Suasana Warung yang Sederhana dan Bikin Betah

Begitu masuk ke area warung, suasananya langsung terasa Jogja banget: sederhana, hangat, dan jauh dari bising jalan raya. Tempatnya memang kecil, tapi justru itu yang menambah kesan rumahan. Pembeli duduk dengan sabar menunggu pesanan sambil menghirup aroma bumbu yang ditumis di atas tungku arang yang bikin kamu bernostalgia.

Penilaian para pengunjung yang datang pun rata-rata positif. Banyak yang memuji keramahan Pak Uun dan pelayanannya yang gesit, meski harus memasak hingga empat wajan sekaligus ketika sedang ramai-ramainya.

Salah satu keunikan Bakmi Pak Uun ada pada proses memasaknya yang tetap mempertahankan cara tradisional. Wajan panas diletakkan di atas tungku arang, lalu minyak dituang untuk menumis bumbu yang harum. Setelah itu baru ditambahkan daging ayam, air, sayuran, dan mie. Untuk nasi goreng, tahapannya hampir sama. Bedanya, setelah bumbu matang, nasi langsung digoreng hingga warnanya merata.

Teknik memasak ini menghasilkan aroma smokey yang lembut, khas masakan Jawa tempo dulu. Kuah bakmi godok-nya cenderung creamy, gurih, dan penuh rasa. Banyak pelanggan menyebut bakmi di sini terasa semakin nikmat karena menggunakan telur bebek. Pantas saja rasanya begitu kaya dan bikin susah lupa.

"Kuahnya creamy, kematangan mi pas, porsinya juga bikin kenyang," ungkap salah seorang pembuat konten kuliner terkemuka di Instagram @dyodoran.

Menu yang paling populer di sini tentu saja bakmi godok. Versi gorengnya juga tidak kalah sedap, cocok buat kamu yang kurang suka makanan berkuah. Ada juga nasi goreng dengan cita rasa klasik ala kampung. Harga per porsinya mulai sekitar Rp17.000 saja, murah untuk ukuran cita rasa yang bikin pelanggan balik lagi berkali-kali.

Beberapa pengunjung punya rekomendasi personal. Ada yang selalu pesan bakmi godok telur bebek, ada pula yang menyarankan minuman jahe serai sebagai pendamping biar tubuh hangat di malam hari. Kalau mau lebih nendang, teh hangat atau kopi juga cocok menemani makanmu.

Bakmi Palbapang Pak Uun bukan sekadar tempat kuliner karena menawarkan pengalaman dari suasana kampung yang tenang sampai aroma arang yang menguar dari dapur kecilnya. Jadi kalau kamu sedang di Bantul atau lagi kangen cita rasa bakmi Jawa yang otentik, warung ini wajib banget kamu sambangi. 

Ingat, datang lebih awal, ya, Gez, biar nggak kehabisan! (Arie Widodo/E07)

Inibaru.id - Kalau kamu penyuka bakmi Jawa, nama Bakmi Palbapang Pak Uun rasanya wajib masuk daftar kunjungan. Warung kecil yang tersembunyi di tengah permukiman Bantul ini sudah jadi legenda sejak tahun 2000. Meski lokasinya nyempil di Karasan, Palbapang, banyak orang rela “blusukan” demi seporsi bakmi godok gurih yang konon bikin ketagihan.

Warung Bakmi Pak Uun buka setiap hari mulai pukul 17.00 sampai 22.00 WIB. Tapi jangan tertipu jam tutupnya ya karena sering kali dalam tiga jam saja setelah buka, seluruh menu sudah ludes. Banyak food hunter yang sudah mengingatkan: kalau mau dapat jatah, datanglah sebelum malam benar-benar larut.

Meski buka sejak pukul 17.00 sampai 22.00 WIB, terkadang Bakmi Palbapang Pak Uun sudah kehabisan makanan saking banyaknya pembeli yang datang.

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

Salah satu penyebab utama risiko ini datang dari kualitas charger itu sendiri. Banyak charger murah atau palsu yang beredar, dan sayangnya, masih sering kita temui di rumah-rumah.

Charger semacam ini biasanya tidak punya sistem perlindungan arus, panas, atau pemutus otomatis. Jadi saat tetap terhubung ke listrik, ia akan terus bekerja dan menghasilkan panas. Kalau komponennya kurang bagus, panas yang menumpuk bisa memicu kerusakan, bahkan kebakaran.

Selain kualitas, faktor lingkungan juga berpengaruh. Charger yang dibiarkan menancap dan berada di area tertutup, misalnya dekat tumpukan barang atau di belakang furnitur, lebih mudah terperangkap panas. Apalagi kalau ruangan cenderung panas atau lembap, risiko kerusakan pada charger pun semakin tinggi.

Walau jarang terjadi, fluktuasi listrik dan sambaran petir bisa mempengaruhi perangkat yang sedang terhubung ke soket. Charger yang tidak punya pelindung arus bisa rusak seketika saat ada lonjakan tegangan. Dalam kasus ekstrem, korsleting bisa terjadi dan menimbulkan percikan api. Memang bukan sesuatu yang terjadi setiap hari, tapi cukup banyak orang yang baru sadar setelah perangkat mereka gosong duluan.

Peluang Muncul Ledakan Kecil, Tapi Tetap Ada

Tenang, bukan berarti setiap charger yang kamu biarkan menancap bakal “meledak”. Kalau kamu memakai charger asli dari jenama terpercaya, risiko masalah ini jauh lebih kecil. Produk resmi biasanya sudah melewati uji keselamatan dan punya fitur pencegahan panas berlebih. Tapi tetap saja, risiko kecil bukan berarti nol, apalagi kalau chargermu sudah menua, sering jatuh, atau pernah terasa panas berlebihan.

Untuk charger palsu, ceritanya beda. Risiko korsleting atau kebakaran naik berkali-kali lipat karena komponennya nggak dirancang tahan lama. Jadi lebih baik hindari, ya.

Biar nggak waswas, kamu bisa melakukan beberapa langkah sederhana:

Jadi, meski kelihatannya sepele, kebiasaan membiarkan charger tetap menancap tetap punya risiko. Baiknya segera lepas dari stopkontak deh kalau memang sudah nggak dipakai. Setuju, Gez? (Arie Widodo/E07)

Inibaru.id - Kita semua pasti pernah melakukan ini: selesai ngecas, ponsel dicabut, tapi kepala chargernya tetap anteng nempel di stopkontak. Kelihatannya sih nggak masalah. Toh nggak lagi dipakai, kan? Tapi ternyata kebiasaan kecil ini bisa menimbulkan risiko yang jarang kita sadari.

