“Modus mereka adalah membeli produk makanan dan minuman
kemasan yang sebagian besar sudah kedaluwarsa. Lalu, tulisan kedaluwarsa ini
dihapus atau diubah sehingga produk yang mereka jual kembali seolah-olah masih
belum kedaluwarsa,” terang Kapolres Batang AKBP Saufi Salamun sebagaimana
dikutip dari Detik, Rabu (13/9/2023).

Sayangnya, produk-produk makanan dan minuman kemasan yang
sudah nggak layak dikonsumsi ini sudah terlanjur dijual di berbagai wilayah
dalam dua setengah tahun belakangan. Menurut keterangan para pelaku, mereka
menjualnya ke pedagang-pedagang di Yogyakarta, Malang, Cilacap, Brebes, serta
Bandung.

Lantas, dari mana ya para pelaku mampu mendapatkan makanan
dan minuman kedaluwarsa? Ternyata mereka mendapatkannya dari pabrik yang ada di
Jawa Timur.

“Kami beli di Jawa Timur karena lebih murah. Produknya
sebenarnya kan dari pabrik ke depo, depo yang punya DO. Nah dari DO ini baru
kita beli per kiloan,” terang salah seorang tersangka yang berperan sebagai
pemodal, AS.

Mereka membeli produk makanan dan minuman itu dengan harga
Rp5 ribu-Rp10 ribu per kilogram. Setelah itu, produk-produk tersebut dipilah.
Jika masih terlihat baik dan nggak mencurigakan, akan diganti tanggal expired-nya. Kala sudah terlihat rusak
dan nggak layak dijual, akan dibuang.

Setelah itu, mereka menjual makanan dan minuman tersebut per
piece, bukannya per kilogram lagi. Dari penjualan inilah, mereka mampu mendapatkan
keuntungan besar.

Karena aksinya membahayakan masyarakat, ketiga tersangka terancam hukuman paling banyak 5 tahun penjara serta
denda sebesar Rp2 miliar. 

Mengingat produk makanan dan minuman kedaluwarsa ini sudah
ada di pasaran, kalau kamu menemukan produk yang memiliki aroma, rasa, atau
bentuk mencurigakan, sebaiknya jangan dikonsumsi ya, Millens. Daripada nantinya jatuh sakit. (Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Kamu
yang sering membeli makanan dan minuman kemasan kini harus benar-benar cermat, Millens. Soalnya, di pasaran ada
orang-orang yang memanfaatkan sikap kurang teliti kita ini, lo. Mereka menjual kembali bahan makanan yang sudah nggak layak konsumsi.

Dari tindakan curang tersebut, sebanyak tiga orang ditangkap di Batang, Jawa Tengah. Menurut keterangan polisi, tiga tersangka yaitu AS (39) dan
TS (34) dari Banyumas, Jawa Tengah serta MS (39) dari Sidoarjo, Jawa Timur
ditangkap setelah warga melaporkan aktivitas mencurigakan di rumah yang mereka
kontrak di Desa Kebumen, Kecamatan Tersono, Batang.

Tiga orang di Batang ditangkap karena mengubah tanggal expired produk makanan dan minuman kedaluwarsa untuk dijual kembali. Setiap membeli makanan atau minuman kemasan, cek dulu kondisinya, ya!

Waspada! Makanan dan Minuman Kedaluwarsa Beredar di Pasaran

Ketidakpastian adalah bagian alami dari kehidupan, dan belajar untuk menerima kenyataan ini adalah langkah penting menuju kesejahteraan mental dan emosional yang lebih besar.

Alam semesta ini sangat rumit, dan banyak faktor yang berperan dalam setiap kejadian atau situasi. Seringkali, kita hanya memiliki kendali atas sebagian kecil dari faktor-faktor ini. 

Usaha terbaik kita untuk merencanakan dan mengendalikan sesuatu nghak selalu dapat memprediksi hasil yang akhirnya akan terjadi.

Salah satu hal yang dapat kamu kendalikan adalah reaksimu terhadap ketidakpastian. Kamu memiliki kemampuan untuk mengendalikan pikiran dan perasaan kamu terhadap situasi yang nggak dapat kamu kendalikan. 

Dengan melatih keterampilan ini, kamu dapat mengurangi stres dan kecemasan yang mungkin timbul ketika menghadapi ketidakpastian.

Meskipun ngga semua hal dapat dikendalikan, bukan berarti kamu harus menjadi pasif dalam hidupmu. Kamu masih memiliki kemampuan untuk membuat keputusan, merencanakan, dan bertindak. 

Keseimbangan antara menerima ketidakpastian dan berusaha untuk mencapai tujuan adalah kunci. Cobalah untuk merencanakan dengan bijak, tetapi juga siap untuk beradaptasi ketika hal-hal nggak berjalan sesuai rencana.

Ketidakpastian seringkali menjadi guru terbaik. Saat kamu menghadapi situasi yang nggak dapat kamu kendalikan, cobalah untuk melihatnya sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh. Apa yang dapat kamu pelajari dari pengalaman ini? Bagaimana kamu dapat menjadi lebih kuat atau lebih bijaksana sebagai hasilnya?

Ketidakpastian juga dapat menciptakan ruang untuk kreativitas dan inovasi. Saat kamu menghadapi tantangan yang nggak terduga, kamu mungkin menemukan solusi yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. 

Oleh karena itu, jangan takut untuk menjelajahi ketidakpastian dengan pikiran yang terbuka.

6. Menemukan Ketenangan dalam Ketidakpastian

Akhirnya, belajar menerima ketidakpastian juga berarti menemukan ketenangan dalam dirimu sendiri. Ini melibatkan praktik mindfulness, meditasi, atau cara lain untuk menciptakan ruang bagi ketenangan dalam pikiranmu. Dengan demikian, kamu dapat menjalani hidup dengan lebih damai, meskipun nggak semua hal bisa kamu kendalikan.

Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, belajar untuk menerima kenyataan bahwa nggak semua hal bisa dikendalikan adalah langkah yang bijak. 

Ini memungkinkan kamu untuk menjalani hidup dengan lebih bijaksana, lebih tenang, dan lebih siap menghadapi apa pun yang datang. (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Kamu mungkin kerap dapat pujian sebagai perencana ulung. Nggak pernah meleset ketika menyusun kegiatan atau rencana. Kamu seperti punya kekuatan magis untuk mengendalikan keadaan.

Memang dalam hidup ini, seringkali kita memiliki dorongan untuk mengendalikan segala sesuatu di sekitar kita. 

Namun, sebuah pelajaran penting yang perlu dipahami adalah bahwa nggak semua hal bisa dikendalikan. 

Dalam hidup, kamu perlu&nbsp; memahami bahwa nggak semua hal bisa dikendalikan.

Nggak Semua Hal Bisa Dikendalikan, Mari Belajar Menerima Ketidakpastian

Selain itu, komite yang bertugas menyeleksi film Tanah Air pada ajang Piala Oscar untuk kategori International Feature Film tersebut juga beranggotakan&nbsp;Sha Ine Febriyanti, Ilham Bintang Alim Studio, Cesa David, Nur Hidayat, dan Ratna Riantirno.

Untuk ajang mendatang, komite itu menyeleksi setidaknya 100 film dalam negeri yang
diproduksi selama Desember 2022 hingga Oktober 2023. Hasilnya, Autobiography&nbsp;didaku sebagai
yang terbaik dan paling layak mewakili Indonesia.

Film Autobiography
mendapatkan perhatian para sinefil di negeri ini setelah mendapatkan apresiasi positif kala ditayangkan di Festival
Film Venesia 2022 (Italia) dan diganjar penghargaan FIPRESCI Prize (Orizzonti
and Parallel Section). Selanjutnya, berbagai penghargaan pun menghampiri mereka.

Film yang dibintangi Kevin Ardilova itu memenangi
International Feature Award (Best Feature) pada Festival Film Adelaide
(Australia) 2022, Grand Prize (Best Film) di Tokyo Filmex 2022 (Jepang), Best
Screenplay dalam Asia Pacific Screen Awards 2022 (Australia), dan NETPAC Award (Best
Asian Film) pada Golden Horse Film Festival and Awards 2022 (Taiwan).

Untuk Indonesia, gelaran Jogja-NETPAC Asian Film Festival pada 29 November 2022 menjadi penayangan perdana Autobiography&nbsp;sebelum akhirnya resmi diputar di bioskop Tanah Air pada&nbsp;19 Januari lalu. Sejak saat itulah film yang mengambil lokasi syuting di Bojonegoro, Jawa Timur ini menjadi buah bibir di Indonesia.

Nggak hanya dari segi cerita, film yang juga dibitangi oleh Arswendy Bening Swara, Yusuf Mahardika, dan Lukman Sardi itu juga "menyenangkan" untuk ditonton berkat pengambilan gambar yang ciamik, latar tempat yang dramatis, pendalaman karakter yang kuat, dan banyak lainnya.

Menilik begitu kuatnya&nbsp;Autobiography, banyak orang nggak menyangka film tersebut menjadi debut Makbul Mubarak dalam penyutradaraan film panjang. Namun, hampir seluruh kritikus film sepakat, lelaki 33 tahun itu berhasil mengemas isu yang&nbsp;relate banget sama sejarah bangsa ini menjadi begitu sarat makna.

Film&nbsp;Autobiography&nbsp;menceritakan Rakib (Kevin Ardilova), penjaga rumah seorang pensiunan pejabat militer bernama Purna (Arswendy Bening Swara). Purna yang berniat mencalonkan diri
sebagai bupati di kampung halamannya pun pulang, lalu meminta Rakib menemaninya berkampanye.

Menonton film ini, kamu bakal merasakan ketegangan yang mengingatkan banyak orang pada masa Orde Baru. Itulah yang menarik. Di Rotten Tomatoes, film ini meraih rating 89 persen. Sementara, IMDb mengganjar film ini 7,4/10.

Pans Kotzathanasis dari&nbsp;Asian Movie Pulse&nbsp;bahkan menyebutkan bahwa Autobiography adalah
debut hebat dari Mubarak. Pengambilan gambarnya pun bagus dan kaya. "Salah satu yang terbaik tahun ini!” tulisnya.

Melihat berbagai apresiasi yang diberikan untuk Autobiography, semoga film ini bisa melaju cukup jauh pada ajang perfilman tertinggi dunia yang juga acap disebut sebagai Academy Awards tersebut, ya, Millens? (Arie Widodo/E03)

Inibaru.id – Komite
Seleksi (Komsel) Oscar Indonesia memutuskan untuk menunjuk Autobiography sebagai wakil Indonesia di Oscar 2024. Keputusan tersebut dianggap tepat karena film besutan Makbul Mubarak itu sejauh ini telah menyabet berbagai penghargaan dan kritik positif.

Oya, Komsel Oscar Indonesia dibentuk oleh Persatuan Film Indonesia (PFI).&nbsp;Anggota komisi yang diawasi langsung oleh Academy Awards ini berisikan para legenda di dunia perfilman seperti&nbsp;Slamet Rahardjo, Garin Nugroho, dan Deddy Mizwar.

Setelah menyeleksi sekitar seratus film, Komite Seleksi Oscar Indonesia akhirnya memutuskan bahwa film 'Autobiography' jadi wakil Indonesia di Oscar 2024. Apa yang membuat film besutan Makbul Mubarak ini dipilih?

