Keberadaan aliran sungai biru ini belakangan viral di media
sosial berbasis video seperti Instagram atau TikTok. Maklum, pemandangan alam
di tempat tersebut memang sangat memukau.

“Dulu di sini pernah ada kolam renang yang dibangun pemdes
setempat. Sayangnya kolamnya sudah rusak karena terkena banjir. Tapi, banjir
yang menghanyutkan jembatan dan pepohonan itu menguak aliran sungai berwarna
biru di antara bebatuan yang bikin wisatawan justru lebih banyak mendatanginya,”
ungkap salah seorang warga Pekuncen bernama Hamid sebagaimana dikutip dari Suaramerdeka,
Minggu (13/10/2024).

Kebanyakan wisatawan foto-foto di sekitar aliran sungai biru
tersebut. Jarang ada orang yang berani menceburkan diri ke sungai di bawah air
terjun tersebut karena aliran airnya cukup deras. Meski begitu, pemandangan
alamnya yang sangat indah memang sudah cukup memanjakan mata. Suara air terjun
yang deras juga bisa bikin healing pikiran.

“Air sungai ini juga jadi sumber air bersih bagi kebutuhan
warga sehari-hari. Makanya, warga meminta wisatawan untuk tetap menjaga
kebersihan di sini,” minta Hamid.

Untuk mencapai aliran sungai biru di Wisata Alam Bunton ini,
kamu sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil atau sepeda motor.
Setelah memarkirkan kendaraan di Grumbul (setara dusun) Kalimanggis, tinggal
jalan kaki sekitar 20 menit kok.

O ya, kalau cuaca sedang sangat panas bisa bawa topi atau
payung ya. Kalau hujan deras, waspada dengan kenaikan debit air sungai. Cek
juga prakiraan cuaca ya agar kamu bisa main ke aliran sungai biru di Wisata
Alam Bunton, Banyumas, sampai puas! (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Saking banyaknya sungai di Pulau Jawa
yang sudah tercemar, banyak orang yang menganggap sungai-sungai dengan aliran
air yang masih jernih hanya bisa ditemukan di luar Jawa. Padahal, di Kabupaten
Banyumas, ada aliran sungai biru yang ada di Wisata Alam Bunton. Seperti apa
sih keindahan dari sungai yang satu ini.

Aliran sungai biru di Wisata Alam Bunton ini bisa kamu
temukan di Desa Pekuncen, Kecamatan Pekuncen. Tepatnya di kawasan Perhutani
Banyumas Barat yang masuk wilayah Grumbul Kalimanggis, Kalau dari Kota
Purwokerto, jaraknya sekitar 25 kilometer ke arah barat laut. Karena
jauh dari wilayah perkotaan, wajar jika kamu bisa menemukan aliran air sungai
dengan warna biru nan jernih dari sana.

Keindahan aliran sungai biru di Wisata Alam Bunton, Kabupaten Banyumas ini justru terkuak berkat adanya banjir yang terjadi sebelumnya.

Indahnya Sungai Biru di Wisata Alam Bunton, Pekuncen, Banyumas

Meski begitu, karena berada di ketinggian sekitar 900 meter
di atas permukaan air laut (mdpl), suhu udaranya sejuk. Dari Alun-alun, kamu
juga bisa melihat pemandangan Gunung Ungaran yang gagah di sisi utara. Makanya,
meski tampilannya sederhana, Alun-alun ini kerap disambangi orang-orang baik
itu dari Sumowono atau dari luar kota, khususnya di akhir pekan.

Bukan hal aneh melihat komunitas gowes sudah bersantai di
depan tulisan Alun-Alun Sumowono dengan logo kopi dan lebah sembari berfoto
sejak Minggu pagi. Nggak jauh dari mereka, banyak pula orang yang sengaja lari-lari
kecil mengitari Alun-alun untuk berolahraga. Ada juga yang mampir ke sana untuk
mencari camilan karena biasanya pada akhir pekan, tempat tersebut memang
dijejali pedagang.

“Di sini ada penjual satai, bakso kerikil, tahu bulat, jasuke,
atau es teh jumbo. Pilihannya banyak. Harganya juga murah. Enak banget kalau
makan camilan sambil duduk-duduk di sisi utara Alun-alun yang bentuknya mirip
tribun stadion mini,” ucap Retno, salah seorang siswa SMP di Sumowono yang
kerap datang ke sana pada akhir pekan dengan teman-temannya, Minggu (19/1/2025).

Selain anak-anak muda, banyak orang tua yang juga datang ke
Alun-alun Sumowono pada akhir pekan bersama dengan anak-anaknya yang masih
kecil. Alasannya, di sana ada sejumlah mainan dan aktivitas yang seru untuk
dicoba.