Meski jarang terjadi, ada kemungkinan kepala charger yang dibiarkan terus menancap bisa bermasalah. Tapi, jangan keburu membayangkan munculnya ledakan dramatis seperti di film, ya. Masalahnya biasanya jauh lebih sederhana, tapi tetap berbahaya kalau dibiarkan.

Banyak dari kita yang membiarkan kepala charger terus menancap di stop kontak meski sudah nggak lagi dipakai. Apakah hal ini berbahaya jika dibiarkan?

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

Peresmian dilakukan oleh Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Drs Agus Andrianto SH MH bersama jajaran pejabat kementerian, pimpinan Undip, dan perwakilan pemerintah daerah.


Dalam sambutannya, Menteri Agus menegaskan komitmen pemerintah untuk memperluas akses layanan keimigrasian. Dia mengatakan, keberadaan titik layanan di kampus menjadikan pelayanan semakin cepat, responsif, dan dekat dengan masyarakat.

"Saya berharap layanan ini bisa menjadi model bagi daerah lain," sebutnya.

Layanan yang dibuka meliputi penerbitan dan penggantian paspor WNI, BAP paspor hilang atau rusak, pelayanan izin tinggal WNA, serta konsultasi dan informasi keimigrasian.


Usai peresmian yang dilakukan dengan memukul gong, Menteri Agus meninjau ruang pelayanan yang telah dilengkapi ruang tunggu kondusif, sistem antrean terintegrasi, serta petugas yang telah dipersiapkan secara khusus.

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Imigrasi Jateng Haryono Agus Setiawan menyampaikan, layanan ini merupakan langkah strategis untuk mendekatkan pelayanan keimigrasian kepada masyarakat.


"Kehadiran layanan ini juga mempermudah mahasiswa asing Undip untuk mengurus izin tinggal, jadi akan mendukung kenyamanan mereka menjalani aktivitas akademik," jelasnya.

Setali tiga uang, Rektor Undip Prof Dr Suharmono SE MSi juga menyambut baik kerja sama tersebut dan menyatakan bahwa Undip siap menyediakan segala fasilitas yang diperlukan agar pelayanan imigrasi dapat berjalan optimal dan mudah diakses.

Campus Immigration Point di Undip diharapkan menjadi percontohan nasional dan mendorong kampus lain menghadirkan layanan publik serupa, terutama di lingkungan perguruan tinggi dengan aktivitas internasional yang tinggi.

Keberadaan layanan ini di kampus menegaskan bahwa Undip memiliki "aktivitas internasional" yang cukup baik. Kampus lain gimana, nih? (Murjangkung/E10)&nbsp;

Inibaru.id - Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Semarang meresmikan Campus Immigration Point di Universitas Diponegoro (Undip) pada Senin (1/12/2025) kemarin. Layanan ini menjadi yang pertama di Indonesia, yang memungkinkan pengurusan dokumen keimigrasian langsung di lingkungan kampus.

Dengan hadirnya fasilitas tersebut, mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, di lingkungan Undip bisa mengurus paspor hingga izin tinggal tanpa harus datang ke kantor imigrasi. Hal tersebut juga berlaku untuk masyarakat umum yang bukan merupakan bagian dari Undip.

Layanan Campus Immigration Undip ini menjadi yang pertama di Indonesia dan memungkinkan pengurusan dokumen keimigrasian langsung di lingkungan kampus, sekaligus menegaskan 'aktivitas internasional' yang cukup baik di salah satu kampus terbaik di Kota Semarang ini.

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

Tas rajut buatan tangan dari perempuan kreatif asal Kota Semarang yang sehari-hari berprofesi sebagai ibu rumah tangga tersebut telah menempuh perjalanan jauh: menembus pasar dunia, menguatkan pejuang kanker, dan membuka ruang pemberdayaan bagi warga binaan Lapas Perempuan Semarang.

"Merajut itu awalnya hanya hobi. Karena anak-anak sudah besar, saya mengisi waktu luang dengan merajut. Saya ibu rumah tangga, ikut suami dinas di daerah terpencil, sehingga memilih fokus mengurus anak-anak," ujar Indah saat ditemui Inibaru.id akhir November lalu.

Indah mengaku belajar merajut secara autodidak sejak 2011. Gurunya adalah internet dan Youtube. Awal-awal berkreasi, dia hanya membuat taplak meja dan dompet kecil. Namun, seiring waktu, keterampilannya meningkat hingga bisa membuat tas rajut sendiri.

Sedikit demi sedikit, dunia rajut yang awalnya hanya pengisi waktu luang justru menjadi peluang. Indah merasa bangkit dan berdaya. Sembari melakoni keseharian sebagai ibu rumah tangga, dia mulai bisa melihat betapa besar peluang bisnis yang tersimpan dalam setiap karyanya.

Pada 2017, ketika sebagian besar pelaku UMKM masih berkutat di pasar lokal, Indah justru sudah merasakan aroma pasar global. Melalui PT Mas di Solo, dia dipercaya mengerjakan produk home decor untuk dikirim ke negara-negara di Eropa.

Sistemnya maklun; perusahaan menyediakan bahan, lalu Indah menangani produksi dan merekrut tenaga kerja yang dia latih sendiri.

Tas rajut buatan Indah merambah hingga Dubai setelah karya-karyanya dua kali lolos kurasi mengikuti pameran BRI UMKM EXPO(RT). Dalam sesi business matching, dia bertemu buyer luar negeri yang kemudian memesan 1.000 tas makram untuk pasar Dubai.

"Semula diminta selesai satu bulan, saya nggak sanggup. Akhirnya dinego jadi lima bulan, per bulan 200 pieces. Saya ngajari orang-orang, mereka ikut mengerjakan," ungkap Indah.&nbsp;

Di antara banyak teknik, tapestri menjadi yang paling dia kuasai karena memungkinkan eksplorasi pola dan gambar. Dari sinilah lahir tas rajut bermotif batik berbahan dasar kulit yang harganya menyentuh angka Rp900 ribu per item.

Namun, di antara deretan pencapaian tersebut, ada satu bab yang paling mengesankan di pikiran Indah, yakni perjalanannya keliling Indonesia mengedukasi cara mengolah plastik menjadi tas rajut, kemudian mendonasikan hasil kegiatannya untuk menguatkan anak-anak penyandang kanker.

