Konon, kue keranjang sudah eksis sejak abad ke-3 Masehi.
Bentuk dan tampilannya pun sampai sekarang nggak begitu banyak berubah, yaitu
ada yang berbentuk seperti koin tebal, tabung berukuran besar, hingga tabung
berukuran kecil.

Nah, banyak orang yang sengaja beli kue keranjang khas Imlek dalam jumlah banyak. Alasannya tentu agar bisa dibagi-bagikan ke keluarga, tetangga,
atau bahkan teman. Lebih dari itu, kue yang terbuat dari gula dan tepung ketan
ini dikenal sangat awet. Beda dengan kue-kue pada umumnya yang sebaiknya
disimpan di dalam kulkas agar tahan lama, kue keranjang bisa disimpan di suhu
ruangan dan nggak akan berkurang kualitasnya.

Memangnya, sampai seberapa lama sih kue keranjang bisa awet?
Kalau menurut sejumlah produsen kue ini, bisa sampai tujuh bulan, lo. Bahkan,
ada kue keranjang yang bisa awet sampai setahun! Luar biasa, ya?

“Kalau disimpan di luar ruangan, terkadang bagian luarnya
bisa buluk alias kotor. Tapi nggak masalah, bagian yang buluk itu
tinggal dibuang. Sisanya yang masih baik bisa diolah lagi dan aman dikonsumsi,”
ucap salah seorang produsen kue keranjang dari Tangerang, Iin sebagaimana
dinukil dari Kompas, Sabtu (18/1/2025).

Cara pengolahan kembali kue keranjang yang sudah disimpan
cukup lama di suhu ruangan juga nggak ribet, kok. Kalau nggak dikukus, kamu
bisa menggorengnya lagi. Setelah diolah, kue keranjang bakal kembali kenyal dan
mudah dimakan, deh.

Nggak disangka ya, kue keranjang khas Imlek bisa seawet itu.
Apakah kamu juga terbiasa membelinya pas Tahun Baru Imlek, Millens? (Arie
Widodo/E05)

Inibaru.id – Nggak sampai satu bulan setelah Tahun
Baru Masehi, kita akan segera merayakan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada Rabu
(29/1/2025). Biasanya sih, jelang Imlek, berbagai ornamen khas Tionghoa dengan
warna merah nan cantik menghiasi banyak tempat. Jajanan khas Imlek seperti kue
keranjang juga semakin mudah untuk ditemukan di mana-mana.

Kue keranjang atau yang juga punya nama lain kue bakul,
dodol Cina, atau jenang Cina ini memang wajib dihadirkan pada Tahun Baru Imlek.
Pasalnya, selain dikonsumsi, kue ini digunakan sebagai sesaji saat upacara
sembahyang leluhur yang dilakukan sepekan jelang Imlek. Banyak juga yang
menyebut kudapan ini bisa disajikan ke Dewa Tungku, Millens.

Jajanan khas Imlek, kue keranjang, bisa dibeli dalam jumlah banyak. Alasannya, kue ini bisa awet cukup lama. Memangnya, sampai seberapa awet sih kue keranjang bisa bertahan?

Sajian Khas Imlek, Berapa Lama Kue Keranjang Bisa Awet?

Oya, saya tertarik pada Penjara Mlaten karena bangunan ini adalah salah satu saksi bisu Pertempuran Lima Hari (Pertempuran Semarang) di Kota Lunpia yang melibatkan pasukan Jepang dengan pemuda dan militer Tanah Air pada 15-20 Oktober 1945.

Sedikit yang saya tahu, Penjara Mlaten sudah berdiri sejak masa penjajahan Belanda, yang diperuntukkan bagi para tahanan pria bumiputera. Kemudian, pada masa pendudukan Jepang, tempat ini menjadi kamp pengasingan orang Belanda di Indonesia.

Terletak di Kelurahan Kebonagung, Kecamatan Semarang Timur,&nbsp;Penjara Mlaten bersisian dengan Rumah Deret; bangunan ikonik yang konon dulunya merupakan bagian dari penjara ini. Sementara, di seberangnya ada&nbsp;Gedung Sobokartti, bangunan bersejarah lain yang kini difungsikan sebagai sanggar tari dan kesenian.

