Inibaru.id - Adalah Anggrahenny Ciptaning Putri dan Ellen Nugroho, dua orang tua homeschooler yang punya kisah masing-masing namun tak memiliki perbedaan begitu kontras. Karena berbeda dengan keluarga besar dan lingkungan, acap kali anak homeschooling mendapatkan berbagai label. Dari nggak bisa bergaul, nggak bisa cari kerja atau bahkan dikasihani oleh keluarga.
Ellen Nugroho misalnya. Perempuan yang sudah 13 tahun menjadi homeschooler ini mengaku telah menjalani berbagai bongkar pasang kurikulum dan metode pendidikan yang cocok untuk anaknya. Selama itu pula, dirinya menjawab pertanyaan lingkungan atas pilihannya. Salah satu yang mengganggu pikirannya adalah label anak homeschooling yang dianggap kurang bisa bergaul.
“Yang nggak adil, orang-orang tanya bagaimana anak homeschooler bergaul? Tapi apakah anak sekolah selalu bisa bergaul dengan orang baru atau orang yang lebih tua?,” tutur perempuan yang akrab disapa Ellen ini.
Menurutnya, anak homeschooler lebih bisa bergaul dengan orang lain berumur berapapun. Hal ini karena anak homeschooler sering terlibat dalam pergaulan orang tuanya sehingga memungkinkan anak bersosialisasi dengan siapapun.
“Menurut riset anak homeschooling juga lebih bisa bergaul dan punya empati lebih baik. Anak sekolah lebih terekspos ke teman sebaya,” tutur ibu tiga anak ini.
Anak Pengin Sekolah Formal
Tantangan homeschooling ini nggak cuma datang dari luar saja, Millens! Putri dan Ellen sama-sama pernah mendapati anaknya pengin menjajal sekolah formal. Mendapati hal ini Putri menggali keinginan dari anak keduanya tersebut.
“Kenzie pengin sekolah karena melihat sepatu tas dan seragam yang keren bertemu teman-teman,” tutur Putri tentang anak keduanya tersebut.
Olehnya dibelikanlah sepatu dan tas baru dan keinginan bersekolah formal anaknya pupus begitu saja. Hal tersebut menurutnya wajar karena anak belum paham konsep sekolah yang sebetulnya. Menggali informasi dari anak yang pengin sekolah formal ini juga dilakukan oleh Ellen yang kala itu mendapati anaknya pengin sekolah dan menyerahkan keputusan tersebut ke anak.
“Aku ajak dia ke sekolah, survei, nggak jadi mau. Karena anak biasanya cari teman, bukan proses belajar, pengin seperti yang lain,” kenang Ellen.
Menghadapi Pertanyaan Keluarga
Eits, nggak cuma itu. Tantangan para homeschooler ini juga acap kali diterima dari keluarga terdekat lo. Antara Putri dan Ellen sama-sama dapat tawaran dari orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah formal. Mendengar tawaran ini, bukannya berkonfrontasi, mereka membiarkan proses yang menjawab.
“Mertuaku di desa pemikirannya kalau nggak sekolah ya nggak kerja. Aku dikira nggak bisa membiayai. Sampai pengin disekolahin, anak-anak malah takut,” kenang Putri.
Menurutnya, dirinya nggak bertele-tele memahamkan sang mertua, justru dirinya lebih banyak mendengarkan kekhawatiran mereka. Pada suatu ketika ada aha moment yang membantah semua kehawatiran sang mertua.
“Naila yang berumur 11 tahun waktu itu membelikan oleh-oleh neneknya dari hasil kerjanya sendiri. Kenzie yang jago tebak-tebakan geografi bikin neneknya jadi kagum,” tukas Putri.
Menurut Putri nggak perlu susah-susah memahamkan keluarga besar yang berbeda pandangan terkait pendidikan. Menurutnya akan ada suatu momen yang akan membuat keluarga besar rela dan menerima keputusan tersebut hingga semuanya akan berjalan dengan indah.
Bagimu yang pengin menjajaki dunia homeschooling, cerita dan trik menghadapi beberapa masalah dari para pelaku homeschooling di atas bisa kamu sontek ya! (Zulfa Anisah/E05)