"Tahun 2019 itu kan lagi ramainya kampanye pengurangan plastik. Buat saya, plastik itu memang sulit dihilangkan total. Jadi, bagaimana cara mengurangi, bagi saya salah satunya ya diubah jadi tas rajut, karena bisa dipakai selama bertahun-tahun," kata Indah.

Plastik-plastik itu dipotong selebar kurang lebih dua sentimeter, lalu dirajut seperti biasa. Prosesnya memang lebih sulit dibanding merajut benang biasa, tetapi hasilnya kuat dan tahan lama. Namun, karya ini bukanlah produk komersial utama. Dia lebih sering membawanya untuk kampanye reduksi sampah sekali pakai.

Profit memang nggak selalu menjadi tujuan utamanya berkarya. Bahkan, pada pameran ini pun, dia dan temannya sudah sepakat untuk menyumbangkan dana yang terkumpul ke Yayasan Kanker Anak Indonesia sebagai dukungan moral bagi anak-anak yang tengah berjuang melawan penyakit ganas itu.

"Tidak semua hal harus berupa profit. Saya senang kalau apa yang saya kerjakan bisa bermanfaat buat orang lain," lontarnya.

Memberdayakan Warga Binaan Lapas Perempuan

Jiwa sosial Indah terus tumbuh, termasuk dalam berbagi ilmu. Ibu tiga anak itu mengaku akan dengan senang hati membagikannya, termasuk saat mengajari warga binaan di Lapas Perempuan Semarang merajut tanpa meminta bayaran sepeser pun.

"Di Lapas Perempuan itu saya nggak dibayar sama sekali. Murni untuk berbagi ilmu. Kalau ada yang benar-benar tertarik, saya kasih alatnya, saya kasih benangnya. Biar nanti kalau mereka keluar (bebas), bisa melanjutkan yang dia bisa," paparnya.

Warga binaan yang telah diajari Indah juga diberdayakan untuk membantu produksi. Bahan dan desain berasal darinya, lalu mereka mengerjakan sesuai kemampuan dan waktu. Setiap pekerjaan mereka tetap dibayar sebagai tambahan penghasilan dari dalam penjara.&nbsp;

Bagi Indah, menguatkan penyandang kanker dan berbagi ilmu dengan warga binaan adalah dua wajah dari misi yang sama, yakni untuk memanusiakan manusia lewat keterampilan. Merajut baginya bukan lagi sekadar aktivitas tangan, melainkan cara menyalurkan empati.

Saat ini Indah hanya dibantu satu karyawan tetap yang menjaga tokonya di kawasan Sambiroto. Proses produksi sehari-harinya masih dikerjakan sendiri, tetapi jika pesanan membludak, barulah dia melibatkan orang lain.

"Saya nggak menyangka bisa sejauh ini. Saat pandemi Covid-19, saya sempat kena saraf terjepit. Suami menyarankan untuk berhenti dan menjual seluruh benang. Namun, meski sudah didiskon, benang-benang itu nggak laku. Artinya, saya disuruh untuk terus merajut," tukas Indah, lalu tertawa ringan.&nbsp;

Nggak hanya menghasilkan profit, keterampilan merajut Indah juga telah menjalin asa untuk para penyandang kanker dan warga binaan di lapas. Panjang umur ya, Bu Indah! (Sundara/E10)

Inibaru.id - Di bawah tenda pameran UMKM di halaman Balai Kota Semarang, Indah Prihatiningsih, pemilik Ekkyta Collection duduk dengan tenang, tapi jemarinya lincah menari di atas gulungan benang, menuntaskan seutas tali tas yang belum selesai.

Sesekali, perempuan 60 tahun itu juga terlihat mengangkat wajah, menyapa pengunjung yang mampir, sebelum kembali pada ritme rajutannya.

Belajar merajut secara autodidak pada 2011, pemilik Ekkyta Collection, Indah Prihatiningsih, konsisten menyisihkan sebagian keuntungannya untuk anak-anak penyandang kanker; sekaligus mengajari warga lapas perempuan Semarang untuk belajar membuat tas rajut berkelas yang membuat Indah menjelajah pasar global.

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

Sebaliknya, kebun sawit adalah kawasan monokultur. Satu jenis tanaman mendominasi, lantai tanah sering terbuka, dan lapisan ekosistemnya sangat sederhana. Studi yang dikutip The Jakarta Post menegaskan, perkebunan sawit hanya mampu mendukung sebagian kecil spesies hutan. Riset lain yang dipublikasikan ScienceDaily menunjukkan hal serupa. Kebun sawit bukan habitat setara hutan tropis dan sebagian besar spesies nggak mampu beradaptasi di dalamnya.

Hasilnya sudah terlihat di banyak desa sekitar hutan. Semakin sedikit pepohonan asli, semakin sering satwa liar turun ke permukiman mencari makan. Mereka nggak “menyerang”, mereka hanya kehilangan ruang hidup.

Stok Karbon: Hutan Menyimpan, Sawit Membuang

Banyak klaim menyebut sawit “lebih efisien menyerap karbon,” namun para ilmuwan mengingatkan bahwa klaim itu menyesatkan. Menurut Profesor William Laurance yang dikutip Eco-Business, meski sawit tumbuh cepat, total karbon yang disimpan selama daur hidupnya jauh lebih rendah dibanding hutan primer.

Ketika hutan ditebang, karbon yang terkunci selama ratusan tahun terlepas ke atmosfer. Mongabay mencatat, konversi hutan ke sawit terutama di lahan gambut melepaskan emisi dalam jumlah masif. Sawit nggak mampu mengimbangi kehilangan itu, bahkan bisa menjadi sumber emisi baru ketika tanaman tua ditebang dan tanah kehilangan karbon.

Hutan tropis adalah bank karbon raksasa. Sawit hanyalah buku tabungan kecil.

Fungsi ekologis hutan juga nggak berhenti pada keanekaragaman hayati dan karbon. Hutan menjaga kesuburan tanah melalui siklus organik mulai daun gugur membentuk humus, mikroorganisme mengolah nutrisi, dan akar pohon menahan air. Tanah yang sehat membuat debit air stabil, sungai terjaga, dan wilayah terlindungi dari erosi.

Begitu hutan digantikan sawit, siklus itu terputus. Lahan menjadi lebih kering, tanah cepat padat, dan kebutuhan pupuk serta pestisida meningkat. Debit air menurun, longsor dan banjir menjadi lebih sering terjadi, dan suhu kawasan meningkat karena hilangnya kanopi yang meneduhkan.

Di banyak tempat, mata air mati bukan karena kemarau panjang, tetapi karena hilangnya pepohonan hutan.