“Ada yang menyediakan semacam kanvas untuk diwarnai. Ada juga
yang menyewakan sepeda motor atau mobil mini untuk dikendarai. Biayanya nggak
mahal, anak sudah senang. Apalagi kalau bisa jajan juga di sana,” terang Yani
yang membawa anaknya yang masih duduk di kelas 1 SD.

Soal parkiran, nggak perlu khawatir, cukup luas kok. Ada juga
tukang parkir yang sigap mengatur parkiran kendaraan baik itu mobil atau sepeda
motor agar muat. Dia juga cukup mahir dalam mengatur lalu-lintas sehingga mobil
atau sepeda motor bisa masuk keluar alun-alun dengan aman dan terhindar dari
kecelakaan.

Hm, menarik juga ya Alun-alun Sumowono ini. Meski nggak
begitu ramai dan lokasinya juga ada di dekat area sawah, kita bisa melakukan
banyak hal di sana. Bisa nih dijadikan opsi jalan-jalan pas akhir pekan.
Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Meski wisatanya masih kalah populer
dibandingkan dengan Kecamatan Bandungan, nyatanya banyak orang yang sengaja mampir
ke Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang untuk sekadar melihat pemandangan
alam atau mencari kuliner lezat. Makanya, bukan hal aneh melihat Alun-alun
Sumowono ramai di akhir pekan.

Beda dengan di kebanyakan wilayah-wilayah lain di Tanah air,
Alun-alun Sumowono justru nggak berlokasi di pusat keramaian. Lokasinya ada di
bekas lapangan sepak bola yang persis berada di pertigaan jalur alternatif
menuju Yogyakarta dan Temanggung, sekitar 1 kilometer ke arah selatan dari Pertigaan
Pasar Sumowono. 

Beda dengan pemandangan di sekitar pasar yang sudah dipenuhi
bangunan, di sekitar Alun-alun, yang terlihat adalah pemandangan,
persawahan, bangunan sekolah, dan kawasan perbukitan di sekitarnya.

Selain duduk-duduk santai di Alun-alun Sumowono sembari menikmati pemandangan Gunung Ungaran, kamu bisa mencari jajanan atau mencoba sebuah mainan yang tersedia di sana, lo.

Bersantai Sembari Menikmati Pemandangan Alam di Alun-Alun Sumowono

Tapi, kok bisa sih ada larangan membersihkan rumah pas
Imlek? Padahal, di momen tersebut, juga banyak tamu atau keluarga yang datang
dan berkumpul? Kalau soal itu sih, karena terkait dengan mitos bahwa menyapu
bersih rumah bakal menyapu keberuntungan atau rezeki selama setahun nanti.

“Mitosnya memang begitu. Katanya kalau nekat menyapu rumah
nantinya rezeki atau keberuntungan jadi ikut tersapu. Daripada kehidupannya
setahun nanti jadi seret, mending nggak dilakukan deh,” ungkap salah seorang saudara
jauh saya yang tinggal di Kota Semarang, Daryo, lewat pesan WhatsApp Jumat
(24/1).

Lantas, apakah larangan nggak boleh menyapu rumah ini hanya
berlaku pas Hari H Imlek saja atau juga seterusnya? Kalau terus-terusan nggak
disapu nanti tentu rumah jadi kotor, ya? Biasanya sih, pada hari kelima setelah
Tahun Baru Imlek, warga Tionghoa baru mulai membersihkan rumahnya lagi.

“Ada yang pada hari kelima mulai menyapu. Tapi ada saudara saya
di Purbalingga yang baru mulai membersihkan rumahnya pada hari ke-15,”
lanjutnya.

Karena adanya mitos ini, banyak warga Tionghoa yang rajin
membersihkan rumahnya sebelum Tahun Baru Imlek. Mirip-mirip dengan warga muslim
Indonesia jelang Hari Raya Idulfitri gitu, deh. Nggak cuma membersihkan lantai,
dinding, perabot, hingga plafon juga dibersihkan debunya. Terkadang, rumah juga
diberi pernak-pernik khas Imlek yang membuatnya jadi terlihat lebih meriah.

Menarik banget ya mitos nggak boleh membersihkan rumah pas Imlek
ini. Kalau kamu sendiri, apakah juga percaya dengan mitos ini, Millens? (Arie
Widodo/E05)

Inibaru.id – Beberapa hari lagi, tepatnya pada Rabu
(29/1/2025), warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek. Nggak hanya berlangsung
dengan meriah, sebagaimana pada perayaan Imlek sebelumnya, banyak ritual atau
mitos-mitos yang diyakini mereka. Salah satunya adalah nggak membersihkan rumah
pas Imlek.