Eddy Junaedi mengatakan, Penjara Mlaten sudah berdiri sejak 1881 semasa penjajahan Belanda. Setelah menjadi Rupbasan, tempat ini cukup lama kosong. Barulah pada Oktober 2023 lalu Kemenkumham Kanwil Jateng memutuskan untuk memakai kembali bangunan ini.

"Bangunan eks-Penjara Mlaten ini sekarang menjadi Rutan Kelas I Semarang; berfungsi sebagai tempat penahanan, meski bersifat sementara atau titipan, sebelum dibawa ke penjara pusat," tuturnya saat mengajak saya berkeliling gedung.

Lantaran terbengkalai cukup lama, Eddy mengatakan, Penjara Mlaten tampak karut marut dengan bangunan masih tertutup seng. Pada bagian belakang, bangunan tua bekas penjara tampak masih berdiri, tapi rapuh, seperti tinggal menunggu waktu saja untuk ambruk.

"Bangunan ini tadinya penuh belukar; sampah berserakan di mana-mana. Tapi, sekarang sudah dibersihkan. Saat ini&nbsp;kami masih melakukan renovasi dan revitalisasi untuk bangunan tuanya," ungkap Eddy sembari menunjuk beberapa bagian yang tampak masih dibenahi.

Beberapa blok sel lama di Penjara Mlaten ini temboknya memang tampak sudah rapuh dan harus direnovasi. Namun, bukan berarti seluruh bangunan nggak berfungsi. Ada juga bangunan baru yang sudah beroperasi, khususnya untuk menampung tahanan, yakni Gedung Yudhistira.

Gedung tiga lantai ini sepenuhnya berfungsi sebagai sel tahanan, tapi belum sepenuhnya terisi. Baru ada 240 tahanan yang menghuni Rutan Kelas I Semarang ini, yang didominasi kasus narkoba.&nbsp;Karena bukan bangunan lama, menurut saya nggak ada yang menarik dari gedung ini, kecuali cerita horornya. Ha-ha.

Eddy mengungkapkan, beberapa blok penjara lama yang rapuh akan dirobohkan, kecuali dua gedung. Namun, karena kondisinya nggak memungkinkan, kedua bangunan nggak akan dijadikan sebagai ruang tahanan, tapi tempat ibadah.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya. Bangunan yang kami pertahankan akan kami jadikan tempat ibadah," tuturnya.

Sedikit gambaran, kompleks Penjara Mlaten yang lama berupa sebidang halaman luas yang dikelilingi sejumlah bangunan. Andai terawat baik, saya bayangkan area ini&nbsp;mirip penjara di luar negeri yang khas dengan halaman luas berteralis yang dikelilingi gedung-gedung tua menjulang.

Namun, genangan air dan puing-puing bangunan yang terserak di mana-mana menyulitkan kami menjangkau sisi timur. Hanya sisi utara yang bisa kami jangkau, yakni tempat dua gedung tua yang kata Eddy akan dijadikan sebagai tempat ibadah.

Bagian dalam kedua bangunan tersebut masih terlihat seperti bentuk aslinya, berupa sel-sel berukuran besar yang saya duga dulunya merupakan sel bangsal untuk menampung banyak tahanan sekaligus. Bangunannya cukup kokoh, meski menurut saya memang nggak "aman" untuk dijadikan sebagai ruang penjara.

Ah, kesal rasanya mengetahui hanya kedua bangunan ini yang bisa dipertahankan, sedangkan sebagian besar lainnya harus dirobohkan. Namun, saya tahu bahwa merawat gedung tua, sebagaimana banyak bangunan tua di Kota Lama, bukanlah perkara gampang, apalagi untuk merevitalisasinya agar berfungsi kembali.

Jadi, mau gimana lagi? Paling nggak, masih ada yang tersisa dari Penjara Mlaten, kan? (Murjangkung/E03)

Inibaru.id - Sewaktu menulis tentang spot bersejarah di Jalan Dr Cipto Semarang untuk Inibaru.id pada 2019 lalu, ada satu tempat yang gagal saya jangkau, yakni Penjara Mlaten.

Kala itu, statusnya sebagai Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) membuat izin peliputan begitu berbelit, sehingga saya memutuskan untuk menangguhkannya.