Beberapa penelitian, seperti yang dirilis University of York, menemukan bahwa menyisakan sekitar 10 persen hutan asli dalam lanskap perkebunan dapat membantu menjaga sebagian kecil karbon dan biodiversitas. Namun angka itu tetap terlalu kecil untuk menggantikan kehilangan ekosistem hutan yang jauh lebih luas. Fragmentasi tetap terjadi, dan fungsi ekologis hutan tetap menurun drastis.

Hutan adalah satu kesatuan. Memisahkannya menjadi potongan-potongan kecil nggak akan membuat ekosistem bekerja seperti sediakala.

Hutan memberikan manfaat yang nggak bisa dihitung hanya dengan angka ekonomi. Ia menjaga air, menopang tanah, menstabilkan iklim, menyediakan habitat satwa, hingga menjadi benteng terakhir keanekaragaman hayati. Sementara perkebunan baik sawit, kopi, maupun karet memberi manfaat ekonomi jangka pendek yang penting bagi masyarakat, tetapi nggak dapat menggantikan kehidupan yang diberikan hutan.

Ketika hutan hilang, yang hilang bukan hanya pepohonan. Kita kehilangan penyangga kehidupan.

Karena itulah, setiap wacana mengganti hutan dengan kebun monokultur harus dilihat sebagai lebih dari sekadar keputusan tata guna lahan. Itu keputusan tentang masa depan, apakah kita ingin lingkungan yang stabil, atau ladang luas yang perlahan mengering. (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Di sejumlah daerah, barisan sawit yang rapi dan menghijau sering dianggap sebagai “pengganti” hutan. Dari kejauhan, pemandangannya tampak meyakinkan bahwa pohon-pohon tumbuh tinggi, daun lebat di kanan–kiri jalan, dan hamparan hijau sejauh mata memandang. Namun, poster edukasi lingkungan yang banyak beredar akhir-akhir ini sebenarnya memberi petunjuk penting hutan bukan sekadar deretan pohon. Ia adalah sistem kehidupan yang jauh lebih kompleks, sesuatu yang nggak dapat ditiru oleh kebun monokultur apa pun, termasuk sawit.

Hutan alami menyimpan biodiversitas yang luar biasa. Di dalamnya ada pepohonan raksasa, semak belukar, lumut, jamur, hingga organisme mikro yang hidup berdampingan dalam jaringan ekologis berlapis yaitu kanopi, bawah tajuk, hingga lantai hutan. Satwa liar seperti burung, primata, mamalia kecil, reptil, serangga penyerbuk menjadikannya rumah.

Hutan nggak bisa digantikan oleh kebun sawit atau tanaman monokultur lainnya. Di balik hamparan hijau yang tampak serupa, hutan menyimpan fungsi ekologis yang jauh lebih kompleks mulai dari biodiversitas, penyimpanan karbon, hingga penjaga tanah dan air yang nggak mampu ditiru perkebunan.

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

Inibaru.id &ndash; Jika kamu mudik melintasi wilayah pantai utara Jawa Tengah, Kabupaten Batang mungkin bisa menjadi persinggahanmu. Selain berburu kuliner, kamu bisa menikmati sejumlah lokawisata alam yang menarik, di antaranya wisata air terjun atau curug.
Selain Kebumen, Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Pekalongan itu memang dikenal memiliki banyak air terjun yang cukup menarik untuk disambangi. Air curug yang bening dan menyegarkan yang dipadu dengan pemandangan alam yang memesona tentu saja pas untukmu yang tengah penat setelah berkendara cukup lama.
Hm, apa saja curug yang bisa kamu kunjungi jika berkunjung ke sana?
Curug Genting
<img src="http://cdn2.tstatic.net/jateng/foto/bank/images/curung-genting-yang-terletak-di-desa-bawang-kecamatan-blado-kabupaten-batang_20180922_201623.jpg" alt="http://cdn2.tstatic.net/jateng/foto/bank/images/curung-genting-yang-terletak-di-desa-bawang-kecamatan-blado-kabupaten-batang_20180922_201623.jpg" />
<code>Tampak menyegarkan, kan? (Tribunnews)</code>
Curug Genting berada di Desa Bawang, Kecamatan Blado. Curug ini memiliki goa dengan kedalaman sekitar 17 meter yang bisa kamu jelajahi. Bicara soal pesona alamnya, di sekitar curug ini terdapat pepohonan pinus yang bisa jadi latar berfoto-foto, lo.
Curug Agung
<img src="https://2.bp.blogspot.com/-A3lD7UdRsZw/Vd5ub2EgkCI/AAAAAAAAC8E/hjwtJrXKebE/s640/Curug%2BAgung%2BBawang%2BBatang.jpg" alt="https://2.bp.blogspot.com/-A3lD7UdRsZw/Vd5ub2EgkCI/AAAAAAAAC8E/hjwtJrXKebE/s640/Curug%2BAgung%2BBawang%2BBatang.jpg" />
<code>Tekstur bebatuannya unik ya. (Mbatang.com)</code>
Berada di Dukuh Pagedigan, Desa Pasusukan, Kecamatan Bawang, Curug Agung masuk dalam daftar destinasi wisata yang patut kamu kunjungi. Air di curug ini dipercaya masyarakat setempat bisa menyembuhkan pelbagai penyakit. Boleh percaya, boleh enggak ya untuk hal ini. He-he.
Curug Gombong
<img src="https://asset.kompas.com/crop/34x106:1000x750/750x500/data/photo/2018/05/07/2637727714.jpg" alt="https://asset.kompas.com/crop/34x106:1000x750/750x500/data/photo/2018/05/07/2637727714.jpg" />
<code>Curug Gombong bisa jadi spot baru narsis. (Kompas)</code>
Curug Gombong terdiri atas dua curug yakni Curug Lanang dan Curug Wadon. Air terjun di Curug Gombong memiliki ketinggian sekitar 15 meter. Meski menyegarkan, sebaiknya berhati-hatilah saat berenang di curug ini ya, Millens. Ya, ini karena tepat di belakang air terjun terdapat sebuah lubang berarus deras yang membahayakan.
Jadi, sangat disarankan untuk nggak berenang terlalu dekat dengan air terjun.
Curug Sijeglong
<img src="https://tempatwisataseru.com/wp-content/uploads/2018/11/Curug-Sijeglong-via-luxman_ibrahim.jpg" alt="https://tempatwisataseru.com/wp-content/uploads/2018/11/Curug-Sijeglong-via-luxman_ibrahim.jpg" />
<code>Berenang di dekat jurang jadi sensasi tersendiri di Curug Sijeglong. (tempatwisataseru)</code>
Pemandangan indah berikutnya bisa kamu dapatkan di Curug Sijeglong. Di curug ini, kamu akan menyaksikan air dengan kejernihan yang mengagumkan. Di sana, kamu juga bakal menemukan kolam yang berada di bibir jurang. Kolam ini bakal mengingatkanmu pada kolam yang berada di gedung bertingkat. Penasaran? Yuk, ke sana.
Kamera tentu jadi barang yang nggak boleh ditinggalkan jika mengunjungi keempat curug itu. Kamu yang hobi narsis pasti bakal punya stok foto-foto keren. Jadi, dandan yang kece ya! Ha-ha. (IB15/E03)