Yang namanya orang pada umumnya, membersihkan rumah adalah
hal yang wajar untuk dilakukan. Alasannya tentu saja agar rumah jadi bersih
untuk ditinggali dan nyaman untuk dijadikan tempat beristirahat. Lebih dari
itu, kalau sampai ada tamu atau sanak keluarga yang datang, tentu sebaiknya
rumah dalam kondisi yang bersih dan rapi, bukannya berantakan dan kotor, bukan?

Konon, membersihkan rumah pas Imlek bisa menyapu rezeki atau keberuntungan selama setahun.

Mengapa Warga Tionghoa Nggak Mau Membersihkan Rumah saat Imlek?

Masalahnya, kalau memakai baju adat langsung dari rumah atau
hotel, tentu bakal ribet saat harus melakukan perjalanan ke Kota Lama. Untungnya,
ada lo persewaan baju adat di Kota Lama Semarang yang bisa kamu maksimalkan.

Kalau menurut salah seorang wisatawan di Pekalongan, Jawa Tengah
bernama Irna, dia sengaja menyewa tiga baju adat, lengkap dengan atasan dan
bawahannya dengan tarif Rp75 ribu. Baju-baju adat tersebut terbagi jadi baju laki-laki
dewasa, baju perempuan dewasa, dan baju laki-laki anak-anak.

“Rasanya jadi semakin pas kalau bisa foto-foto dengan baju
adat di Kota Lama Semarang karena latar bangunannya sangat indah,” ceritanya.

Nggak hanya menyediakan baju adat, pihak persewaan baju adat
seperti Kolly Studio juga menyediakan jasa sesi foto dengan tarif per fotonya
Rp5 ribu. Dijamin, hasil foto-fotonya memukau deh.

“Ada sekitar 300 pasang baju adat yang bisa dipilih di
tempat kami dengan ukuran S, L, M, sampai XXL. Ada juga baju adat untuk anak
dengan usia 2 tahun. Tarif baju adat perempuan Rp25 ribu. Kalau baju adat
laki-laki, bervariasi dari Rp25 ribu untuk beskap berwarna hitam. Kalau pengin
beskap warna merah, hijau, atau biru, tarifnya Rp50 ribu,” ungkap Shintya dari
Kolly Studio yang lokasinya nggak jauh dari Jembatan Mberok tersebut.

O ya, persewaan baju adat ini buka
dari pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB. Jadi, kamu bisa mencari waktu yang
paling tepat untuk mendaptakan foto terbaik dari siang, sore, ataupun malam.

Gimana, tertarik untuk foto-foto
dengan baju adat di Kota Lama Semarang, Millens? Pasti cakep kok
hasilnya! (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Belakangan ini Kota Semarang mulai
sering dijadikan jujugan wisata bagi banyak orang dari luar wilayah. Hal ini
dibuktikan dengan semakin seringnya bus-bus wisata berukuran besar terlihat
nggak jauh dari kawasan Tugu Muda yang mengantarkan wisatawan ke Lawang Sewu
dan di dekat dengan kawasan Kota Lama.

Khusus untuk kawasan Kota Lama, bukan hal aneh melihat
tempat wisata ini dijejali pengunjung pada libur panjang. Nah, kalau kamu
adalah salah satu orang yang pengin memanfaatkan momen ini untuk melihat
langsung kawasan Kota Lama Semarang, tentu pengin mendapatkan foto-foto atau
video terbaik. Nah, salah satu cara agar bisa mendapatkannya adalah dengan
memakai baju adat.

Biar makin keren foto-foto di Kota Lama Semarang, nggak ada salahnya lo kamu menyewa baju adat pas main ke sana.

Segini Biaya Sewa Baju Adat di Kota Lama Semarang

Jadi gini, Millens, ada dua jenis warna untuk port
USB biru, yaitu biru kehijauan dan biru biasa. Nah, dugaan bahwa port USB biru lebih
istimewa daripada port USB biasa dengan warna abu-abu atau kehitaman memang
benar adanya. Maknanya, port USB ini bisa jadi tempat mentransfer data dengan
kecepatan tinggi.

Port USB standar diberi nama USB 2.0. Sementara itu, port USB
biru diberi nama USB 3.0 (untuk warna biru biasa) dan USB 3.1 (untuk warna biru
kehijauan). Dua jenis port USB terakhir mampu mentransfer data dengan kecepatan
lebih tinggi dari yang sebelumnya.