Film 'Autobiography' Jadi Wakil Indonesia di Oscar 2024

“Dulu, Kampung Polowijan memang jadi tempatnya pada Abdi
Dalem Polowijan yang punya tubuh kerdil, albino, bongkok, pincang, atau
memiliki keistimewaan fisik lainnya,” ungkap Lurah Patehan Gunawan sebagaimana
dikutip dari Detik, Rabu (6/9/2023).

Peran utama Abdi Dalem Polowijan adalah untuk selalu hadir
dan mendampingi Sultan saat ada momen-momen istimewa seperti acara penobatan raja
(jumeneng) atau grebeg. Para abdi dalem ini akan berjalan di
belakang putra mahkota saat grebeg. Selain itu, mereka juga punya peran lain
yaitu sebagai penasehat, penghibur, atau pelawak keraton.

Ciri khas dari abdi dalem yang dikenal dengan sebutan lain
Cebolan Abdi Dalem adalah busananya berupa kain merah dengan motif bunga serta
sabuk besar, bertelanjang dada, nggak memakai penutup kepala, dan mengenakan
hiasan rambut yang terbuat dari bunga atau bulu.

Keberadaan mereka seringkali dikaitkan dengan para Punakawan
alias Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong yang memang digambarkan punya bentuk
fisik yang nggak biasa. Meski begitu, apa yang dikatakan para Punakawan itu
selalu didengar oleh Sultan dalam mengambil keputusn-keputusan penting.

Meski memiliki peran yang cukup penting dalam tradisi keraton, nyatanya status Abdi
Dalem Polowijan dilebur menjadi Abdi Dalem Punakawan yang berarti para abdi dalem dari
masyarakat umum dan Abdi Dalem Keprajan yang berstatus anggota TNI, Polri, atau
PNS. Perubahan ini terjadi saat Sri Sultan Hamengku Buwono IX memerintah
(1940-1988).

Nggak hanya keberadaan status Abdi Dalem Polowijan yang kini
sudah hilang, Kampung Polowijan yang dulu menjadi bukti bahwa Sultan memberikan
kesempatan bagi para penyandang disabilitas untuk bisa mengabdi kepada kerajaan
juga mengalami perubahan.

Di sana, kamu nggak
akan lagi mudah menemukan penyandang disabilitas. Banyak yang tinggal di sana
kini adalah warga biasa. Bahkan, kini kampung tersebut berubah menjadi pasar
dan dipenuhi tempat makan.

“Polowijan statusnya sudah nggak lagi kampung. Bahkan rumah
milik warga asli Polowijan kini disewakan menjadi kios atau tempat usaha lain ke orang
dari kampung lain,” ungkap Gunawan.

Meski begitu, keberadaan Kampung Polowijan membuktikan bahwa
penyandang disabilitas jika diperhatikan dan diberi kesempatan, juga bisa
berdaya dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Para
abdi dalem Keraton Yogyakarta biasanya tinggal di kampung-kampung yang nggak jauh dari bangunan keraton. Nah, nama-nama kampung
tersebut biasanya disesuaikan dengan keunikan atau keahlian yang dimiliki para
abdi dalem. Salah satunya adalah Kampung Polowijan, tempat di mana para abdi
dalem penyandang disabilitas tinggal.

Lokasi Kampung Polowijan bisa kamu temui di Kelurahan
Kadipaten, Kecamatan Keraton. Jaraknya hanya sekitar 800 meter di sisi barat
daya dari bangunan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Sebelum berubah jadi kampung biasa yang dipenuhi banyak tempat makan, Kampung Polowijan dulu dikenal sebagai tempat tinggal para abdi dalem penyandang disabilitas. Seperti apa ya kisah dari kampung ini?

Kampung Polowijan, Dulu Jadi Tempat Tinggal Abdi Dalem Penyandang Disabilitas

Untuk menanggulangi pelamar yang curang, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB) bakal menindak tegas Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang tertangkap curang. Terutama, ketika mereka kedapatan curang saat mengikuti tes CASN.

CPNS yang curang ketika tes bakal diblokir. Begitu keterangan dari Asisten Deputi Perancangan Jabatan, Perencanaan dan Pengadaan SDM Aparatur, Aba Subagja.

"Terkait sanksi bagi yang curang saat seleksi akan dikunci Nomor Induk Pegawainya di BKN. Sehingga kapan pun melamar sudah tidak bisa jadi ASN," kata Aba dalam Konferensi Pers Kesiapan Infrastruktur Teknologi Informasi Seleksi CASN di YouTube BKN, Kamis (14/9).

Lebih lanjut, Aba mengingatkan CASN nggak curang, sebab sanksi ini berlaku selamanya alias seumur hidup. 

"Saat itu NIP itu dikunci itu sama sekali tidak bisa melamar lagi," tegas dia.

Yang mengejutkan, sudah ada 370 orang yang sudah di-blacklist sehingga nggak bisa lagi mendaftar CASN selamanya. Mereka ketahuan berbuat curang saat seleksi CPNS.

"Tapi kalau ada permintaan blokir dibuka, BKN akan menunggu keputusan menteri PANRB," beber Deputi Bidang Sistem Informasi Kepegawaian BKN, Suharmen.

Nah lo, jangan sampai menggapai pekerjaan impian dengan cara curang ya!&nbsp;(Siti Zumrokhatun/E10)

Inibaru.id - Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) barangkali menjadi impian sebagian orang. Gaji besar, fasilitas keren, dan embel-embel sebagai abdi negara adalah beberapa daya tarik menjadi PNS.

Sayangnya untuk lolos menjadi PNS nggak mudah. Kamu harus bisa melewati serangkaian seleksi. Nggak jarang ada oknum yang menghalalkan segala cara demi bisa lolos seleksi.