Kesempatan menyambangi Penjara Mlaten akhirnya datang juga setelah beberapa waktu lalu saya bertemu Kepala Rutan Kelas I Semarang Eddy Junaedi. Kebetulan, Penjara Mlaten saat ini dialihfungsikan menjadi "hotel prodeo" di bawah kekuasaannya.

Menjadi bagian dari saksi bisu Pertempuran Lima Hari di Semarang, Penjara Mlaten, si tua renta yang cukup lama mangkrak kini malih rupa setelah beralih fungsi menjadi Rutan Kelas I Semarang.

Membesuk Penjara Mlaten Semarang, si Tua Renta yang Sekarang Malih Rupa

Meski butuh usaha untuk membuatnya, untungnya mi instan
mudah dibuat. Nggak sampai 15 menit dari merebus minya sampai kenyal dan menyiapkan
bumbu-bumbunya di mangkuk, kamu bakal bisa segera menyantapnya dengan lahap!

Lantas, apa sih yang bikin rasa pengin makan mi kuah hangat
jadi semakin tinggi tatkala hujan turun? Untungnya, sudah ada penelitian yang
membahas hal ini, Millens. Penelitian ini dibut oleh Keyne Charlot dan dirilis
dalam jurnal Nutrition pada 2017 lalu.

Dalam penelitian tersebut, terungkap bahwa makanan hangat
jika dikonsumsi saat cuaca dingin seperti saat hujan turun dengan deras, bisa
mempengaruhi pikiran dan mood manusia. Kamu merasakan sensasi seperti terlepasnya
stres, meningkatnya nafsu makan, hingga meningkatnya jumlah energi.

Dalam penelitian tersebut, partisipan yang dilibatkan
diketahui berprofesi sebagai atlet, tentara, hingga orang-orang dengan masalah
berat badan berlebihan. Mereka diminta untuk beraktivitas fisik pada suhu
ruangan 20-25 derajat Celsius alias cukup sejuk.

Dampaknya, suhu sejuk mempengaruhi otak para partisipan untuk
mencari atau menginginkan makanan hangat. Setelah mengonsumsinya, maka perasaan
akan jadi lebih nyaman. Apalagi, suhu hangat pada makanan-makanan tersebut juga
bisa bikin badan terasa lebih hangat di tengah suhu udara yang sejuk atau
dingin.

Hasil penelitian ini kemudian didukung oleh hasil penelitian
lainnya yang dibuat oleh Pei-Chi Chan dan dirilis dalam jurnal berjudul International
Journal of Molecular Sciences pada 2022 lalu. Hasilnya adalah, makanan
hangat seperti mi kuah memang bisa bikin tubuh jadi ikutan terasa hangat. Makanya,
kita seperti pengin mengonsumsinya saat suhu udara turun karena hujan deras,
deh.

Sayangnya, mi instan yang enak dan bisa bikin hangat itu
kurang sehat bagi tubuh. Jadi, sebaiknya kamu membatasi konsumsinya. Cari deh
penganan atua minuman hangat lain yang lebih sehat saat hujan turun. Setuju, Millens?
(Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Selain penjual gorengan, penjual mi kuah
atau mi instan biasanya bakal mengalami kenaikan jumlah pembeli dalam musim
hujan seperti sekarang ini. Maklum, penganan-penganan itulah yang dianggap
paling nikmat untuk dikonsumsi, khususnya saat hujan deras. Tapi, kamu pernah
kepikiran nggak alasan mengapa saat hujan kita pengin makan mi kuah?

Selain membeli di kedai mi yang biasanya menyediakan rasa mi
kuah yang istimewa, kebanyakan dari kita sengaja menyiapkan mi instan kuah di
dapur. Tatkala hujan turun, apalagi yang turun dengan deras sampai bikin suhu
udara jadi lebih dingin, rasa untuk segera membuat mi kuah instan itu langsung
meningkat berkali-kali lipat.

Terdapat penelitian yang membuktikan alasan mengapa kita jadi pengin makan mi kuah saat hujan turun. Apa ya alasannya?

Mengapa Saat Hujan Kita Pengin Makan Mi Kuah?