Kali pertama port USB warna biru diperkenalkan adalah 2008
lalu. Sesuai dengan fungsinya, nama port USB ini adalah Superspeed USB. Kecepatan
data transfernya maksimum adalah 5Gbps, sekitar 10 kali lebih cepat dari port
USB biasa yang hanya punya kecepatan maksimum 480 Mbps.

Kelebihan lain dari port USB warna biru adalah bisa kamu gunakan
untuk transfer data dua arah. Contoh, kamu mengirim file kerjaan dari flashdisk
ke komputer. Tapi kamu juga pengin memindahkan sebuah video dari komputer ke
flashdisk tersebut. Asalkan flashdisk ditempatkan di port USB tersebut, bisa
kok melakukan dua tugas itu sekaligus.

Beda cerita dengan port USB biasa. Kalau yang ini sebaiknya
kamu gunakan satu per satu ya. Jadi, kirim file kerjaan dulu dari flashdisk ke
komputer, baru kamu gantian mengirim video dari komputer ke flashdisk.

Coba deh cek, di komputermu ada port USB warna biru, nggak?
Kalau iya, bisa deh kamu gunakan untuk kebutuhan transfer data yang nggak perlu
menghabiskan waktu lama, Millens. (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Coba deh cek ada berapa port USB di
laptopmu? Ada yang jumlahnya dua, tapi da juga yang jumlahnya tiga. Hal ini
sangat bergantung pada jenama, seri, hingga spesifikasi laptop. Nah, dari
beberapa port USB itu, ada nggak yang warnanya biru.

Warna port USB biru tentu sangat kontras dengan warna laptop
yang biasanya didominasi warna hitam atau abu-abu, ya? Selain itu, jika dicermati,
biasanya jumlah port USB dengan warna biasa seperti hitam atau abu-abu
jumlahnya lebih banyak dengan jumlah port USB biru. Apakah hal ini menandakan
kalau port USB biru lebih istimewa?

Ada dua jenis warna port USB di laptop, yaitu hitam/abu-abu dan biru. Kepikiran nggak apa perbedaan dari keduanya?

Port USB Warna Biru di Laptop, Apa Gunanya?

"Ada sih yang masih memakai tabung gas elpiji 3 kg. Tapi di lingkungan tempat saya tinggal, lebih banyak yang sudah dialiri gas rawa. Jadi pas kemarin di daerah-daerah lain heboh gas langka, di sini malah ga begitu mempermasalahkannya," ucap Susi, Sabtu (8/2/2025).

Kok bisa ditemukan gas rawa di Desa Rajek? Semua bermula gara-gara proses penggalian sumur di rumah salah seorang warga yang dikenal sebagai Mbah Kiai pada 2013. Kala itu, selain air yang keluar, terlihat gelembung-gelembung gas yang juga ikutan menyembur.

Warga pun langsung melaporkan hal ini ke pemerintah daerah setempat yang kemudian menggandeng pemerintah provinsi (Pemprov) Jawa Tengah. Setelah melakukan pengecekan, pemprov pun memutuskan untuk memanfaatkan gas rawa ini untuk kebutuhan warga sekitar.

"Proses penggalian sumur dilakukan pada 2013. Barulah pengeboran dilakukan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Pemprov Jateng pada 2017. Pemprov juga kemudian memfasilitasi penyaluran gas rawa ini ke rumah-rumah warga," ungkap salah seorang pengurus distribusi gas rawa di Desa Rajek bernama Sarmadi sebagaimana dinukil dari Tribunnews, Jumat (7/2).

Hingga sekarang, setidaknya 18-20 rumah warga yang masih aktif menggunakannya. Masih banyak warga yang belum benar-benar menggunakan gas rawa ini karena masih ada anggapan bahwa gas ini bikin proses memasak lebih lama. Namun, sebenarnya asal digunakan dengan cepat, bisa kok dipakai memasak seperti biasa.

Yang pasti, sebagaimana yang Susi ungkapkan sebelumnya, sebagian warga Desa Rajek jadi nggak lagi kebingungan dengan distribusi gas elpiji 3 kg yang nggak selalu lancar. Apalagi, biaya penggunaan gas rawa ini juga nggak semahal penggunaan tabung gas elpiji.

"Kalau pakai gas rawa, biayanya jadi lebih murah dari menggunakan gas elpiji yang bisa habis 2 sampai tiga tabung per bulan, ujar Susi.