Jika sudah di-blacklist, kamu nggak bisa mendaftar CPNS selamanya.

Curang saat Tes, CPNS Bisa Kena Blacklist Permanen

Inibaru.id &ndash; Dieng Culture Festival 2018 memang nggak berhenti membuat kejutan untuk para pengunjungnya. Setelah sajian Jazz Atas Awan pada Jumat (3/8/2018) yang memukau, acara berlanjut dengan Senandung Atas Awan.
Serupa dengan Jazz Atas Awan, perhelatan Senandung Atas Awan yang berlangsung Sabtu (4/8) malam juga digelar di Kompleks Candi Arjuna, Dieng, Kabupaten Banjarnegara.&nbsp;Bedanya, konser&nbsp;Senandung Atas Awan selalu merahasiakan bintang tamu utama mereka. Namun, justru inilah yang menarik bagi saya.
<img src="/nuploads/59/DSCF1678.JPG" alt="" width="900" />
<code>Penampilan Letto. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Tahun ini, Letto hadir menjadi salah satu bintang tamu rahasia yang dihadirkan. Band asal Yogyakarta itu tampil memukau dengan membawakan lagu-lagu andalan mereka yang ngena banget di telinga saya. Diawali dengan lagu "Permintaan Hati", Letto terus membius pengunjung baper seperti saya dengan lagu-lagunya yang syahdu.
Nggak hanya lagu ciptaan sendiri,&nbsp;Letto juga tampil beda dengan melantunkan lagu tradisional "Gundul-Gundul Pacul" yang dibawakan dalam versi keroncong, rok, dangdut, bahkan langgam jawa.
Dus, untuk meningkatkan semangat patriotisme, Letto juga membawakan lagu nasional "Berkibarlah Benderaku". Wah, semangat nasionalisme saya langsung membuncah! Ha-ha.
<img src="/nuploads/59/DSCF1632.JPG" alt="" width="900" />
<code>Noe mengajak pengunjung naik ke panggung. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Kolaborasi
Malam merangkak naik. Suhu udara kian turun,&nbsp;dan saya semakin baper&nbsp;dihujam lagu "Ruang Rindu"&nbsp;yang dinyanyikan Letto dengan Hiroaki Kato, penyanyi asal Jepang yang terkenal karena mengkaver lagu itu dalam bahasa Jepang-Indonesia.
Panggung Senandung Atas Awan kian hangat saat Noe, vokalis Letto, juga "berkolaborasi" bersama penonton dengan mengajak mereka untuk ikut berjoget di atas panggung.&nbsp;
<img src="/nuploads/59/DSCF1642.JPG" alt="" width="900" height="601" />
<code>Noe dan Hiroaki Kato. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Malam itu pun kian sempurna dengan lantunan lirih "Sebelum Cahaya" yang diiringi dengan ribuan lampu flash gawai pengunjung yang dinyalakan bersamaan.&nbsp;Hm, merinding parah, Millens!
Hm, tahun depan wajib datang lagi nih! (Mayang Istnaini/E03)

Lama nggak kelihatan, grup band Letto tetiba mengejutkan penonton Senandung Atas Awan yang kembali digelar di Dieng. Nggak hanya sendiri, band asal Yogyakarta itu juga berkolaborasi dengan penyanyi asal Jepang, Hiroaki Kato.

Lama Menghilang, Letto Tetiba Muncul di Senandung Atas Awan

Inibaru.id &ndash; Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, terlihat menghadiri acara Senandung Atas Awan 2018 pada Sabtu (4/8/2018). Dalam acara yang diselenggarakan di Komplek Candi Arjuna, Dieng, Kabupaten Banjarnegara, itu Ganjar hadir ditemani sang istri, Siti Atiqoh.
<img src="/nuploads/59/DSCF1479.JPG" alt="" width="900" />
<code>Ganjar Pranowo terlihat menikmati sajian Senandung Atas Awan. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Udara dingin rupanya nggak menyurutkan semangat gubernur yang baru saja kembali terpilih itu, untuk turut serta di tengah-tengah konser menjelang Pesta Lampion tersebut.&nbsp;Ganjar dan Atiqoh tampak larut dalam salah satu acara dalam rangkaian festival tahunan Dieng Culture Festival itu. Mereka duduk mesra menikmati penampilan para bintang tamu.
<img src="/nuploads/59/DSCF1530.JPG" alt="" width="900" height="601" />
<code>Penampilan Noe, vokalis Letto. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Selain&nbsp;dihibur penampilan&nbsp;penyanyi Jateng, grup band Letto dan The Rain juga ikut meramaikan panggung di tengah suhu udara Dieng yang mendekati nol derajat Celsius. Para pengunjung yang yang nggak menyangka bakal kedatangan dua band kenamaan asal Yogyakarta itu pun bertambah antusias.
Penerbangan Lampion
Nggak hanya ikut menikmati Senandung Atas Awan, Ganjar dan Atiqoh juga mengawali penerbangan lampion. Acara itu sekaligus menjadi puncak acara DCF 2018.
<img src="/nuploads/59/IMG_2377.JPG" alt="" width="900" />
<code>Ganjar Pranowo dan istri bersiap menerbangkan lampion. (Inibaru.id/Putri Rachmawati)</code>
Sekitar 5.000 lampion diterbangkan malam itu. Lampion-lampion itu menjadi simbol harapan dari masing-masing pengunjung yang datang.&nbsp;(Mayang Istnaini/E03)

Dalam sajian Senandung Atas Awan 2018, Ganjar Pranowo tampak hadir bersama istrinya, Siti Atiqoh Ganjar Pranowo.

