus pintar pula mencari sudut pengambilan gambar. Lantaran tetesan air dari stalagtit cukup banyak, kamu perlu berhati-hati supaya kameramu nggak terkena tetesan air.
Di gua ini pula, pernah ditemukan fosil-fosil yang diperkirakan berusia sekitar 900 ribu tahun. Tim purbakala dari Sangiran mengevakuasi fosil tiga jenis hewan, yaitu rusa, kudanil, serta badak. Proses evakuasinya berjalan lumayan sulit lantaran letaknya berada jauh di dalam goa.
Penasaran dengan keindahan Goa Nguwik? Datanglah ke Purworejo. Kalau sudah puas menikmati gua ini, kamu bisa menjelajahi objek wisata lainnya.
Gimana, sudah menyiapkan tasmu? Yuk, cus ke Goa Nguwik sekarang! (IB06/E03)

Goa Nguwik merupakan salah satu wisata alam yang layak masuk rekomendasi jika kamu memilih berlibur ke Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Kendati nggak memiliki lintasan sepanjang Goa Sikantong, goa ini menarik lantaran menjadi tempat ditemukannya beberapa fosil berusia ribuan tahun. 

Belum Terang Sepenuhnya, Berhati-hatilah Menyusuri Goa Nguwik Purworejo!

Inibaru.id &ndash; Gua merupakan salah satu objek yang menarik untuk dieksplorasi. Jika kamu lebih senang berwisata di alam terbuka, Kabupaten Purworejo punya beberapa goa yang asyik untuk dijelajahi.
Penasaran apa saja gua-gua ini? Kulik dulu informasinya berikut ini!
Goa Nguwik
<img src="/nuploads/1/Goa%20Nguwik.jpg" alt="" width="709" height="390" />
<code>Goa Nguwik. (Magmagama.wordpress)</code>
Goa Nguwik memiliki bebatuan yang indah. Dengan panjang 220 meter, goa ini bisa menjadi tempat yang pas jika kamu sedang berburu foto-foto cantik. Asal ingat, selama di sana, tetap lindungi kameramu dari tetesan air ya. Selain melindungi kamera, perhatikan pula langkah-langkahmu karena beberapa bagian di goa ini masih gelap.
Goa Sikantong
<img src="https://pesona.travel/media/taman-batu-gua-sikantong-primadona-baru-purworejo_140931_1140.jpeg" alt="" />
<code>Goa Sikantong. (Pesona.travel)</code>
Pengin menjelajahi goa dengan lintasan yang panjang? Goa Sikantong bisa menjawab rasa penasaranmu. Dengan lintasan sepanjang 1,5 kilometer, kamu bakal menjumpai berbagai rute yang menantang.
Meski begitu, semua rasa lelah yang kamu dapatkan bakal sepadan kok. Ini karena pemandangan di dalamnya begitu indah!
Goa Seplawan
<img src="http://4.bp.blogspot.com/-fwA-TFs_qko/T08AWjWbEMI/AAAAAAAACdI/Sly2ZyuXVxE/s1600/gua+seplawan+t.jpg" alt="" />
<code>Goa Seplawan. (Nakarasido)</code>
Seperti Goa Sikantong, Goa Seplawan pun memiliki ornamen bebatuan yang nggak kalah indah. Sebelum menyaksikan keindahan ornamen ini, kamu harus menuruni anak tangga batu yang menarik untuk dijadikan objek fotografi.
Ketiga goa tersebut berada di satu wilayah yaitu Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing. Ini tentu bakal mempermudah penjelajahanmu kalau belum puas menjelajahi satu goa saja. Nah, kapan kamu berkunjung ke desa ini, Millens? (IB06/E03)

Jangan ngaku berjiwa petualang kalau kamu belum menyusuri goa-goa di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Yap, kabupaten ini memiliki beberapa gua indah untuk dikunjungi, lo. Gua apa saja ya?

Menantang, Tiga Goa di Purworejo Ini Harus Kamu Eksplorasi!