Dikenal sebagai wilayah dengan lokawisata alamnya yang menawan, Kabupaten Batang layak menjadi tempat singgahmu jika kebetulan sedang mudik dan melintasi wilayah pantai utara Jateng. Ya, karena di sana, sejumlah air terjun siap menghalau penatmu setelah sekian lama berkendara.

Mudik Melintasi Pantura Jateng, Jangan Lupa Sambangi Empat Curug di Batang Ini

Inibaru.id &ndash; Curug Genting di Kabupaten Batang, Jawa Tengah merupakan surga bagi para traveler yang menggemari wisata alam. Curug yang berada di Desa Bawang, Kecamatan Blado, ini menyuguhkan keindahan yang memukau mata.
Jika kamu sedang berkunjung ke kabupaten ini, mampirlah sejenak untuk menikmati panorama cantiknya. Meski sudah lebih dikenal masyarakat dengan keindahan alamnya, Curug Genting masih kental dengan mitos, lo.
Menurut masyarakat setempat, gapura yang menjadi pintu masuk ke curug ini merupakan mulut Batara Kala. Dalam mitologi Hindu, Batara Kala merupakan putra Dewa Siwa. Dengan mengetahui mitos ini, sebaiknya jaga tingkah lakumu selama di sana ya.
Hawa sejuk bakal menyambutmu saat tiba di depan air terjun.Oya, selain air terjun, Curug Genting juga memiliki goa dengan kedalaman 17 meter, lo. Di dalam goa tersebut, air mengalir menerpa bebatuan yang nggak sedikit jumlahnya. Kalau kamu mau memasuki goa ini, sebaiknya hati-hati ya supaya nggak terpeleset.
<img class="" src="http://rpkp.org/wp-content/uploads/2017/11/Curug-Genting-Kabupaten-Batang.jpg" alt="http://rpkp.org/wp-content/uploads/2017/11/Curug-Genting-Kabupaten-Batang.jpg" />
<code>Asri dan segar kan? (rpkp.org)</code>
Usai mengeksplorasi goa, alam di sekitar air terjun ini juga sebaiknya kamu eksplor, Millens. Hutan pinus di sana mungkin akan mengingatkanmu pada hutan di beberapa film. Di hutan itu, terdapat pula gardu pandang dan beberapa spot foto. Kamu yang hobi fotografi atau sekadar narsis tentu sebaiknya nggak lupa bawa kamera.
Eh, tunggu dulu. Sebelum terbuai dengan keindahan Curug Genting, bayar dulu tiket masuknya ya. He-he. Nggak mahal, kok. Untuk masuk ke tempat ini, kamu perlu mengeluarkan uang sebanyak Rp 5.000 per orang. Ini belum termasuk biaya parkir.
Supaya rekreasimu makin seru, ajaklah keluarga dan teman ke sana. Gimana. sudahkah kamu memasukkan tempat ini dalam daftar tujuanmu? (IB15/E03)

Di Curug Genting, air terjun jatuh secara vertikal dengan sempurna dari ketinggian. Dari kejauhan pemandangan itu tampak menawan di antara pepohonan hijau yang masih lebat khas alam Kabupaten Batang. 

Keindahan Gua dan Air Terjun Berpadu di Curug Genting Batang

Inibaru.id &ndash; Berenang di ketinggian memberi sensasi tertentu bagi sebagian orang. Untuk merasakan sensasi ini, mereka memilih berenang di gedung bertingkat dengan harga tiket yang agak mahal.
Kalau sedang berkunjung ke Kabupaten Batang, kamu bisa merasakan sensasi renang di ketinggian ini dengan biaya yang lebih murah, lo. Hm, di mana sih tempatnya?
<img src="/nuploads/1/umum/curug%20jeglong%202.jpg" alt="" width="659" height="539" />
<code>Air jernih menghijau, siapa nggak terpukau? (mbatangblog.wordpress)</code>
Sensasi renang di ketinggian bisa kamu rasakan di Curug Sijeglong. Curug yang berada di Desa Margosono, Kecamatan Tersono, ini menjadi tujuan traveler lantaran menawarkan pemandangan yang indah. Air di tempat ini begitu jernih hingga menghasilkan warna biru kehijauan.
Alih-alih bermain di air terjunnya, kolam renang di bibir juranglah yang justru menarik minat wisatawan. Curug Sijeglong terdiri atas empat tingkatan. Tiap tingkatan ini memiliki satu kolam. Hm, kebayang dong gimana serunya menikmati kolam-kolam tersebut satu per satu.
Bicara soal nama, Sijeglong berasal dari kata jeglong, kata dalam bahasa Jawa yang berarti cerukan. Untuk melihat bagaimana keadaan ceruk di setiap tingkatan tersebut, kamu bisa melewati beberapa akses jalan seperti jembatan bambu dan tangga yang diberi tali pengaman.
<img src="https://jelajahkhatulistiwa.com/wp-content/uploads/2018/07/Pesona-Curug-Bidadari-Batang-yang-Kian-Menantang3.jpg" alt="https://jelajahkhatulistiwa.com/wp-content/uploads/2018/07/Pesona-Curug-Bidadari-Batang-yang-Kian-Menantang3.jpg" width="676" height="377" />
<code>Jernih banget kan airnya? (jelajahkhatulistiwa)</code>
Jika berkunjung ke sana, gunakan alas kaki yang nyaman supaya nggak terpeleset ya. Ini karena medan yang akan kamu tempuh licin dan terjal, Millens.
Selain berenang, kamu juga bisa melakukan tubbing di Sungai Lampir, lo. Sungai inilah yang menjadi sumber mata air kolam-kolam di Curug Sijeglong. Sebelum melakukan kegiatan agak ekstrem ini, pastikan fisikmu oke ya.
Ah, keindahan Curug Sijeglong memang memukau mata. Kapan-kapan, kamu harus balik ke sana ya! (IB15/E03)

Jernih, segar, dan indah! Kesan-kesan ini mungkin akan tertanam dalam benakmu saat melihat keindahan Curug Sijeglong. Berada di Desa Margosono, Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang, Curug Sijeglong juga menawarkan sensasi berenang di pinggir jurang. Hm, berani coba?