Ganjar Pranowo Jadi "Bintang Tamu" di Puncak DCF 2018

Inibaru.id &ndash; Dalam prosesi Ruwat Rambut Gimbal di Dieng, bocah gimbal biasanya punya permintaan khusus. Permintaan itu harus dipenuhi sebelum rambut gimbalnya dipangkas, lo. Kalau nggak, mereka percaya&nbsp;rambut gimbal itu bakal tumbuh kembali.
Pada prosesi Ruwat Rambut Gimbal yang diselenggarakan di Komplek Candi Arjuna Dieng tahun ini, ada 12 bocah gimbal yang akan dipangkas rambutnya. Permintaan mereka pun bermacam-macam, mulai dari yang sederhana hingga nggak terduga.
<img src="/nuploads/59/DSCF1836.JPG" alt="" width="900" />
<code>Bocah gimbal diarak menuju lokasi ruwat. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Zalia Sidarsoni, misalnya. Bocah gimbal asal Banjarnegara itu hanya meminta es krim rasa coklat, mangga, dan jeruk sebelum rambut gimbalnya dipangkas. Nggak ayal pengunjung dibuat terkekeh saat pewara menyampaikan permintaan sederhana itu.
<img src="/nuploads/59/DSCF1841.JPG" alt="" width="900" />
<code>Gerobak berisi barang permintaan para bocah gimbal. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Begitu pun dengan Salwa Khairunnisa dari Wonosobo. Dia meminta dua bungkus permen dan kerupuk rambak sebagai syarat pemotongan rambut gimbalnya.
<img src="/nuploads/59/DSCF1860.JPG" alt="" width="900" />
<code>Kambing jantan permintaan salah seorang bocah gimbal. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Ada yang remeh, ada pula yang cukup bikin geleng-geleng kepala. Salah satunya adalah permintaan dari Laela Handayani yang berasal dari Cikampek. Tanpa diduga pengunjung, gadis kecil tersebut&nbsp;meminta tablet dengan jenama terkenal untuk ngegim.
Nggak hanya itu, Laela juga meminta agar rambut gimbalnya dipangkas oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Penonton yang hadir pun segera riuh dengan suara tawa.
<img src="/nuploads/59/IMG_2623.JPG" alt="" width="900" />
<code>Ganjar Pranowo memotong rambut salah seorang bocah gimbal. (Inibaru.id/Putri Rachmawati)</code>
Terus, ada pula Elsa Fitriani yang meminta kambing jantan besar dan dua bungkus besar roti kering. Wah, wah!
&nbsp;
Yeah, seperti kata&nbsp;Ganjar Pranowo&nbsp;dalam sambutannya sebelum membuka acara, permintaan anak-anak itu memang seperti imajinasi yang belum tentu dimiliki orang dewasa.
"Ini menarik secara kultural,&rdquo; ungkapnya.
Itu betul, Pak Ganjar! Anak-anak bakal selalu bertingkah laiknya anak-anak.&nbsp;Kalau ada di posisi anak-anak itu, kira-kira kamu pengin minta apa ya, Millens? Ha-ha.&nbsp;(Mayang Istnaini/E03)

Dari yang paling sederhana hingga nggak terduga, permintaan bocah berambut gimbal dipenuhi saat ritual Ruwat Rambut Gimbal di Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Minggu (5/8/18).

Permintaan Bocah-Bocah Gimbal sebelum Diruwat Ini Nggak Terduga

Inibaru.id &ndash; Puncak rangkaian acara Dieng Culture Festival (DCF) 2018 ditandai dengan penerbangan lampion pada Sabtu (4/8/2018) malam di Komplek Candi Arjuna, Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Nggak kurang dari 5.000 lampion tampak menghiasi langit malam Dieng.
Sebelum penerbangan lampion, acara Senandung Atas Awan hadir sebagai pembuka. Band asal Yogyakarta, Letto, tampil menghibur pengunjung sebagai bintang tamu utama.
<img src="/nuploads/59/DSCF1707.JPG" alt="" width="900" />
<code>Pengunjung bersiap menerbangkan lampion. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Udara Dieng yang dingin pun menghangat karena penampilan Letto. Seperti sehari sebelumnya,&nbsp;suhu udara di Dieng juga sempat mencapai 4 derajat saat Senandung Atas Awan dan penerbangan lampion berlangsung.
Beli Lampion
Suhu dingin nggak menyurutkan minat pengunjung untuk mengikuti acara "pesta lampion" tersebut hingga selesai. Mereka bahkan rela mengeluarkan kocek demi bisa menerbangkan lampion yang banyak dijual di kawasan Candi Arjuna.
<img src="/nuploads/59/DSCF1738.JPG" alt="" width="900" />
<code>Lampion siap diterbangkan. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
&nbsp;
Oya, selain peserta&nbsp;dengan&nbsp;tiket terusan DCF 2018, pengunjung tanpa tiket terusan juga tetap bisa turut serta menerbangkan lampion malam itu. Panitia memang nggak membatasi banyaknya atau jenis lampion apa yang dipakai. Mereka cukup membelinya dengan harga antara Rp 10 ribu hingga 20 ribu.
Sayang, hal tersebut justru membuat kondisi pesta lampion menjadi kurang kondusif. Ini karena&nbsp;beberapa pengunjung nggak sabar untuk menunggu pelepasan lampion dan memilih menerbangkannya lebih dulu.
<img src="/nuploads/59/IMG_2377.JPG" alt="" width="900" height="600" />
<code>Ganjar Pranowo beserta istri mengawali penerbangan lampion. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Nggak cuma itu, sejumlah lampion bahkan tampak terbang di luar tempat-tempat ditentukan. Itu mengakibatkan sejumlah&nbsp;lampion terbang nggak terkendali. Ada yang bahkan tersangkut di instalasi panggung. Beruntung, lampion berhasil dipadamkan sebelum api sempat menjalar.
Satu lampion juga sempat terlihat terbang rendah mendekati Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang turut hadir untuk mengawali pelepasan lampion. Untungnya, lampion yang terbang rendah dari arah belakang itu sempat dihalau sejumlah&nbsp;orang di sekitar Ganjar.&nbsp;Duh!
<img src="/nuploads/59/DSCF1593.JPG" alt="" width="900" />
<code>Lampion terbang rendah mendekati Ganjar Pranowo. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Terlepas dari sejumlah insiden yang terjadi, gelaran penerbangan lampion tetap berjalan dengan syahdu.&nbsp;Malam itu langit Dieng tampak gemerlap dengan lampion yang mengangkasa perlahan. Ah, betul-betul menawan!&nbsp;(Mayang Istnaini/E03)

