Inibaru.id - Mohammad Iqbal senang bukan kepalang setelah mengetahui bahwa kedua orang tuanya bisa berangkat haji tahun ini. Namun, dia juga sekaligus panik setelah melihat besaran biaya kekurangan yang harus dilunasi.
"Buat ukuran kami, jumlahnya lumayanlah pokoknya. Tapi, mau gimana lagi? Bersyukur masih ada kesempatan untuk berangkat, jadi harus diusahakan bareng-bareng. Patungan. Alhamdulillah ini sudah beres, tinggal berangkat," tutur lelaki yang sehari-hari berjualan satai di wilayah Batang itu, Selasa (6/5/2025).
Iqbal merasa bahagia orang tuanya yang telah menginjak kepala tujuh masih diberi kesempatan untuk menunaikan ibadah ke Tempat Suci. Namun, sebagai seorang muslim yang juga bercita-cita menunaikan Rukun Islam ke-5, dia khawatir kesempatan itu nggak akan menghampirinya.
"Realistis saja, saya nggak punya tabungan. Jangankan melunasi biaya naik haji yang terus naik, mengangsur untuk mendaftar (haji) saya saya nggak sanggup," keluhnya. "Nggak apa-apa. Insyaallah ada jalan."
Biaya Naik Haji semakin Tinggi
Dari tahun ke tahun, biaya naik haji memang terus bertambah. kenaikan itu bisa terjadi karena sejumlah faktor utama. Yang pertama tentu saja karena perubahan kurs mata uang. Lalu, adanya kenaikan harga layanan, mulai dari akomodasi, transportasi, hingga konsumsi di Arab Saudi.
Selain itu, kenaikan biaya berangkat haji dari Tanah Air juga terjadi karena adanya peningkatan jumlah jemaah yang mengakibatkan anggaran penyelenggaraan haji juga turut naik. Faktor lain yang juga berkontribusi adalah kebijakan dan inflasi di negara tujuan, yakni Arab Saudi.

Menjadi satu hal yang wajar jika biaya naik haji terus naik setiap tahunnya. Namun, sebetulnya bukan berarti biaya tersebut nggak bisa ditekan lagi. Begitulah yang saat ini tengah dipikirkan Presiden RI Prabowo Subianto setelah mengklaim tahun ini mampu menurunkan biaya berhaji hingga Rp4 juta tersebut.
"Alhamdulillah sekarang biaya haji yang sudah diturunkan Rp4 juta bisa dirasakan oleh 203 ribu jemaah tahun ini," tutur Prabowo kala meresmikan Terminal Khusus Haji dan Umrah di Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Minggu (4/5).
Biaya Haji Indonesia vs Malaysia
Meski telah turun mencapai Rp4 juta per jemaah, Prabowo mengaku belum puas dengan pencapaian tersebut. Dia berharap biaya itu bisa ditekan hingga lebih murah dari Malaysia, mengingat saban tahun Indonesia telah menjadi negara penyumbang terbanyak jemaah haji.
"Saya minta dikurangi lagi. Saya belum puas. Kita harus termurah yang bisa kita capai," perintahnya, yang ditujukan kepada Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Kepala BP Haji Muhammad Irfan Yusuf.
Biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) 2025 atau 1446 Hijriah rata-rata sebesar Rp89.410.258,79. Namun, yang harus dibayar jemaah atau biaya perjalanan ibadah haji (Bipih)-nya sebesar Rp55.431.750,78 atau sekitar 62 persen. Sementara, sisanya dari nilai manfaat hasil kelolaan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
Pertanyaannya, berapakah biaya haji di Malaysia? Pada 2025, biaya haji di negeri jiran ini adalah 33.300 ringgit atau setara Rp130,3 juta (kurs Rp3.913 per ringgit), dengan subsidi dari bantuan keuangan haji (Hafis) 55 persen atau sebesar 18.300 ringgit (Rp71,6 juta) untuk penduduk dengan pendapatan terendah (B40).
Mengapa Biaya Haji Mahal?
Dengan subsidi 55 persen, warga Malaysia dengan pendapatan terendah cukup membayar sekitar Rp58,6 juta per jemaah. Sementara, kalangan ekonomi menengah (M40) mendapatkan subsidi 29 persen, sedangkan golongan tertinggi (T20) diwajibkan membayar penuh tanpa subsidi.
Daru sudut pandang kita, biaya haji di Malaysia tampak lebih mahal saat dikonversi ke rupiah karena kurs Rupiah atas Ringgit terus mengalami pelemahan. Namun begitu, nilainya memang lebih murah. Pengamat haji dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dadi Darmadi mengatakan, ini terjadi karena jemaah Indonesia menginap lebih lama di Arab Saudi.

"(Biaya haji) di Indonesia lebih mahal karena kita menginap di Arab Saudi sekitar 40 hari, sedangkan (jemaah) Malaysia hanya 30 sampai 35 hari," tuturnya, dikutip dari CNN Indonesia, Senin (5/5).
Selain itu, jemaah haji asal Indonesia juga lebih banyak dibandingkan Malaysia. Dadi menilai, jumlah ini membuat urusan transportasi dan penginapan jemaah Indonesia jauh lebih kompleks dan memakan biaya lebih besar.
Menekan Biaya Haji di Indonesia
Menurut Dadi, peluang untuk menekan biaya haji di Indonesia bukanlah pekerjaan mudah. Namun, bukan berarti nggak bisa dilakukan. Salah satu cara yang mungkin bisa dicoba adalah dengan memangkas waktu kunjungan ke Tanah Suci sekitar 3-5 hari.
Efisiensi juga bisa dilakukan melalui tiket pesawat, dengan catatan pemerintah mampu bernegosiasi dengan pihak maskapai. Setali tiga uang dengan katering dan tempat menginap. Namun, khusus untuk yang disebutkan terakhir, sebaiknya panitia haji harus cermat dan berhati-hati.
"Cari (katering dan hotel) yang lebih hemat agak riskan dan harus hati-hati. Jangan sampai kualitasnya jelek, terlebih untuk jemaah berisiko tinggi dan lansia. Terlampau pelit malah bikin susah," Dadi memberi saran.
Untuk menekan Bipih, BPKH juga harus berinvestasi dengan lebih cerdas agar keuntungan meningkat dan subsidi yang dikucurkan untuk jemaah menjadi lebih besar. Dadi juga mengaku sepakat dengan ide Prabowo untuk mengembangkan "Kampung Indonesia" di dekat Masjidil Haram.
"(Kampung Indonesia) akan menekan biaya penginapan jemaah karena tidak perlu menyewa hotel mahal. Pemerintah harus pandai melobi Saudi untuk bisa mengantongi izin itu, sekaligus berinvestasi besar di awal," tandasnya.
So, mengutip kata Dadi, menekan biaya haji bukanlah perkara gampang, tapi memungkinkan untuk dilakukan. Menurutmu, ide manakah yang paling mudah dieksekusi dalam waktu dekat, Millens? (Siti Khatijah/E07)