Yang juga menarik dari tempat wisata alam ini adalah
jaraknya yang nggak sampai 8,5 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta. Bahkan,
kalau dari kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), jaraknya hanya 4 kilometer ke
arah utara, Millens! Artinya, lokasi ini cocok buat siapa saja yang
pengin healing dari hiruk-pikuk Kota Yogyakarta, deh.

Meski berada di kawasan perkotaan, nyatanya Green Kayen
cukup asri. Bahkan, aliran Sungai Boyongnya cukup bersih dan jernih. Makanya,
lokasi ini kerap dijadikan tempat bermain air atau bahkan memancing.

“Makanya diberi nama Green Kayen. Karena alamnya masih hijau
di kawasan kota,” ungkap salah seorang pengurus tempat wisata ini, Danang Ari
sebagaimana dilansir dari Radarjogja, Minggu (12/1/2025).

Dulunya, Green Kayen hanyalah aliran sungai yang dilindungi
hutan lebat nggak terurus. Pihak Kalurahan kemudian mencoba untuk membuat tanah
kas desa tersebut jadi tempat yang lebih nyaman. Apalagi, ada potensi air
terjun yang bisa dijadikan tempat wisata. Di sana pun dibangun pendopo, toilet,
tempat bermain anak, tempat ibadah, hingga lokasi kuliner.

Karena fasilitasnya lengkap dan tempat wisatanya menarik. Apalagi
ditambah dengan nggak adanya tiket masuk, wisatawan pun banyak yang datang ke
Green Kayen. Banyak yang bahkan sengaja berkali-kali datang ke sana karena merasa
tempat ini cocok dijadikan lokasi healing yang murah meriah.

Saat akhir pekan, bukan hal aneh melihat di Green Kayen
digelar acara kemah, pertunjukkan kebudayaan, atau temu komunitas layaknya
anggota komunitas gowes atau air soft gun. Kebayang kan serunya?

“Tempatnya indah, sejuk, dan nyaman untuk beristirahat. Kalau
yang suka mancing juga sudah ada spot-nya,” ungkap pengulas di Google yang
datang ke Green Kayen pada setahun lalu, Tunggal Purwarsono.

Wah, sepertinya menarik ya main ke lokasi yang asri dan
sejuk di dekat dengan pusat kota Yogyakarta? Yuk kapan kita main ke Green
Kayen? (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Di Amerika Serikat ada Grand Canyon, Di
Pangandaran ada Green Canyon. Nah, kalau di Sleman, Yogyakarta, kamu bisa
menemukan Green Kayen. Apaan sih tempat itu?

Jika di Grand Canyon kamu bisa melihat ngarai raksasa dengan
pemandangan menakjubkan, di Green Canyon, kamu bisa menikmati aliran sungai dengan
tebing yang menawan. Nah, Green Kayen Yogyakarta juga kamu bisa melihat keindahan
Sungai Boyong. Apalagi, di tempat wisata yang ada di Dusun Kayen, Kalurahan
Condongcatur, Kapanewon Depok, Sleman ini juga ada air terjun yang cukup
cantik.

Nggak sampai 10 kilometer ke arah utara dari pusat kota Yogyakarta, kamu bisa menemukan Green Kayen yang punya pemandangan alam yang cantik, lo!

Healing Seru dengan Main ke Green Kayen Yogyakarta

Lemparan ke dalam ini juga kemudian dia tunjukkan saat Piala
Asia 2023 dan Piala Asia U-23 2024. Di gelaran terakhir, pandit sepak bola asal
Amerika Serikat Ben Griffis sampai bikin statistic yang menyebutkan bahwa
sampai babak semi final turnamen tersebut, lemparan ke dalam Arhan mampu
menembus kotak penalty lawan 29 kali. Hasil dari lemparan ke dalam itu berujung
pada huru-hara di depan gawang lawan, 8 tembakan ke gawang untuk Timnas Indonesia dan 1
gol. Istimewa, bukan?

Keistimewaan inilah kemudian membawanya ke klub Jepang Tokyo
Verdy dan Klub Korea Suwon FC dari 2022 sampai 2024. Meski jarang tampil, terdapat
sejumlah momen di mana lemparan ke dalamnya menghasilkan gol untuk klub-klub
tersebut.