Penerbangan 5.000 lampion menjadi puncak rangkaian acara Dieng Culture Festival 2018 yang berlangsung selama 3-5 Agustus ini.

Ribuan Lampion Hiasi Langit Dieng Semalam

Inibaru.id &ndash; Persembahan Jazz Atas Awan 2018 pada Jumat (3/8/2018) ditutup dengan apik oleh penampilan Gugun Blues Shelter (GBS). Membawakan lagu-lagu andalan mereka seperti "Mobil Butut", "Soul on Fire", dan "Vixen Eyes", band beraliran blues asal Jakarta itu sukses membuat penonton berjingkrak dan turut berdendang bersama.
Bertempat di kawasan Candi Arjuna, Karangsari, Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, penonton yang semula duduk terpaku lantaran kedinginan segera bangkit dan beranjak maju mendekati panggung begitu para penggawa GBS yang terdiri atas Gugun, Fajar, dan Bowie, menampakkan diri.
<img src="/nuploads/59/DSCF1217.JPG" alt="" width="900" />
<code>Penampilan Fajar, bassist Gugun Blues Shelter. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Pada kesempatan tersebut, band yang dibentuk 2004 lalu tersebut juga menyanyikan lagu baru&nbsp;mereka, "Sweet Looking Woman".&nbsp;GBS yang tampil energetik tampak berhasil mengembalikan semangat penonton yang sempat surut lantaran cuaca ekstrem di Dieng.
Jazz Atas Awan merupakan salah satu acara utama dalam rangkaian festival tahunan Dieng Culture Festival (DCF) 2018 yang berlangsung dari 3-5 Agustus. Dimulai pukul&nbsp;21.00 WIB, konser yang dihadiri&nbsp;wisatawan dari dalam dan luar negeri itu&nbsp;berakhir hingga lewat tengah malam.
<img src="/nuploads/59/DSCF1181.JPG" alt="" width="900" />
<code>Penonton Jazz Atas Awan. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Di Tengah Suhu Ekstrem
FYI, saat Jazz Atas Awan dimulai pukul 21.00, suhu udara di Dieng diperkirakan telah mencapai delapan derajat Celsius. Suhu tersebut terus menurun hingga&nbsp;nyaris mencapai nol derajat Celsius&nbsp;menjelang tengah malam. Bahkan, fenomena embun es yang beberapa hari lalu sempat terjadi di Dieng pun kembali terulang.
<img src="/nuploads/59/DSCF1187.JPG" alt="" width="900" />
<code>Embun es yang tercipta. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Untuk menanggulangi hawa dingin tersebut, panitia sengaja menyediakan api unggun bagi para penonton. Api unggun tersebut disebar di sejumlah titik di sekitar lapangan tempat berlangsungnya konser.
<img src="/nuploads/59/DSCF1211.JPG" alt="" width="900" />
<code>Gugun, vokalis sekaligus gitaris Gugun Blues Shelter. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Rangkaian gelaran DCF 2018 masih akan berlangsung hingga Minggu (5/8) besok. Jadi, buat kamu yang pengin berdingin-dingin ria di Dieng, sini, sini! Kita merapat biar hangat! (Mayang Istnaini/E03)

Gugun Blues Shelter tampil memukau sebagai bintang tamu utama dalam Jazz Atas Awan 2018. Seperti apa kisahnya?