Inibaru.id &ndash; Seru dan menegangkan! Mungkin, kesan itulah yang kamu dapatkan jika menjelajahi gua Sikantong. Yap, gua yang berada di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo ini sebaiknya masuk dalam daftar tujuanmu. Kamu yang mengaku berjiwa petualang tentu perlu mencoba sensasi menjelajahi gua dengan lintasan sepanjang 1,5 kilometer ini.
Lintasan ini menghadirkan pelbagai bentuk jalan yang menantang. Mulai dari yang kering hingga berlumpur bakal kamu jumpai di sana. Rute ini mungkin bakal membuat kamu merasa tertantang untuk menyelesaikannya. Nggak hanya menantang, pemandangan di dalam gua bakal bikin kamu terpesona, lo.
<img class="shrinkToFit" src="https://2.bp.blogspot.com/-enG379cLVW4/WGR2U-zC33I/AAAAAAAAATY/Cfk34DbxZ4I9MTFCAQw7WDdYlJiaCmo5QCLcB/s1600/IMG_3290.jpg" alt="https://2.bp.blogspot.com/-enG379cLVW4/WGR2U-zC33I/AAAAAAAAATY/Cfk34DbxZ4I9MTFCAQw7WDdYlJiaCmo5QCLcB/s1600/IMG_3290.jpg" width="885" height="664" />
<code>Seorang pengunjung tengah melihat bebatuan di Goa Sikantong. (wisatakabpurworejo.blogspot)</code>
Seperti Goa Seplawan, Goa Sikantong memiliki ornamen yang terbentuk dari stalaktik dan stalakmit. Ornamen ini mengundang decak kagum para wisatawan.
Meski mengagumkan, jangan sembarangan menyentuhnya ya, Millens. Tanyalah lebih dulu ke pemandu apakah bebatuan di sana boleh dipegang. Kalau pun boleh dipegang, pastikan kamu nggak punya niat merusaknya ya!
O ya, sebelum masuk ke Goa Sikantong, kamu harus membayar tiket sebesar Rp 5.000 dulu. Harga yang murah untuk menyaksikan keindahan alam di sana.
Goa Sikantong biasanya dibuka pada pukul 08.00 dan ditutup pukul 18.00 WIB. Nah, ketimbang bingung merencanakan hari liburmu di mana, kunjungi Goa Sikantong saja yuk! (IB06/E03)

Unik. Begitulah bebatuan yang terdapat di Goa Sikantong. Karena keunikannya inilah, Goa Sikantong menjadi tujuan banyak wisatawan. Selain unik, gua ini juga memiliki rute yang lumayan panjang, lo. Hm, kamu yang suka melakukan wisata menantang sebaiknya bikin jadwal khusus untuk ke sana ya.

Untuk Kamu yang Berjiwa Petualang, Goa Sikantong Purworejo Bisa Jadi Tujuanmu

Inibaru.id &ndash; Sebagai situs sejarah, Benteng Gempeng di Desa Dadirejo, Kecamatan Bagelen, menyimpan kisah sedih rakyat Indonesia di bawah penjajahan Jepang. Selain Benteng Gempeng, kamu rupanya bisa mengulik kisah sejarah Purworejo lainnya, lo. Museum Tosan Aji di Jalan Mayjend Sutoyo Nomor 10 menjadi tempat di mana kisah-kisah itu berada.
Di sana, tersimpan 1.138 pusaka dari tiga kerajaan yaitu Kerajaan Pajajaran, Majapahit, dan Mataram. Ribuan pusaka itu berupa keris, tombak, granggang, pedang, dan lain-lain.
Selain senjata pada masa lampau, Museum Tosan Aji juga menyimpan gamelan Kyai Cokronegoro. Gamelan ini bukan sembarang gamelan, lo. Gamelan ini merupakan hadiah yang diberikan oleh Sultan Paku Buwono VI pada Bupati pertama Purworejo, Tjokro Nagoro.
<img src="https://2.bp.blogspot.com/-XGS996eolj8/WE6I1mOrrAI/AAAAAAAALaY/VYfLyLtVzQsZciiWgT6anqiXCqXBvHcFACLcB/s1600/aji1.jpg" alt="https://2.bp.blogspot.com/-XGS996eolj8/WE6I1mOrrAI/AAAAAAAALaY/VYfLyLtVzQsZciiWgT6anqiXCqXBvHcFACLcB/s1600/aji1.jpg" />
<code>Gamelan Kyai Cokronegoro. (Ihategreenjello)</code>
Sejak didirikan pada 13 April 1987 oleh Gubernur Jawa Tengah Ismail, Museum Tosan Aji juga menjadi tempat dirawatnya benda-benda berupa arca, lingga, prasasti, fosil, dan batu gong. Terdapat pula sebuah samurai atau pedang yang diperkirakan dibuat pada 1538. Wih, koleksi museum ini benar-benar antik ya, Millens.
O ya, Museum Tosan Aji mempunyai ritual yang rutin digelar pada 1 Sura yaitu Jamasan Tosan Aji dan Ruwatan Masal. Ritual ini menjadi momen dibersihkannya sejumlah pusaka supaya tetap terawat. Kamu yang ketinggalan acaranya kemarin sebaiknya nggak melewatkan kesempatan untuk menyaksikan ritual unik ini tahun depan.
Eh, sudahkah kamu berkunjung ke museum ini? Yuk, belajar mengenal peninggalan-peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia! (IB06/E03)

Jika kamu sedang berencana mengenalkan adikmu pada warisan budaya Jawa, Museum Tosan Aji di Purworejo bisa menjadi tempat yang pas untuk belajar, Di museum ini, terdapat ribuan pusaka dari tiga kerajaan, lo. Yuk, berkunjung ke sana!