Keistimewaan ini juga yang bikin Bangkok United dari Thailand
merekrutnya sejak Januari 2025. Bahkan, pada Jumat (17/1/2025), klub ini
merilis video yang isinya adalah klub mulai berlatih untuk memaksimalkan
peluang yang didapat dari lemparan ke dalam Arhan. Menarik, ya?

Lemparan ke dalam Arhan memang unik dan bisa bikin lawan
ketar-ketir. Tapi, dia bukanlah orang pertama yang melakukannya. Belasan tahun
lalu, Rory Delap juga membombardir lini pertahanan klub-klub sepak bola Liga
Inggris dengan hal serupa. Selama membela Stoke City, klub yang berhasil
memaksimalkan kemampuan mantan atlet lempar lembing di masa mudanya ini, dia
mampu mengemas 35 assist yang berujung gol, lo!

Beda dengan bola hasil lemparan Arhan yang masih terlihat
melambung, lemparan Delap sangat istimewa karena bisa bergerak lurus seperti
tendangan sudut atau tendangan bebas. Kecepatan lemparannya juga sampai 60
kilometer per jam yang menandakan lengannya memang punya kekuatan istimewa.

Pada musim 2008/2009 misalnya, lemparan ke dalam Delap
bertanggung jawab pada setidaknya 13 gol Stoke City. Dia juga sukses bikin
lawan ketar-ketir sampai sengaja memajukan papan iklan sedekat mungkin dengan
lapangan demi mengganggu caranya melempar bola.

Video lemparan-lemparan ke dalam Delap yang berujung gol masih
viral hingga sekarang meski yang bersangkutan sudah pensiun pada 2013 lalu. Padahal,
Delap nggak pernah sekalipun memenangi gelar juara sepanjang kariernya. Tapi,
semua yang pernah menonton Liga Premier Inggris pada dekade pertama 2000-an nggak
akan segan menyebutnya sebagai legenda.

“Pecinta sepak bola zaman sekarang nggak akan bisa memahami
seberapa mengerikan teror yang diberikan laki-laki ini tatkala menit
pertandingan sudah memasuki injury time dan dia bersiap melempar bola ke
dalam lapangan,” tulis takarir akun-akun pembahas sepak bola yang terus di-repost
setiap tahun.

Lebih dari itu, video yang menunjukkan kiper West Ham Boaz
Myhill, membuang bola ke belakang gawangnya tatkala sudah nggak punya opsi
mengumpan ke rekannya juga terus bermunculan hingga sekarang. Di video
tersebut, jelas terlihat kalau Myhill merasa timnya bisa lebih mudah menghalau
bola hasil tendangan sudut daripada menerima lemparan ke dalam Delap.

Yang lucu, Delap sama sekali nggak muncul dalam potongan
video tersebut. Tapi, semua warganet tahu benar tentang siapa dan apa sebenarnya
alasan video tersebut terus kembali diunggah dari tahun ke tahun. Tentu saja
Rory Delap.

Lemparan ke dalam Arhan mungkin belum memberikan dampak
sebesar Rory Delap yang sampai-sampai jadi objek penelitian ilmiah. Tapi, jika sering
mendapatkan waktu bermain dan rutin tampil di ajang-ajang besar seperti di Piala
Asia, bisa jadi, dia bakal mengikuti jejak sang legenda. Semoga, ya, Millens.
(Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Meski pada dasarnya sepak bola adalah olah
raga yang sangat mengandalkan kaki, nyatanya banyak orang yang jadi legenda di
bidang olah raga ini berkat tangannya. Tapi, barangkali sejauh ini baru dua
orang di dunia yang keahlian tangannya lebih terkenal dari pada kakinya di dunia sepak
bola meski posisinya bukan kiper. Mereka adalah Rory Delap dan Pratama Arhan.

Meski usianya baru 23 tahun, nama Pratama Arhan sudah
dikenal sejak usianya 19 tahun, tepatnya saat melakukan debutnya di klub PSIS
Semarang. Namanya makin melambung pada Piala AFF 2020, tepatnya saat diberi
penghargaan Pemain Muda Terbaik pada turnamen tersebut. Kala itu, selain menceploskan
dua gol selama turnamen dan bermain baik menggalang lini pertahanan di sisi
kiri, Arhan juga mampu mengeluarkan senjata rahasia berupa lemparan ke dalamnya
yang bisa jadi umpan lambung yang membahayakan gawang lawan.