Uji Nyalimu dengan Berenang di Ketinggian Kolam-Kolam Curug Sijeglong

Inibaru.id &ndash; Lelah mendaki hingga ribuan meter di atas permukaan laut terbayar begitu kamu menyaksikan keindahan danau ini. Telaga Sidringo namanya. Berada di antara deretan bukit nan tinggi menjulang, danau di ketinggian 2.222 mdpl itu menjadi mutiara tersembunyi di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Memang, tak mudah menjangkau danau yang sekilas mirip Ranu Kumolo di kaki Gunung Semeru itu. Namun, kesulitan tersebut tak memupuskan keinginan pelancong untuk menyambanginya, khususnya yang sedang berlibur ke Dieng.
Dieng? Ya, Sidringo berada nggak jauh dari kawasan dataran tinggi Dieng. Perlu kamu tahu, selain masuk dalam wilayah Wonosobo dan Banjarnegara, sebagian punggung bagian utara dari dataran tertinggi di Jateng itu juga masuk wilayah Batang.
Akses jalan yang nggak mudah menjadi salah satu alasan mengapa Telaga Sidringo belum bisa dimaksimalkan sebagai objek wisata. Untuk sampai ke sana, kamu harus melewati jalanan terjal dengan ketinggian hingga 45 derajat.
Karena udara di Desa Mojotengah, Kecamatan Raben, cukup dingin, jangan lupa pakai jaket saat mengunjungi telaga ini ya.
<img class="shrinkToFit" src="https://media.travelingyuk.com/wp-content/uploads/2016/02/telaga-1.jpg" alt="https://media.travelingyuk.com/wp-content/uploads/2016/02/telaga-1.jpg" width="886" height="664" />
<code>Yang gemar memancing sebaiknya perlu menjajal kegiatan ini di Telaga Sidringo. (travelingyuk.com)</code>
Sepanjang perjalanan menuju Telaga Sidringo, kamu bakal menjumpai hutan pinus dan ladang kentang warga. Mungkin hutan pinus ini sedikit mengingatkanmu pada hutan pinus di film Twilight.
Oya, untuk masuk ke kawasan telaga ini, kamu perlu menyiapkan uang sebanyak Rp 2.000 untuk parkir dan Rp 10 ribu jika menginap.
Sesampai di sana, panorama alam yang cantik bakal menyambutmu. Panorama ini tentu sayang kalau nggak kamu diabadikan.
Diapit dua bukit, beberapa spot di telaga ini bisa jadi foto yang menarik untuk mengisi Instagrammu. Saru lagi, barisan pepohonan cemara di sekitar telaga dijamin bakal mengingatkanmu pada suasana di danau-danau di pedesaan Swiss.
Ayo, segera susun rencana liburanmu! Bisa sendiri atau bareng kawan-kawan. Tapi, ingat, jangan nyampah! Oya, Kabupaten Batang, selamat hari lahir! Ha-ha. (IB15/E03)

Tersembunyi di antara deretan pegunungan yang tinggi menjulang menjadikan Telaga Sidringo sulit dijangkau. Ini pula yang menjadikan danau di ujung selatan Kabupaten Batang tersebut terjaga keasriannya.

Diapit Pegunungan, Keindahan Telaga Sidringo Nggak Terpatahkan

Inibaru.id &ndash; Wonobodro bukanlah wilayah &ldquo;terkenal&rdquo; di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Namun, di kalangan masyarakat Muslim di Jawa, khususnya yang suka berziarah, desa di Kecamatan Blado itu tentu nggak asing. Yap, karena di sana ada satu bukit yang diyakini sebagai makam Syekh Maghribi.
Syekh Maghribi merupakan ulama terkemuka yang juga dikenal sebagai Syekh Maulana Malik Ibrahim. Di tlatah Jawa, sosok tersebut lebih masyhur dengan sebutan Sunan Gresik yakni ulama besar penyebar Islam yang telah ada sebelum hadirnya Walisongo di Jawa.
Makam di Kawasan Auliya Wononobodro (Wonobodro Islamic Center) bukanlah satu-satunya tempat Syekh Maghribi dimakamkan. Selain di lokasi yang berjarak sekitar 27 kilometer arah selatan dari pusat kota Batang itu, makamnya juga diyakini ada di Gresik, Pemalang, dan Yogyakarta.
Namun, Wonobodro tetaplah menjadi lokasi favorit bagi peziarah. Hingga kini, kawasan pemakaman Auliya Wonobodro itu masih asri dan terjaga kealamiannya. Di samping sosok yang juga diketahui sebagai Makdum As-Samarkandy itu juga ada makam sejumlah ulama lain.
Beberapa ulama yang disemayamkan di Wonobodro di antaranya tokoh pendiri Pekalongan Ki Ageng Wonobodro atau dikenal sebagai Ki Ageng Pekalongan, Syekh Jambu Karang, dan Syekh Fakir Sugih, serta beberapa pengikut Syekh Maghribi. Inilah kenapa Wonobodro acap disebut Kampung Wali.
<img src="/nuploads/16/Wonobodro_afrizal_ijal01_instagram_inibaru.jpg" alt="" width="1066" height="800" />
<code>Berwudu di kolam Kawasan Makam Auliya Wonobodro. (Instagram/afrizal_ijal01)</code>
Wonobodro telah lama tersohor sebagai lokawisata religi legendaris di Jawa Tengah. Bukit tersebut hampir selalu ramai pengunjung, yang datang dari pelbagai wilayah di Indonesia.
Haul Syekh Maghribi 
Dikutip dari Viva.co.id (30/1/2018), juru kunci pemakaman Kasdu'i menuturkan, Bukit Wonobodro atau kini lebih dikenal sebagai Wonobodro Islamic Center akan dibanjiri ribuan orang ketika memasuki Ramadan dan Idul Fitri.
"Tapi waktu kunjungan terpadat adalah pada 13 Muharam, yakni bertepatan haul (peringatan kematian) Syekh Maghribi," tuturnya.
<img src="/nuploads/16/khaul-wonobodro_arifiiin_instagram.jpg" alt="" width="800" height="800" />
<code>Keramaian menjelang haul Syekh Maghribi di Wonobodro Islamic Center, Desa Wonobodro, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang. (Instagram/arifiiin)</code>
Kasdu'i meyakini Syekh Maghribi memang meninggal dan dimakamkan di di Kawasan Auliya Wonobodro, kendati belum ada bukti yang menguatkannya.
"Ya, yakin ini (Bukit Wonobodro) bukan sekadar petilasan, tapi juga pemakaman (Syekh Maghribi),&rdquo; tutur Kasdu&rsquo;i.
Pancuran dan Pohon Jlamprang
Selain makam-makan sebagai magnet utama, para peziarah umumnya juga datang untuk mengambil air di pancuran yang diyakini sebagai tempat Syekh Maghribi mengambil air wudu. Nggak sedikit peziarah yang mengambilnya untuk dibawa pulang lantaran dipercaya bisa menyembuhkan penyakit.
<img src="/nuploads/16/air%20mancur%20%20Bukit%20Wonobodro.jpg" alt="" width="698" height="398" />
<code>Pancuran yang dipercaya sebagai tempat Syekh Maghribi mengambil air wudu. (Batangasri)</code>
Oya, kamu yang berwisata ke tempat ini juga bakal menemukan satu pohon besar yang berdiameter sekitar delapan meter, lo.
Masyarakat setempat menyebutnya pohon Jlamprang. Nama itu dipakai lantaran pohon tersebut menampilkan urat-urat kayu dan garis-garis menonjol, menandakan ia yang sudah sangat tua.
Gimana, tertarik berkunjung ke sini? Nggak jauh, kok. Dari Semarang, melajulah ke barat hingga tiba di alun-alun Batang, lalu beloklah ke selatan menuju Desa Wonobodro di Kecamatan Blado. Nah, setelah itu kamu tinggal cari di mana Kampung Wali berada. Gampang! (IB20/E04)