O ya, kalau menurut pakar geologi yang dulu sempat meneliti keberadaan gas rawa di Desa Rajek, gas tersebut ada di kedalaman 30 sampai 40 meter di bawah permukaan tanah. Cukup dangkal jika dibandingkan dengan kantung gas alam yang biasanya berada jauh di kedalaman.&nbsp;

Meski dangkal, pasokan gas di sana cukup banyak. Bahkan, diperkirakan baru akan habis 100 tahun setelah kali pertama dipakai. Jadi, warga desa Rajek pun bisa tenang.

Hm, menarik juga. Ada nggak sih daerah lain di Indonesia yang seberuntung nasibnya dengan Desa Rajek karena punya sumber energi murah yang bisa digunakan warga untuk kebutuhan sehari-hari? Kalau di tempatmu, ada nggak, Millens? (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id - Tatkala Susi Sekarwati kali pertama pindah ke Desa Rajek, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah dua tahun lalu, dia keheranan karena tetangga-tetangganya jarang yang mencari tabung gas elpiji 3 kg untuk memasak. Maklum, dia terbiasa menggunakan tabung gas melon tersebut tatkala masih tinggal di Kota Semarang.

Usut punya usut, hal ini disebabkan oleh adanya privilege&nbsp;yang didapat desa tersebut, yaitu adanya gas rawa yang kemudian dimanfaatkan oleh warga setempat. Dengan memakai pipa-pipa khusus, gas rawa ini kemudian disalurkan ke rumah-rumah dan jadi sumber energi warga untuk memasak.

Ditemukan karena ketidaksengajaan, gas rawa di Desa Rajek, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan kini dimanfaatkan warga untuk memasak dan kebutuhan lainnya.

Berkat Gas Rawa, Warga Grobogan Tetap Tenang saat Elpiji Langka

Inibaru.id &ndash; Pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Jatibarang, Semarang dipastikan molor dari jadwal awal. Sebelum ini, PLTSa dijadwalkan sudah bisa beroperasi pada Oktober 2018, tapi karena berbagai kendala, waktu pengoperasiannya molor hingga April 2019.
Antaranews.com, Jumat (5/10/2018) menulis, mesin pembangkit listrik masih harus disempurnakan pemasangannya sehingga belum bisa beroperasi.
&ldquo;Mesinnya didatangkan langsung dari Spanyol pada September kemarin, tapi masih perlu penataan dan penyempurnaan dalam pemasangan instalasi. Mesin berkapasitas 0,8 Megawatt ini nantinya berfungsi sebagai pendorong gas sekaligus pembangkit listrik,&rdquo; ucap Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang Muthohar.
Selain penyesuaian instalasi mesin pembangkit, masih ada pengerjaan penyambungan instalasi pipa gas metana. Berdasarkan rencana, dalam waktu dekat mesin ini bisa segera diuji coba untuk mengetahui apakah masih ada kekurangan saat dioperasikan.
&ldquo;Kalau masih ada yang kurang sempurna, maka akan kami perbaiki lagi agar bisa berfungsi dengan baik dan aman. PLTSa ini dari gas metana. Nanti, akan ada PLTSa baru yang memakai teknologi insenerator dengan kapasitas 12 MW,&rdquo; lanjut Muthohar.
Pengadaan PLTSa berteknologi insenerator rencananya segera dilelang mulai November 2018. Diharapkan proses pengerjaan fisiknya bisa dimulai pada Januari 2019.
Sebagai informasi, proyek PLTSa Jatibarang terwujud berkat bantuan dana dari Pemerintah Denmark sebanyak Rp 45 miliar. PLTSa ini dibangun di lahan seluas 9 hektare yang berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Semarang. Nanti, PLTSa bakal dikelola holding company dari BUMD Pemerintah Kota Semarang PT Bumi Pandanaran Sejahtera.
Diharapkan, keberadaan PLTSa ini mampu memberikan dua keuntungan sekaligus, yakni menurunkan tumpukan sampah di TPA Jatibarang sekaligus menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
&ldquo;Setiap harinya Kota Semarang memprosuksi sampah 1.200 ton, 80 persennya masuk ke sini dan sisanya masuk ke bank sampah,&rdquo; jelas Muthohar.
Masyarakat di sekitar TPA juga diharapkan bisa mendapatkan manfaat dari produksi listrik yang berasal dari PLTSa Jatibarang. 
Wah, keren nih, Millens! Semoga PLTSa ini bisa digunakan secara maksimal dan sesuai dengan tujuan, ya. (IB09/E04)

Pengoperasian mesin Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Jatibarang, Semarang dipastikan mundur dari rencana awal. Ini karena mesin itu masih dalam tahapan penyempurnaan proses pemasangan sehingga belum diuji coba.