Belakangan ini klub Bangkok United mengunggah video yang isinya mereka sedang berlatih memanfaatkan keistimewaan lemparan ke dalam Pratama Arhan, sang penerus kehebatan Rory Delap di dunia sepak bola.

Tangan Istimewa Rory Delap dan Pratama Arhan di Dunia Sepak Bola

Inibaru.id - Tinggal di perkotaan tampak menyenangkan karena umumnya dipenuhi fasilitas publik dan suasana kota yang nggak pernah mati. Namun, terkadang keadaan itu juga bikin penat, terlebih saat kerjaan sulit dijeda. Ketika ada waktu libur, rasanya pengin langsung kabur ke desa.
Yap, menepi sejenak ke desa memang ada baiknya. Di Jawa Tengah, Desa Wisata Candirejo mungkin bisa kamu jadikan sebagai alternatif saat berlibur. Yap, semua tersedia lengkap di sana, versi pedesaan tentu saja. Hm, kenapa harus ke sini?
Dekat Borobudur
Berada di Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Desa Candirejo hanya berjarak tiga kilometer saja dari Candi Borobudur. Dulu, desa ini memang menjadi tempat singgah para wisatawan yang berniat ke candi tersebut, meski saat ini Candirejo juga menawarkan pesona wisata sendiri.
Mengunjungi tempat ini pun nggak bakal menyulitkanmu, karena kamu cukup mencari Candi Borobudur, maka desa itu pun bakal ketemu. Kamu bisa mengakses desa via kendaraan umum hingga kendaraan pribadi.
Tradisi yang Kental
Tradisi masyarakat yang terjaga dengan baik, pemandangan alam yang eksotis, suasana tenang tanpa klakson kendaraan yang saling memaki, iring-iringan delman dan sepeda, plus udara yang penuh oksigen, adalah paket lengkap yang harusnya menjadi alasan yang kuat untuk kamu datang ke sana.
Desa Wisata Candirejo menawarkan tradisi masyarakat Jawa yang terjaga, mulai dari sistem pertanian yang masih tradisional, hingga kebudayaan Jawa yang masih sering diperagakan seperti Jathilan, Gatholoco atau Wulungsunu, membatik, dan berlatih gamelan.
Tak Terjamah Peradaban kota
Poin ini menjadi poin utama kenapa kamu harus menginjakkan kakimu di sini. Tradisi masyarakat yang terjaga dengan baik, pemandangan alam yang eksotis, suasana tenang tanpa klakson kendaraan yang menggebu-gebu, iring-iringan delman, dan udara sejuk yang ketika dihirup sangat melegakan dada.
Serasa Pulang Kampung
Kapan lagi kamu bisa disambut ramah, keliling dengan delman, main di sungai, merasakan masakan ala rumahan seperti gudeg, pecel, dan babat gongso dengan harga murah meriah merakyat.Ya tentu saja di kampung halaman.
Nah, perjalanan menuju Desa Candirejo ini tentu membuatmu serasa pulang ke kampung halaman. Kamu yang datang ke sini dijamin bakal betah.
Ikut Aktivitas Warga Setempat 
Berinteraksi langsung dengan masyarakat adalah salah satu andalan di Desa Wisata Candirejo ini. Di sana, kamu bakal diajak mengikuti aktivitas warga setempat seperti agrowisata desa, aktivitas sungai, pendidikan lingkungan sekitar, kesenian tradisional, hingga ke wisata yang mengusung kehidupan masyarakat.
Pada waktu-waktu tertentu, kamu juga bisa mengikuti acara setempat seperti panen raya, sedekah bumi, atau wayangan.
Gimana, menarik dicoba? Silakan datang dan nikmati sendiri ya, Millens! (IB20/E03)

Menikmati alam pedesaan yang masih asri lengkap dengan seluruh kegiatan warga, disambut ramah penduduk desa, hingga menikmati aneka kuliner khasnya yang legit, siapa tak ingin ke sini? Ayo, cari alasanmu ke Desa Wisata Candirejo di sini!