Dipercaya sebagai petilasan Syekh Maghribi di Batang, kawasan pemakaman di Desa Wonobodro, Kecamatan Blado, itu begitu ramai dikunjungi peziarah. Kunjungan peziarah bahkan meningkat saat Ramadan, Idul Fitri, dan 13 Muharam. 

Menyambangi Kampung Wali Tertua di Jawa: Bukit Wonobodro

Inibaru.id &ndash; Berlibur di tengah padatnya rutinitas menjadi salah satu kebutuhan yang cukup penting untuk menjaga kesegaran jasmanimu. Kamu bingung menentukan destinasi liburanmu selanjutnya?
Cobalah melipir ke bagian utara Jawa Tengah. Tepatnya ke Kabupaten Batang. Di sana ada satu lokawisata yang sedang naik daun lo. Namanya Sikembang Park.
Lokawisata yang berlokasi di Dukuh Kebaturan, Blado, Kabupaten Batang itu menyuguhkan wisata berbasis alam dengan sentuhan unsur kekinian. Yap, apa lagi kalau bukan wisata swafoto.
<img src="/nuploads/59/Sikembang%20Park%20Kembanglangit%20Batang.jpg" alt="" width="600" height="450" />
<code>Berbagai spot foto tersedia di Sikembang Park. (blog.reservasi.com)</code>
Berbagai spot foto instagenik ada di Sikembang Park. Misalnya jembatan bambu, gardu pandang, instalasi bunga matahari, dan hammock. Kamu bebas memilih!
Fyi, berfoto dengan latar belakang hutan pinusnya saja sudah bangus banget. Kamu hanya tinggal menyiapkan gaya terbaikmu.
Akses Mudah
Bosan berswafoto? Jangan khawatir! Kamu juga bisa menjajal beragam permainan yang sengaja disediakan oleh pengelola Sikembang Park. Sebut saja flying fox dan mobil off road. Untuk anak-anak juga disediakan kolam renang dan mandi bola lo.
Oya, akses menuju ke Sikembang Park cukup mudah kok, Millens. Lokasinya berada tepat di pinggir jalan. Jadi kamu nggak perlu susah-susah mencari.
<img src="/nuploads/59/14547579_594956837371006_3549667629784367104_n.jpg" alt="" width="600" height="450" />
<code>Sikembang Park berada tepat di pinggir jalan. (mtmabatang.blogspot.com)</code>
Biaya masuknya juga terjangkau lo. Kamu hanya perlu membayar tiket masuk seharga Rp 5 ribu saja. Oya, ada biaya parkir sebesar Rp 5 ribu juga untuk mobil ya. Sementara untuk parkir motor gratis seperti ditulis travelingyuk.com (10/7/2018).
Nah, sekarang kamu punya satu lagi ide destinasi liburanmu selanjutnya kan? (IB10/E05)

Kamu butuh liburan tapi bingung menentukan destinasi? Lokawisata satu ini bisa jadi jawabannya.

Bingung Menentukan Destinasi Liburan? Ke Sikembang Park Saja!