Dieng, Jazz, dan Gugun Blues Shelter

Inibaru.id &ndash; Acara yang ditunggu-tunggu dalam rangkaian festival tahunan Dieng Culture Festival (DCF), yakni&nbsp;Jazz Atas Awan,&nbsp;telah berlangsung pada Jumat (3/8/2018) malam. Digelar di kawasan wisata Candi Arjuna,&nbsp;Karangsari, Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara,&nbsp;pergelaran musik tersebut dimeriahkan oleh sejumlah pemusik jazz lokal maupun nasional.
Sejumlah grup musik seperti Garhana, Every Day, Wedding Jahe, 5 Petani, Long in The Depth, dan Best Friend Project, turut serta dalam konser yang digelar mulai pukul 21.00 WIB tersebut. Nggak hanya itu, grup musik beraliran blues, yakni Gugun Blues Shelter, juga turut diundang sebagai bintang tamu.
<img src="/nuploads/58/JAA%201%20garhana.jpg" alt="" width="724" height="480" />
<code>Grup musik jazz asal Bandung, Garhana, turut meramaikan Jazz Atas Awan. (Inibaru.id/Putri Rachmawati)</code>
Ratusan penikmat musik jazz tampak memadati salah satu event musik berskala nasional itu. Dinginnya Dieng nggak menyurutkan niat mereka untuk turut berdendang bersama para musikus yang ada.
Ya, Jazz Atas Awan memang menjadi salah satu daya tarik utama dalam DCF. Nggak hanya tahun ini, Jazz Atas Awan sebelumnya yang dimeriahkan Anji dan Katon Bagaskara juga cukup ramai dipadati pengunjung domestik maupun mancanegara.
Dingin, tapi Hangat
Dinginnya kawasan Candi Arjuna yang mendekati suhu nol derajat Celcius rupanya nggak menghentikan konser yang berlangsung hingga tengah malam itu. Lantunan musik jazz yang&nbsp;terus mengalun membuat suasana tetap hangat, termasuk saya. Tubuh boleh beku menggigil, tapi hati justru memanas dengan penampilan memukau para musikus.
Oya, sejumlah informasi menyebutkan bahwa&nbsp;embun yang menutupi rumput, kaca mobil, dan motor di sekitar panggung sudah berubah menjadi es malam itu. Fyuh!
<img src="/nuploads/58/JAA%203%20-%20gerhana.jpg" alt="" width="765" height="509" />
<code>Permainan perkusi oleh salah satu anggota grup musik Garhana. (Inibaru.id/Putri Rachmawati)</code>
Api Unggun di Sejumlah Titik
Menjelang tengah malam, hawa dingin kian menggigit. Saya pun menyerah dan memilih melipir ke pinggir lapangan untuk menghangatkan diri. Panitia memang telah menyediakan sejumlah spot api unggun di&nbsp;pinggir lapangan.&nbsp;Di sana saya juga cukup tertolong dengan keberadaan&nbsp;pelbagai stan makanan dan minuman penghangat tubuh.
<img src="/nuploads/58/JAA%20penonton.jpg" alt="" width="734" height="489" />
<code>Para penonton yang memadati lapangan di kawasan wisata Candi Arjuna. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Setelah dirasa cukup hangat, saya kembali ke depan panggung dan langsung disuguhkan penampilan puncak dari Gugun Blues Shelter. Para penonton yang semula hanya duduk&nbsp;menghangatkan diri pun&nbsp;langsung berdiri dan melangkah mendekati panggung, lalu berdendang bersama.
Hm, malam yang luar biasa! Buat kamu yang gagal datang ke&nbsp;Jazz Atas Awan, rugi banget! Tapi, tenang,&nbsp;Sabtu&nbsp;(4/8) malam nanti DCF masih bakal berlanjut dengan acara "Senandung Atas Awan" dan "Festival Lampion". Jangan&nbsp;terlewat lagi, lo! (Putri Rachmawati/E03)

Jazz Atas Awan menjadi salah satu rangkaian acara Dieng Culture Festival (DFC) yang memikat para pengunjung. Di tengah udara  malam yang sangat dingin, grup-grup musik jazz mampu menghangatkan malam itu.

Hangatnya Konser Jazz Berpadu dengan Dinginnya Dieng di Jazz Atas Awan

Inibaru.id &ndash; Purwaceng atau antanan gunung telah lama dikenal sebagai minuman khas dari Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah.&nbsp;Nah, untuk lebih mengenalkan minuman bernama latin&nbsp;Pimpinella pruatjan ini, panitia&nbsp;Dieng Culture Festival (DCF) 2018 sengaja membagikannya secara gratis pada&nbsp;seusai aksi "Dieng Bersih" yang berlangsung pada Jumat (3/8/2018) pagi.
Dieng Bersih adalah aksi memungut sampah yang dilakukan mulai dari Candi Arjuna hingga Museum Kailasa. Aksi ini merupakan acara "pemanasan" dari rangkaian festival tahunan DCF yang berlangsung bakal digelar hingga 5 Agustus mendatang.
Hm, ini merupakan kali pertama saya menikmati purwaceng! Konon, minuman tradisional ini bisa meningkatkan stamina, lo, Millens!&nbsp;
Rasanya manis dan kayaknya memang benar bisa meningkatkan stamina! Ha-ha.&nbsp;Setelah lelah berjalan dari&nbsp;Candi Arjuna-Museum Kailasa-Candi Arjuna untuk memunguti sampah dalam aksi Dieng Bersih, stamina memang seolah diisi ulang setelah meminumnya.
Nggak hanya saya,&nbsp;ratusan peserta yang terdiri atas warga setempat dan para relawan itu pun tampak menikmati dan merasakan efeknya.
<img src="/nuploads/58/Purwaceng%203.jpg" alt="" width="664" height="442" />
<code>Setelah lelah bersih-bersih, para relawan bisa menikmati minuman purwaceng yang disuguhkan secara gratis. (Putri Rachmawati/Inibaru.id)</code>
Akar Purwaceng
Oya, kamu bakal dengan mudah menemukan minuman purwaceng di Dieng. Purwaceng memang tumbuh subur di kawasan berhawa dingin tersebut. Warga&nbsp;biasa merebus akar tanaman yang mirip gingseng itu kemudian mencampurnya dengan gula jawa.&nbsp;
Warga ada yang menyebut&nbsp;minuman tradisional itu "teh purwaceng", tapi nggak sedikit yang menyebutnya purwaceng saja. Rasanya manis, tubuh pun terasa hangat setelah menyesapnya, Millens.
&nbsp;
<img src="/nuploads/58/Purwaceng%201.jpg" alt="" width="727" height="484" />
<code>Purwaceng hangat memang paling cocok diminum di tengah dinginnya udara Dieng. (Putri Rachmawati/Inibaru.id)</code>
Minuman ini cocok dinikmati di Dataran Tinggi Dieng yang memang dikenal berhawa sangat dingin. Saya yang semula kedinginan lumayan terbantu dengan&nbsp;segelas purwaceng hangat itu. Eh, apalagi dibagikan gratis! Ha-ha.
&nbsp;Hm, buat kamu yang belum pernah mencicipi purwaceng sebelumnya, coba deh! Datanglah ke Dieng, mumpung lagi ada event nasional, nih! (Putri Rachmawati/E03)

Purwaceng menjadi minuman gratis yang dibagikan kepada para peserta aksi "Dieng Bersih" yang menjadi acara "pemanasan" dalam Dieng Culture Festival 2018 yang bakal berlangsung tiga hari ke depan. Hm, hangatnya!