Merasa Pulang Kampung, Satu dari Lima Alasan Kenapa Harus ke Desa Wisata Candirejo 

Inibaru.id &ndash; Budaya dan tradisi Jawa masih tersimpan dengan rapi di kantong-kantong desa di Jawa Tengah. Bahkan, sejumlah desa menjadikan tradisi tersebut sebagai hiburan rakyat yang menarik cukup banyak pengunjung, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Tak hanya unsur kebudayaan yang kental, sejumlah desa yang kini dipromosikan sebagai desa wisata ini juga menyajikan suasana alam pedesaan yang masih asri lengkap dengan penduduknya yang ramah. Maka, nggak heran kalau desa-desa tersebut kini menjadi andalan pariwisata di Jateng. Mana saja?
Desa Wisata Budaya Tanon, Semarang
<img src="/media-files/nuploads/1/umum/Desa%20Menari%20Tanon.jpg" alt="https://www.inibaru.id/media-files/nuploads/1/umum/Desa%20Menari%20Tanon.jpg" width="682" height="480" />
<code>Menari bersama anak-anak di di Dewi Menari Tanon. (Antara/ Aditya Pradana Putra)</code>
Desa Wisata Budaya Tanon acap disebut Desa Menari. Sebelum dikenal sebagai desa wisata, Dusun Tanon adalah wilayah kumuh dan miskin. Namun, Trisno, seorang warga setempat, mengubahnya menjadi desa yang punya daya saing.
Kalau kamu datang ke Dusun Tanon, kamu bakal disuguhi berbagai pertunjukan tari tradisional seperti Tari Topeng Ayu, Kuda Debog, Kuda Kiprah, dan Warok Kreasi.
Desa Wisata Kandri, Semarang
<img class="shrinkToFit" src="/nuploads/1/umum/Nyadran%20Gunung%202.jpg" alt="https://www.inibaru.id/nuploads/1/umum/Nyadran%20Gunung%202.jpg" width="985" height="657" />
<code>Prosesi Kirab Nyadran Kali di Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Semarang pada Kamis (14/2/2019) pagi. (Inibaru.id/ Annisa Dewi)</code>
Masih di Semarang, desa wisata yang satu ini berlokasi nggak jauh dari pusat kota Semarang. Penduduk&nbsp; Desa Kandri masih menjaga dengan baik alam dan budayanya. Mereka juga rajin menggelar agenda tahunan.
Setiap tahun, masyarakat Desa Kandri memiliki agenda seperti pertunjukan kesenian wayang kulit, wayang suket, jathilan, ketoprak, dan kesenian lesung. Selain itu, ada juga Kirab Sesaji Rewanda dan Kirab Nyadran Kali.
Desa Wisata Dieng Kulon, Banjarnegara
<img src="https://www.dowisata.com/wp-content/uploads/2017/08/Dieng-Culture-Festival-2017-1.jpg" alt="" />
<code>Ruwatan Rambut Gimbal di Desa Wisata Dieng Kulon. (Dowisata)</code>
Berada di Dataran tinggi Dieng, desa wisata ini dikenal lantaran setiap tahun menyelenggarakan Dieng Culture Festival yang diikuti dengan ritual Ruwatan Pemotongan Rambut Gimbal. Tak hanya itu, Dieng Kulon juga dikenal sebagai penghasil kentang.
Desa Wisata Candirejo, Magelang
<img src="https://i0.wp.com/warungwisata.com/wp-content/uploads/2018/03/Candirejo-flickr.com_.jpg?ssl=1" alt="" />
<code>Desa Wisata Candirejo. (Warungwisata)</code>
Suasana pedesaan khas Jawa tersedia semua di sini. Wisatawan menyebut desa yang berada sekitar tiga kilometer dari Candi Borobudur ini sebagai desa asli Jawa. Yap, ini karena segala unsur tentang pedesaan Jawa bisa kamu temukan di tempat tersebut.
Desa Wisata Budaya Lerep, Semarang
<img src="https://gpswisataindonesia.info/wp-content/uploads/2017/10/Sadranan.jpg" alt="" />
<code>Upacara Sadranan di Desa Lerep, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. (Myimage)</code>
Desa Lerep memiliki beberapa adat yang menarik untuk diketahui. Masyarakatnya juga masih menjalankan beberapa tradisi yang tak kalah menarik untuk diikuti. Misalnya, kamu bisa mengikuti Kadeso atau kirab budaya yang merupakan wujud syukur atas berkah dan rezeki.
Selain itu, kamu juga bisa mengikuti Gejlok Lesung yang merupakan kebiasaan masyarakat setempat untuk menumbuk gabah kering.
Nah, gimana, banyak pilihan wisata di Jawa Tengah kan, Millens? Kalau kamu pengin menikmati suasana pedesaan di Jateng, datang saja ke sana! Selamat berlibur! (IB20/E03)