Inibaru.id - Di dunia pariwisata sekarang sedang marak destinasi yang memadukan alam dengan ikon-ikon unik buatan tangan manusia. Tujuannya, selain bisa menghirup udara segar, pastinya si pelancong juga mendapat oleh-oleh berupa foto-foto yang instagramabel.
Kota Batang, Jawa Tengah adalah salah satu contohnya. Kota yang terletak di jalur Pantura Jawa Tengah ini kaya akan destinasi wisata alam yang indah. Ada yang berupa curug, hutan hingga dataran tinggi. Bentangan alam ditambah sentuhan kreativitas warganya menjadikan tempat-tempat itu magnet untuk dikunjungi lo, Millens. Penasaran ada apa saja di Batang?
Curug Kanoman
<img src="https://scontent-iad3-1.cdninstagram.com/vp/4bb9ced48f4b060d2d8cfe8c2e3f1507/5D00A800/t51.2885-15/e35/47692859_388644638574983_5354957819489760716_n.jpg?_nc_ht=scontent-iad3-1.cdninstagram.com" alt="" />
<code>Curug Kanoman. (Instagram/asayutanisau)</code>
Wisata curug selalu bisa membuat mata dan paru-parumu menjadi segar, nggak terkecuali Curug Kanoman. Tempat wisata ini terletak di Kecamatan Wonotunggal, Batang. Struktur batuan curug patut kamu abadikan dalam foto karena unik, seperti anak tangga yang nggak beraturan. Gemericik air yang datang dari atas bisa jadi terapi jiwa yang ampuh, deh.
Puncak Patran
<img src="/nuploads/16/riyan_light46_puncak%20patran.jpg" alt="" width="722" height="481" />
<code>Puncak Patran. (Instagram/riyan_light46)</code>
Di sini kamu bisa ber-swafoto di banyak titik di antaranya gardu pandang, sepeda gantung, hammock, sangkar burung, dan masih banyak lagi. Udara di Puncak Patran sangat sejuk karena terletak di perbukitan Gunung Prau, Desa Kebaturan, Kecamatan Bawang. Tempat yang buka mulai pukul 08.00 WIB ini cocok banget untuk anak-anak karena edukatif. Oia, di sana juga ada rumah Hobit yang pastinya disukai anak-anak.
Wisata Alam Sikembang
<img src="https://scontent-iad3-1.cdninstagram.com/vp/e62a1c73dca71db60dad4a7c4a06996e/5C91C77D/t51.2885-15/e35/19534465_109679042998417_5119865496623120384_n.jpg" alt="" />
<code>Sikembang Park. (Instagram)</code>
Ini adalah lokasi hutan pinus yang lokasinya ada di Kecamatan Blado. Cukup membayar lima ribu rupiah kamu sudah bisa seharian berjalan-jalan menyusuri hutan, bersantai, dan berfoto.
Green House Sri Tani Lestari
<img src="https://cdn.idntimes.com/content-images/community/2018/09/6aaae6a70a85e73a846582c0cfe2db25_600xauto.png" alt="" width="723" height="588" />
<code>Green house Sri Tani Lestari. (Jelekjelekan)</code>
Di sini ada kurang lebih 11 varietas bunga krisan yang sedang mekar-mekarnya. Mata kamu yang tengah jenuh, pastinya akan kembali segar setelah memandang krisan solinda pelangi, maharani, velma dan masih banyak lagi.
Agrowisata Green House Sri Tani Lestari ini beralamat di Desa Keteleng, Kecamatan Blado. Saat berfoto di sini, siapkan senyum menawanmu, ya! Jangan sampai kalah indah dengan si bunga krisan. Ups!
Telaga Sidringo
<img src="http://beritadaerah.co.id/wp-content/uploads/2015/08/antarafoto-wisata-alam-telaga-dringo-dieng-020815-anis.jpg" alt="" />
<code>Telaga Sidringo. (Antara Foto) </code>
Banyak yang menjuluki Telaga Sidringo ini sebagai Ranu Kumbolo-nya Batang. Nggak berlebihan sih, karena di telaga yang berlokasi di Desa Mojotengah, Reban ini kamu bisa melihat keindahan telaga yang dikelilingi perbukitan hijau. Sebuah pemandangan yang elok, memesona, dan menenangkan jiwa.
Semua destinasi tadi unik dan bakal bikin hati kamu berkesan saat datang ke sana. Tapi satu yang pasti, saat datang ke sana, jangan lupa membawa mantel tebal ya, Millens! (IB20/E05)

Batang adalah kota yang asri karena masih banyak pepohonan hijau sehingga terasa teduh. Pilihan yang tepat berlibur ke sana saat kepala mulai penat. 

Lima Wisata Alam di Batang yang Membuat Mata dan Paru-Parumu Sehat

Inibaru.id &ndash; Kabupaten Batang, Jawa Tengah nggak henti-hentinya menyuguhkan eksotisme daerah yang menawan. Salah satu destinasi wisata yang nggak luput dari perhatian wisatawan adalah Jembatan Buntu. Jembatan ini berada di Desa Sengon, Kecamatan Subah.
Jembatan Buntu dibangun dengan kerangka bambu yang kuat, langsung menghadap ke pemandangan alam yang memukau, seolah-olah menjadi balkon kemegahan dunia.
Dari atas jembatan, kamu bisa memandangi bukit hijau di kejauhan, pepohonan rindang, sungai jernih yang berkelok-belok panjang, dan beragam suguhan alam lainnya. Susah untuk nggak kagum dengan tempat ini.
<img src="/nuploads/39/pengunjung-sedang-bersua-foto-di-jembatan-buntu-sengon_20180303_172505.jpg" alt="" width="700" height="393" />
<code>Jembatan Buntu. (Tribunnews.com)</code>
Di area ini, ada empat jembatan yang dapat kamu eksplorasi. Mau berfoto di jembatan dengan latar eksotisme alam? Bisa banget! Yang menarik, tempat ini sudah memiliki fasilitas yang lengkap dan memadai, termasuk spot foto yang menarik hingga kenyamanan akses jalan.
Nah, kalau kamu berkunjung bersama orang terkasih, kamu bisa berfoto dengan latar hiasan berbentuk hati dan ornamen bunga warna-warni di salah satu dari empat "jembatan" tersebut.
Puas berjalan-jalan, kamu bisa berteduh dan rehat sejenak di saung yang ada. Sembari makan kudapan, kamu bisa memanjakan mata dengan melihat keelokan alam di sekitar area.
Oya, kamu nggak perlu menguras banyak uang untuk masuk ke lokasi wisata ini, lo. Travelingyuk.com menulis, pemuda setempat yang juga berperan sebagai pengelola nggak menjual tiket masuk. Namun, pengunjung boleh membayar seikhlasnya. Tambahan biaya yang ada hanyalah biaya parkir sebesar Rp 2.000. Murah banget, ya?
<img src="/nuploads/39/Wisata-Jembatan-Buntu.jpg" alt="" width="700" height="394" />
<code>jembatan Buntu. Radarpekalongan.co.id</code>
Akses jalan menuju Jembatan Buntu juga mudah. Dari pusat kota, kamu hanya perlu mengarahkan kendaraan menuju Kecamatan Subah. Di depan warung Sate Subali, terdapat gang kecil. Kamu tinggal masuk ke gang tersebut dan menempuh perjalanan sekitar satu kilometer sebelum sampai ke lokasi.
Menuju tempat tersebut kamu nggak perlu khawatir nyasar lantaran sudah ada sejumlah papan penunjuk arah yang akan membantu kamu.
Wah, jadi tertarik banget untuk berkunjung ke Jembatan Buntu, ya! Eits, tetapi jangan lupa untuk tetap memperhatikan keselamatan diri, ya, Millens. Patuhi aturan dan jangan memanjat pagar jembatan. Oke? (IB08/E03)

Daerah mana yang menjadi destinasi wisatamu pada liburan ini? Kamu patut memasukkan Batang, Jawa Tengah sebagai salah satu tujuan kamu. Di kota kecil itu, ada Jembatan Buntu, tempat kamu bisa menengok eksotisme Batang dari ketinggian.