Awali DCF 2018, Minuman Purwaceng Dibagikan Gratis

Inibaru.id &ndash; Aksi "Dieng Bersih" mengawali rangkaian acara Dieng Culture Festival (DCF) 2018 pada Jumat (3/8/2018). Didominasi para&nbsp;siswa dan perangkat sejumlah instansi dari Kecamatan Batur, Banjarnegara, aksi berupa pemungutan sampah itu dilakukan di beberapa titik di kawasan wisata Dieng.
Nggak hanya diikuti warga setempat, sejumlah relawan dari pelbagai wilayah juga tampak turut serta dalam aksi tersebut.
<img src="/nuploads/59/DSCF1078.JPG" alt="" width="900" />
<code>Siswa peserta Aksi Dieng Bersih. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Peserta memulai Aksi Dieng Bersih dari Komplek Candi Arjuna menuju Museum Kailasa, lalu&nbsp;kembali lagi. Aksi mereka dilombakan. Peserta yang memungut&nbsp;sampah paling banyak mendapatkan hadiah utama berupa sepeda gunung dan televisi.
<img src="/nuploads/59/DSCF1076.JPG" alt="" width="900" />
<code>Peserta menyusuri jalan dalam Aksi Dieng Bersih. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Ini merupakan acara perdana yang belum pernah diselenggarakan sebelumnya dalam gelaran tahunan Dieng Culture Festival. Aksi inovatif tersebut&nbsp;digelar&nbsp;sebagai upaya mewujudkan Dieng sebagai lokawisata yang bersih dan ramah wisatawan.&nbsp;
Acara kemudian ditutup dengan pembagian doorprize dan minum purwaceng bersama.&nbsp;
<img src="/nuploads/59/DSCF1083.JPG" alt="" width="900" />
<code>Peserta menanti pembagian doorprize sambil minum purwaceng bersama. (Inibaru.id/Mayang Istnaini)</code>
Bertemakan "The Beauty of Culture", rangkaian Dieng&nbsp;Culture Festival akan berlangsung dari 3-5 Agustus. Malam ini, rangkaian acara DCF 2018 akan dilanjutkan dengan gelaran&nbsp;Jazz Atas Awan yang bakal menghadirkan bintang tamu Gugun Blues Shelter.
Nah, buat kamu yang belum sampai Dieng, segera ke sini, yuk! Jangan ketinggalan ya, Millens! (Mayang Istnaini/E03)

Gelaran Dieng Culture Festival 2018 dimulai hari ini, Jumat (3/8/2018), dengan aksi bersih-bersih. Sejumlah pihak tampak bahu-membahu memunguti sampah di sejumlah titik di kawasan wisata kebanggaan Jawa Tengah tersebut.

Aksi "Dieng Bersih" Awali Rangkaian Dieng Culture Festival 2018

Inibaru.id -&nbsp;Menikmati alunan musik jazz&nbsp;di tengah dinginnya Dieng? Wah, pasti syahdu ya, Millens. Kamu bisa kok membawa serta teman, pacar, atau gebetan ke Event Dieng Culture Festival (DCF) pada 3-5 Agustus 2018 nanti.
Kamu bisa mengikuti rangkaian acara&nbsp; di sana yang salah satunya festival Jazz Atas Awan. Yap, festival ini memang nggak pernah absen dari DCF. Semakin lama, festival jazz yang akan di gelar di komplek Candi Arjuna Dieng ini semakin istimewa. Banyak musikus jazz dari dalam dan luar negeri lo!
<img src="/nuploads/45/youtubecom%20JAW%202016.jpg" alt="" width="1280" height="720" />
<code>Jazz Atas Awan 2016. (Youtube.com)</code>
Dimeriahkan Musikus-musikus Berbakat
Ditulis Detik.com (09/07/2018), panitia DCF 2018, Aprilianto mengatakan, Jazz Atas Awan masih menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung DCF. Beberapa musikus yang direncanakan hadir di antaranya, Best Friend Project, Wedding Jahe, Logging In The Deep, End Hope, Every Day, Later Just Find, Tjut Nyak Deviana dan musisi dari Jepang Hiroaki Kato.
"Musisi Jazz ini berasal dari Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Semarang dan Jepang," terangnya
<img src="/nuploads/45/Campusiciannewscom.jpg" alt="" width="663" height="382" />
<code>Tjut Nyak Deviana. (Campusiciansnews.com)</code>
"Harapannya, pengunjung yang datang ke Dieng saat DCF akan terhibur dengan deretan musisi jazz yang akan perform nanti," tuturnya.
Selain Jazz Atas Awan, festival lampion juga masih menjadi agenda dalam DCF. Ribuan lampion ini akan diterbangkan pada Sabtu (4/8/2018) usai akustik Atas Awan. Kamu yang sudah beli tiket berhak mendapat satu lampion. Jadi setelah terlarut dalam lagu, kamu bisa melayang bersama lampion. Ha ha
<img src="/nuploads/72/lampion.jpg" alt="" width="700" height="393" />
<code>Menerbangkan lampion setelah festival Jazz Atas Awan 2017. (kompas.com/Iqbal Fahmi)</code>
"Festival lampion juga salah satu daya tarik DCF selain Jazz Atas Awan dan ruwatan potong rambut gimbal," ujarnya.
Gimana Millens?&nbsp;Kamu mau&nbsp;ajak siapa nih ke DCF Dieng Banjarnegara? Eits, yang jomblo jangan baper ya.&nbsp;(IB06/E05)

Yuk siap-siap terlena dalam irama Jazz Atas Awan 2018 di Dieng Banjarnegara.