Wilayah yang masih asri yang dipadu dengan pemandangan menawan menjadikan Jawa Tengah sebagai tempat yang nyaman untuk dikunjungi wisatawan. Keindahan itu didukung masyarakat yang ramah, yang kini mendirikan desa-desa wisata. Mana saja yang menarik?

Ragam Desa Wisata di Jateng, Mulai Menari di Tanon hingga Ruwatan Rambut Gimbal di Dieng

Inibaru.id - Desa Panglipuran menjadi salah satu desa wisata (dewi) yang banyak diminati traveler lantaran menggambarkan keaslian Bali, mulai dari segi bangunan, budaya, hingga kehidupan sosial warganya. Nah, di Jawa Tengah, suasana yang menggambarkan desa khas Jawa bisa kamu temukan di Desa Candirejo, Magelang.
Berada nggak jauh dari Candi Borobudur, desa itu semula merupakan lokasi transit menginap para wisatawan. Lantaran terus direkomendasikan, tempat tersebut malah menjadi lokawisata sendiri, hingga menjadikan Candirejo sebagai sebuah desa wisata.
Desa Candirejo menempati area seluas 365 hektare dengan 60 persen lahannya berupa pertanian, 20 persen hutan liar, dan sisanya untuk pemukiman warga. Suasana asri dan alami khas pedesaan di sana begitu menawan. Ini masih ditambah wisata budaya dan agrowisata yang mereka miliki.
<img src="https://2.bp.blogspot.com/-vlDQOBQfzuI/WjEBkIZdNwI/AAAAAAAAHIM/Q_7tn1jvvFkMiGrNUgvZ5FnJgomJq6-ZwCEwYBhgL/s1600/Candirejo1.jpg" alt="" width="687" height="457" />
<code>Desa Candirejo. (Inatanaya)</code>
Jawa yang dikenal dengan sejarah dan tradisinya yang kental bisa kamu temukan di sini, misalnya tradisi nyadran, jathilan, kubrosiswo, dan lain-lain. Terus, ada pula situs-situs mengagumkan seperti Toyo Asin, Watu Tumbak, Watu Kendil, Tempuran Kali Progo, dan Pabelan.
Di tengah modernitas yang juga menjangkiti pedesaan, mungkin Candirejo adalah sedikit wilayah yang masih bertahan dengan adat, cara, dan budaya Jawa-nya. Ini tentu bagus, karena kamu bisa melihat gambaran kebiasaan masyarakat Jawa zaman dulu di sini.
Untuk menginap di Desa Candirejo, kamu bisa menggunakan homestay yang diinisiasi warga. Tak kurang dari 20 rumah penduduk telah digunakan sebagai homestay. Selain menginap, kamu juga bisa mengikuti kegiatan tempat yang kamu inapi, lo.
<img src="https://www.kitamuda.id/wp-content/uploads/2017/03/4desacandirejomagelang.jpg" alt="" />
<code>Sangat khas pedesaan. (Kitamuda)</code>
Sementara, kalau pengin mengelilingi desa, kamu bisa berjalan kaki, menyewa sepeda, atau naik delman. Pokoknya tanpa gas pembuangan!
So, jika ingin menginap, lebih baik kamu menghubungi Koperasi Desa Candirejo untuk memastikan ketersediaan homestay ya, Millens! Selamat berlibur! (IB20/E03)

Menyambangi Desa Candirejo seperti menilik miniatur kehidupan masyarakat Jawa tempo dulu. Keindahan alam, tradisi budaya, hingga keramahan warganya, menjadi magnet yang membuat kita enggan pulang.